Tampilkan postingan dengan label AWALUIDIN 1951-1979. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AWALUIDIN 1951-1979. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Februari 2011

AWALUDIN 1951-1979

AWALUDIN


Awaludin (lahir di Padang 11 November 1916) adalah aktor dan sutradara Indonesia. Di bagian dari filmnya , Ia pernah menjadi peran utama dalam film "Kekasih Ajah", "Akibat", "Kalung Mutiara", "Lagak International", dan "Taman Harapan". Namanya seangkatan dengan Rd Mochtar, Fifi Young, A. Hamid Arief, dan Darussalam. Di Tahun 1955 Awaludin meraih Piala FFI {sebagai aktor pendukung} dalam film "Lewat Djam Malam".

Pendidikan : SLP. Sudah aktif di dunia teater sejak 1936 ketika bergabung dalam rombongan opera kecil. Dua tahun kemudian berhasil jadi pimpinan sandiwara sampai Jepang masuk ke Indonesia. Setelah kemerdekaan (1946) ia memimpin Pantjawarna, rombongan sandiwara milik Djamaludin Malik (1917-1970) yang kemudian mendirikan perusahaan PERSARI. Mulai main film sejak Inspektur Rachman (1950). Bersama isterinya yang juga aktris, Ruminah mereka terikat kontrak di PERSARI hingga bubar (1958). Sampai tahun 1955, ia masih jadi pemain. Baru lewat Buruh Bengkel (1956), ia diberi kesempatan untuk jadi sutradara, sekaligus editor. Setelah keluar dari PERSARI, kembali ke panggung bersama rombongan Gema Masa. Rombongan ini kemudian hari menjelma jadi perusahaan film Gema Masa Film. Ia duduk sebagai Direktur Muda pada Gema Masa Film, dari 1960 hingga 1967. Bersama Bambang Hermanto (1925-1991) ia meraih piala untuk Aktor Pembantu Terbaik dalam film yang sama, Lewat Djam Malam (1954), pada FFI yang pertama tahun 1955. Lewat permainannya dalam Pembalasan Si Pitung (Jiih) (1977), ia mendapat piala khusus pada FFI 1978 untuk pemeran angkatan lama yang tetap setia di bidang profesinya dan menunjukkan kemampuan membawakan peran. Dua tahun terakhir dalam hidupnya dihabiskan untuk main sandiwara TV bersama Marlia Hardi dan Didu dalam Keluarga Marlia Hardi, yang ditayangkan TVRI.

RODRIGO DE VILLA 1952 GREGORIO FERNANDEZ
Actor
MANUSIA DAN PERISTIWA 1968 NAWI ISMAIL
Actor
MAYAT CEMBURU 1973 AWALUDIN
Director
LEILANI 1953 REMPO URIP
Actor
SEHARUM HATI IBU 1977 AWALUDIN
Director
BURUH BENGKEL 1956 AWALUDIN
Actor.Director
IBU MERTUA 1960 REMPO URIP
Actor
DJANDJIKU 1956 B.K. RAJ
Actor
BINTANG BARU 1954 REMPO URIP
Actor
LAGAK INTERNASIONAL 1955 JAZIR MARZUKI
Actor
MEI LAN, AKU CINTA PADAMU 1974 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
SANTY 1961 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
TJALON DUTA 1955 REMPO URIP
Actor
PENJESALAN 1964 LILIK SUDJIO
Actor
KALUNG MUTIARA 1960 AWALUDIN
Actor.Director
ISTRI DULU ISTRI SEKARANG 1978 NAWI ISMAIL
Actor
KEKASIH AJAH 1955 LILIK SUDJIO
Actor
PISO KOMANDO 1967 AWALUDIN
Director
DJAKARTA BY PASS 1962 LILIK SUDJIO
Actor
SEKEDJAP MATA 1959 BACHTIAR SIAGIAN
Actor
DIBALIK PINTU DOSA 1970 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
TUAN TANAH KEDAWUNG 1970 LILIK SUDJIO
Actor
RATAPAN DAN RINTIHAN 1974 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
TARSAN PENSIUNAN 1976 LILIK SUDJIO
Actor
TARSAN KOTA 1974 LILIK SUDJIO
Actor
INSPEKTUR RACHMAN 1950 MOH SAID HJ
Actor
AKIBAT 1951 NAWI ISMAIL
Actor
PESTA MUSIK LA BANA 1960 MISBACH JUSA BIRAN
Actor
BERANAK DALAM KUBUR 1971 AWALUDIN
Director
BULAN MADU 1979 AWALUDIN
Director
TAMAN HARAPAN 1957 TAN SING HWAT
Actor
BAKTI 1963 SJAHIL GANI
Actor
BUNGA RUMAH MAKAN 1951 DR HUYUNG
Actor
CINTA KASIH MAMA 1976 SISWORO GAUTAMA
Actor
GADIS SESAT 1955 L. INATA
Actor
SUCI SANG PRIMADONA 1977 ARIFIN C. NOER
Actor
PEMETJAHAN POLGAMI 1956 HU
Actor
SEPANDJANG MALIOBORO 1951 H. ASBY
Actor
BENYAMIN BRENGSEK 1973 NAWI ISMAIL
Actor
DR. SAMSI 1952 RATNA ASMARA
Actor
PEGAWAI TINGGI 1954 REMPO URIP
Actor
TUDJUH PAHLAWAN 1963 WISJNU MOURADHY
Actor
LEWAT DJAM MALAM 1954 USMAR ISMAIL
Actor
KARLINA MARLINA 1957 REMPO URIP
Actor
DIUDJUNG BADIK 1971 AWALUDIN
Actor.Director
NELAJAN DARI PANTAI SEBERANG 1961 AWALUDIN
Director.

