Tampilkan postingan dengan label BARRY PRIMA 1978-1996. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BARRY PRIMA 1978-1996. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Desember 2012

SI JAKA SEMBUNG, BARRY PRIMA

SI JAKA SEMBUNG, BARRY PRIMA

Menurut saya, film dia Jaka Sembung Sang Penakluk adalah Iqon buat dia. Selain film ini memang keren, penampilan dan gaya, dan kostum serta setnya juga keren. Tidak heran icon ini yang cocok buat dia.

tidak dapat dipisahkan. Serial film Jaka Sembung mendapat sambutan yang baik sekali di dalam maupun di luar negeri. Mungkin orang luar negeri sangat menikmati film ini karena inilah warna sinema Indonesia yang memiliki khas tersendiri. Dari settingan filmnya, cerita, mistiknya dan lainnya. Juga tehnik laga-nya yang mencampurkan unsur mistik dalam jawa yang juga ditakutkan oleh para penjajah Belanda saat itu

Saya suka sekali film ini, sangat khas indonesia dan saya yakin seperti inilah warna sinema Indonesia, yang sama juga dilakukan oleh China dengan film Kungfunya sebagai warna cinema china yang dipopulerkan oleh Zang Zimau. Terlepas dari tehnik pembuatan film laganya yang masih kurang bila dibandingkan dengan China. Tapi Jaka Sembung cukup dibilang sempurna juga dalam tehnik pembuatan adegan laganya. Oleh karena itu film ini banyak ditemukan DVDnya di negara-negara yang menyukai film silat, Amerika dan sebahagian di Eropha. Entah mengapa mereka menyukai film ini, terlepas kita sendiri saja kurang suka....yang pasti film ini sangat bermutu juga, baik cerita dan tehniknya saat itu. Saya suka dan saya rasa mereka berhasil menemukan warna film Indonesia laga di Jaka sembung.

Mencampurkan unsur kolonial Belanda, silat, dan juga mistik Jawa yang memungkinkan adegan terbang dan juga diluar logika sehingga terkesan laganya cukup seru. Kalau China tehnik laga terbang didapat dari banyaknya latihan, sedangkan di Jawa hanya cukup bertapa dan mendapatkan ilmu hitam yang bisa memungkinkan orang untuk terbang dan melakukan hal yang diluar logika dalam seni bela dirinya.

Hubertus Knoch atau lebih tersohor dengan nama panggung Barry Prima dikenal sebagai aktor laga yang populer sekitar tahun 80-an. Di masa jayanya, Barry merupakan salah satu aktor laga kenamaan Indonesia, di samping nama-nama lain seperti Advent Bangun dan George Rudy. Ia selalu memerankan tokoh jagoan di setiap film yang dibintanginya.

Aktor blasteran ini lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1955. Ayahnya adalah seorang dokter Belanda, sementara ibunya asli orang Indonesia. Sejak masih belia, sulung dari empat bersaudara ini sudah menunjukkan ketertarikannya pada olahraga beladiri, terutama Taekwondo. Barry mendalami seni beladiri asal Korea itu di sebuah studio kecil yang terletak di belakang rumahnya di Jalan Dago, Bandung. Gurunya saat itu bernama Master Kang asal Malaysia.


Wajah tampan, tubuh atletis, ditambah keahlian beladirinya langsung mencuri perhatian produser Gope T. Samtani, yang pada tahun 1978 menawarinya sebuah peran kecil dalam film horor dewasa berjudul Primitif. Film produksi Rapi Films besutan sutradara Sisworo Gautama Putra itu bercerita tentang sekelompok mahasiswa antropologi dan pemandu mereka yang diburu kawanan kanibal di hutan rimba. Primitif merupakan film Indonesia pertama yang mengangkat kisah kanibalisme. Meski sempat dianggap kontroversial, film yang menjadi debut Barry Prima sebagai aktor itu cukup sukses di pasaran. Sejak keberhasilannya membintangi film tersebut, Gope T Samtani, produser film itu, mengganti nama Hubertus Knoch menjadi Barry Prima agar terdengar lebih komersil.