BULAN MADU / 1979

BULAN MADU


Film ini kerjasam dengan Taiwan. Disutradarai bersama LIAO HSING HSIANG

Chen Tung Ming (Chung Hua), kelahiran Indonesia tapi warga Taiwan, mengajak istrinya Lin Hua Chien (Loong Chuen Erl), berbulan madu ke Indonesia. Tak disangka tas Hua Chien ditukar oleh Ik Fei (Tien Yeh), untuk menyelundupkan permata. Mereka sempat pesiar ke berbagai tempat Jawa dan Bali bersama sahabatnya Hartono (George Rudy) dan pacarnya, Yati (Susanna Caecilia). Selama perjalanan mereka dibuntuti terus oleh penyelundup itu untuk menukar kembali tas yang ditukar. Polisi yang mendengar penyelundupan lalu menangkap pasangan bulan madu. Maka adegan perkelahian-perkelahian tak terelakkan.
 CENTRAL MOTION PICTURE
P.T. JAYA ERSAUDARA FILM

GEORGE RUDY
SUSANNA CAECILIA
CHUNG HUA
LOONG CHUEN ERL
TIEN YEH
ISKANDAR
JACK JOHN

KALUNG MUTIARA / 1960

KALUNG MUTIARA

Film ini ditolak Badan Sensor Film.

BURUH BENGKEL / 1956

BURUH BENGKEL


Setiap hari Salam (Darussalam) diomeli isterinya Jaenah (Ermina Zaenah) karena duit tak cukup. Karena di bengkel tak mungkin memperoleh tambahan, Salam tenggelam dalam undian. Sekali waktu pencuri meninggalkan peti uang hasil curiannya di halaman rumah Salam. Walau semula ditentang keras Jaenah, akhirnya Salam mengembalikan uang hasil curian itu kepada pemilik. Kemiskinan tidak menggoyahkan iman Salam. Dan lantas menimbulkan keinsyafan dalam diri Jaenah, bahwa halal yang akan membawa berkah.
PERSARI

DARUSSALAM
ERMINA ZAENAH
AWALUDIN
DHIRA SOEHOED
A. HADI
ASTAMAN
DJAUHARI EFFENDI
M. BUDHRASA

Digarap oleh sutradara Awaludin dan penulis naskah Asrul Sani. Menurut Bahrum Rangkuti, naskah film ini berangkat dari buku Gulat Di Jakarta (1953). Meski begitu, nama Pram tidak dicantumkan dalam credit.

Produksi dilakukan oleh Persari Film, salah satu perusahaan produksi tua di Indonesia yang masih bertahan hingga sekarang. Para pemain yang terlibat antara lain Darussalam, Ermina Zaenah, Awaludin, Dhira Soehoed, A Hadi, Astaman, Djauhari Effendi, dan M Budhrasa.

Kisah filmnya mengikuti pasangan suami-istri Salam dan Jaenah. Salam sering diomeli sang istri karena uang hasil jasa bengkel sepeda tidak cukup banyak. Suatu saat, seorang pencuri meninggalkan peti uang hasil curian di halaman rumah. Salam hendak mengembalikan peti tersebut kepada pemilik, tetapi ditentang keras Jaenah. Akhir cerita, peti tetap dikembalikan oleh Salam.

SEHARUM HATI IBU / 1977

SEHARUM HATI IBU

 P.T. EWA RAYA FILM

FADLY
TUTY KIRANA
RINA HASSIM
K.M. BEY ERRI
DIDU MS
NIKEN BASUKI
TAKA ZAHARA
HENDRA CIPTA
ARDI HS
R.E. MARLINDA S
S. RAHAYU SUKADI
 
Turin (Hendra Cipta), Maslam (Fadly), dan dr. Effendy (KM Bey Erri) adalah tiga sekawan di masa revolusi. Setelah kemerdekaan, nasib mereka berbeda-beda. Maslam menjadi pedagang kaya, Effendy tetap dokter, tetapi Turin yang komandan, malah menjadi supir Maslam, karena hidupnya sengsara. Suatu hari mobil yang dikendarai Turin dan mengangkut suami-istri Maslam mengalami kecelakaan. Istri Maslam yang sedang hamil tua, bisa terselamatkan, tapi bayinya tidak.

Pada saat itu, istri Turin pun sedang hamil tua dan akan melahirkan. Turin yang merasa berhutang nyawa waktu revolusi, dan merasa bersalah atas kejadian itu, dan juga atas bujukan Effendi, maka bayi yang baru lahir dari istri Turin, diam-diam diberikan pada Maslam. Turin pulang ke desa. Bertahun-tahun kemudian, saat sudah punya anak lagi, Neneng (Niken Basuki), istri Turin, kangen pada anaknya yang berada di keluarga Muslam. Pencarian mereka menjadi dramatis karena ternyata Maslam sudah pindah rumah entah ke mana.

Mereka lalu hidup bagai gelandangan. Kebetulan Turin yang sudah bekerja menjadi pemotong rumput dan main bola bersama dua anak lelaki, menemukan gelang bernama Rino Maslam (Taka Zahara). Turin merasa ia menemukan dan melihat anaknya. Hanya pada waktu hendak menyeberang jalan dan melihat anaknya, Turin ditabrak dan tewas setelah menyerahkan gelang.

Istri Turin dan anaknya yang kini menderita dan menggelandang, berjualan kue di dekat sekolah Rino. Rino mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Saat yang bersamaan Neneng juga dirawat di rumah sakit. Istri Turin kemudian menjadi pembantu di rumah Muslam, maka perlahan-lahan dibukalah rahasia siapa sebenarnya Rino.

DIUDJUNG BADIK / 1971

DIUDJUNG BADIK


Sebuah kisah dengan latar belakang zaman raja-raja di Sulawesi Selatan dan Belanda.

Badollah (Dolf Damora) saat pulang dari berguru mendapati kampungnya sepi, begitu pula pesantren yang jadi pusat kegiatan kampung. Perampokan dan kerusuhan merajalela. Ayah Badollah yang dipersalahkan, karena menghamba pada Raja Girimoncong (Awaludin). Badollah menggantikan ayahnyabekerja pada raja. Terkuaklah sedikit demi sedikit, bahwa kerusuhan itu didalangi patih raja dan anaknya, Malangkasih (Rachman Arge), tunangan Jamaroh (Eva Muslim), putri raja. 
 
Jamaroh sebenarnya tak suka dengan sikap kasar Malangkasih. Ia lalu bersimpati pada Badollah yang jadi tukang kuda. Pada saat hendak dikawinkan, Jamaroh lari dari istana, dan mengajak Badollah lari juga. Malangkasih yang ditugasi membunuh Badollah, tapi tak berhasil, lalu membakar pesantren dan membunuh ayah Badollah. Maka adegan akhir yang maunya sangat dramatis terjadi. Sambil membopong mayat ayahnya, Badollah menantang Malangkasih. Duel terjadi. Malangkasih kalah, tapi sebelum tewas melemparkan badiknya pada Badollah. Jamaroh yang lari menyongsong dilempar tombak oleh ayah Malangkasih. Yang terakhir ini ditusuk oleh raja sendiri.
 P.T. KEKAR UTAMA FILM

DOLF DAMORA
AWALUDIN
A. RADJAB
A. RAZZAF
ANDI DAHLIA
L. DUNI
SALEH MALLOBASI
SISWORO GAUTAMA
EVA MUSLIM
RACHMAN ARGE

PISO KOMANDO / 1967

PISO KOMANDO

 
Dani mengalahkan Djoni dan kawan-kawannya dalam sebuah perkelahian. Mereka ini anak-anak berandal meski sebetulnya dari kalangan orang berada. Begitu juga dengan Djohan. Ibu Djoni tidak bisa terima, kemudian melaporkan pada polisi, hingga Dani ditahan. 
 
Ibu Dani yang sudah janda, memanggil adik iparnya, Mayor Aslam dari pasukan RPKAD untuk mengubah hidup Dani. Aslam mengundang Dani dan lawan-lawannya untuk ikut berlatih di RPKAD. Maka ujian dan latihan RPKAD hampir menghabiskan setengah masa tayang. Dani lulus, sementara Djoni dan Djohan gagal. Dani kemudian ikut sukarelawan ke Kalimantan Utara. Ia terluka, kakinya patah dan dipulangkan. Kini Dani telah berubah.
 P.T. GEMA MASA FILM
R.P.K.A.D.


DOLF DAMORA
MARLIA HARDI
KAMSUL CHANDRAJAYA
LILIANA CHASANAH
RIO SUPARDI
SUBANDRIO
WIDYAWATI

MAYAT CEMBURU / 1973

 

Di produksi oleh PT Srimulat Film. Sumiati yang sedang rekreasi di Tretes disenangi oleh Johny Gudel, orang kaya tapi kampungan. 
 
Meski Sumiati menerima cinta Johny, tapi Sumiati tetap mencari pacar yang muda Herman Hidayat. Pacaran segi tiga ini terus berjalan, sementara Paimo pembantu Johny juga naksir pada Sumiati. Saat Paimo sedang merayu, Johny marah dan membunuh Paimo, yang kemudian menjadi mayat gentayangan dan mengganggu Johny Gudel.
  P.T. SRIMULAT FILM

JOHNY GUDEL
PAIMO
SUMIATI
BRONTOJUDO
RUDJILAH
EDDIE GEYOL
SUROTO
KARDJO AC-DC
RUSPENTIL
HERMAN HIDAYAT
BANDEMPO

Senin, 31 Januari 2011

BERANAK DALAM KUBUR / 1971

BERANAK DALAM KUBUR


Disutradarai bersama AWALUDIN, ALI SHAHAB Bertindak sebagai Co Director

Dari komik berjudul "Tangis dalam Kabut".

Dhora (Mieke Wijaya), mengesankan penderita psikopat. Ia membunuh ibunya untuk menguasai perkebunan Ciganyar. Ayah tirinya (Ami Prijono) karenanya hilang ingatan. Adiknya, Lila (Suzanna), pengantin baru, disiram air racun, tapi tak mati. Ketika hendak dikubur, terdengar tangis bayi. Ia melahirkan dan ditolong pembantu setianya, anaknya diselamatkan dokter dan di akhir film sempat kembali pada suaminya, Robby (Robby Hart) yang pulang dari luar negeri dan memecahkan misteri hantu pengganggu. Hantu tadi adalah Lila yang menakut-nakuti penduduk Ciganyar, padahal sebenarnya ia hanya berurusan dengan Dhora. Tapi, horor itulah yang memang hendak jadi jualannya.

METROPOLITAN RECREATION CENTER
P.T. TIDAR JAYA FILM

SUZANNA
MIEKE WIJAYA
DICKY SUPRAPTO
AMI PRIJONO
SOFIA AMANG
AZWAR NOOR
DEDDY MUDJITO
DJOHAN SUBANDRIO
SUHAIMI SAID
ROBBY HART
F.X. SUTONO
KIKI S


12 Oktober 1974
Bukan buat juri
MERASA berbakat melukis, Ali Shahab, 33 tahun, yang tamat SMP di tahun 1958 melanjutkan pendidikan di ASRI Yogya hingga tingkat B 2. Ketika berada kembali di Jakarta pada tahun 1963, ia ternyata tidak bisa hidup dengan modal bakat itu saja. Waktunya yang senggang dimanfaatkan untuk giat dalam grup kesenian remaja Kuncup Harapan. Di sana ia merias para pemain sandiwara -- kepandaian yang ia pelajari secara pribadi ketika masih di Yogya, mengatur dekor, melukis karikatur di koran Berita Minggu serta sesekali ikut naik pentas. Koran Berita Minggu ikut terkubur setelah Gestapu, menyebabkan Ali Shahab terpaksa mencari usaha lain. Ia mendirikan koran mingguan Indonesia Jawa. Dari sanalah melancarkan novel-novelnya macam Turrte Girang, yang kemudian ternyata mendapat sambutan luar biasa dari para pembaca yang mendesak agar cerita bersambung itu dibukukan. Perkenalan Ali Shahab dengan dunia film terjadi di tahun 1967 ketika ia diminta oleh sutradara Misbach Yusa Biran untuk menjadi juru rias bagi para artis. Di Balik Cahaya Gemerlapan. Pekerjaan yang sama ia lakukan kembali di tahun 1970 untuk film Air Mata Kekasih. 

Untuk film Si Goudrong (1971) ia sudah menjadi CO-director. dan ketika menjadi co-director dalam film Beranak Dalam Kubur, saat yang belum ia harapkan tiba secara mendadak: sutradara Awaluddin sakit, dan Ali Shahab terpaksa menggantikannya. Hasilnya kemudian dianggap memuaskan oleh sang produser, dan Ali Shahab dipercayai oleh Dicky Suprapto untuk menangani film Bumi Makin Panas. Selepas merampungkan Nafsu Gila, kini Ali mulai lagi bersibuk dengan Tante Girang, film berdasar novelnya sendiri. Berikut ini adalah bagian penting percakapan sutradara muda itu.

Salim Said. 
Tanya: Apa sebenarrnya yang anda ingin kisahkan dalam film Nafsu Gila ini? 
Jawab: Saya ingin dalam cerita ini mengumpulkan orang dengan macam-macam karakter serta latar belakang. Di sana ada bekas bintang film (Nurnaningsih), ada bekas kapten kapal (Tan Tjeng Bok), ada bekas anggota gerombolan (Husin Lubis), ada ahli purbakala (Bissu) dan sebagainya. Juga ada sedikit pesan bagaimana balas budi seorang anak terhadap orang tuanya. Cerita ini munigkin belum populer di sini, tapi di Eropa, orang-orang tua teklah dimasukkan ke dalam asrama sehingga anak-anak itu tidak lagi terganggu oleh kejompoan orang tua mereka. 
T: Pengetahuan anda mengenai rumah, jompo itu, adakah berdasarkan pengamatan ataukah sekedar hasil bacaan saja? 
J: Pengetahuan bacaan. Saya tidak pernah lihat rumah jompo. 
T: Melihat fisik dan tinglah laku tokoh-tokoh anda itu, saya kok tidak menangkap kesan rumah jompo. Saya sangat cenderung mengatakan bahwa yang anda gambarkan itu adalah rumah gila. 
J: Kalau penghuni rumah jompo itu orang jompo benar-benar itu terlalu biasa. Dan kalau rumah sakit jiwa, maka di sana harus ada dokternya. 
T: Saya melihat kehadiran mereka di rumah terisolir itu lantaran alasan psikologis, bukan fisik (ketuaan) yang biasanya menjadi alasan untuk jadi penghuni rumah jompo. Kehadiran Suganda tanpa pembantu, kematian berturut-turut tanpa kontrol dari yayasan pemilik rumah tersebut, serta itu membawa saga pada kesimpulan bahwa anda mengorbankan logika: 
J: Saya tidak merasa mengorbarkan logika, tapi sekedar mengarahkannya. Cerita itu kan diarahkan. Lakipula kalau saya gambarkan semua -- lengkap dengan, yavasan dan pengawasannya -- terus terang cerita ini tidak akan jadi suspense. 
T: Waktu anda berniat untuk membuat film Nafsu Gila, apakah anda terutama tertarik pada kejadian-kejadian yang silih berganti di wisma itu? 
J: YA.