Setahun kemudian, Barry tampil dalam film bergenre aksi laga horor dewasa berjudul Serbuan Halilintar yang kemudian berhasil mengangkat namanya di jagad perfilman nasional. Film produksi Parkit Films itu merupakan salah satu film Indonesia pertama yang menggabungkan unsur aksi dan supernatural dengan menggunakan banyak efek khusus. Selain itu, film yang juga dibintangi aktor pemeran Pitung, Dicky Zulkarnaen, itu dirilis perdana bukan di Indonesia, melainkan di pasar internasional dengan mengusung judul Special Silencers. Serbuan Halilintar bahkan sempat dirilis dalam bentuk DVD dengan dialog bahasa Inggris dan teks terjemahan bahasa Belanda oleh perusahaan distributor film Delta Video.

Setelah mendapat sambutan cukup memuaskan di pasar internasional, baru kemudian film ini dirilis di Indonesia pada tahun 1982. Sebelum dapat dinikmati penonton di Tanah Air, film Special Silencers versi Indonesia ini harus terlebih dahulu mengalami banyak guntingan dari Badan Sensor Film karena maraknya unsur eksploitasi seks dan kekerasan, walaupun sebenarnya film ini memang ditujukan untuk penonton dewasa.

Selain berhasil mengangkat nama Barry Prima sebagai aktor laga, film garapan sutradara Arizal itu juga mempertemukan sang aktor utama dengan aktris cantik Eva Arnaz, lawan main yang kemudian menjadi pendamping hidupnya meski kemudian keduanya memutuskan untuk bercerai. Dua sejoli itu kembali dipasangkan dalam sejumlah judul film yakni Membakar Matahari, Bergola Ijo, dan Perempuan Bergairah. Sama seperti Serbuan Halilintar, judul film terakhir juga dikenal di luar negeri sebagai Ferocious Female Freedom Fighters.

Nama Barry Prima baru benar-benar meroket di tahun 1981 setelah tampil dalam film laga Jaka Sembung Sang Penakluk garapan sutradara Sisworo Gautama Putra. Film yang diadaptasi dari komik populer karya Djair itu dibanjiri penonton bahkan berhasil diedarkan keluar negeri dengan judul The Warrior. Hingga saat ini, Jaka Sembung merupakan salah satu film cult terfavorit dari Indonesia. Kesuksesan film tersebut membuat pihak Rapi Films memproduksi beberapa sekuelnya, yaitu Bajing Ireng dan Jaka Sembung, serta Si Buta lawan Jaka Sembung, keduanya dirilis pada tahun 1983. Bajing Ireng dan Jaka Sembung bahkan sempat masuk sebagai nominasi di ajang FFI (Festival Film Indonesia) untuk kategori Peran Pembantu Terbaik (El Manik) dan Editing. Tujuh tahun berselang, rumah produksi Andalas Kencana merilis sekuel lain Jaka Sembung dengan mengusung judul Jaka Sembung dan Dewi Samudra. Sayangnya film tersebut secara kualitas masih kalah bersaing dengan Jaka Sembung versi Rapi Films.

Memasuki tahun 1982, Barry kembali digandeng Sisworo Gautama Putra untuk berperan dalam film-film horor terkenal yang dibintangi si Ratu Film Horor, Suzanna, yaitu Nyi Blorong, Sundel Bolong, dan Ratu Sakti Calon Arang. Selain film-film bergenre laga dan horor, Barry juga pernah memamerkan kebolehan aktingnya dalam film perjuangan karya Imam Tantowi yang berjudul Pasukan Berani Mati.

Pada1984, Barry Prima tampil bersama Advent Bangun dalam film Golok Setan (The Devil's Sword) garapan sutradara sekaligus aktor senior Ratno Timoer, yang terkenal sebagai pemeran Si Buta dari Goa Hantu. Film tersebut disadur dari komik karya Man dan skenarionya ditulis oleh Imam Tantowi. Meski memasang dua nama aktor laga yang terkenal saat itu, film Golok Setan dianggap aneh, lantaran dalam salah satu adegannya terdapat pertarungan antara Barry dengan Manusia Buaya yang didukung oleh special effect yang masih bertaraf rendah. Namun film ini berhasil dijual ke luar negeri bahkan menjadi salah satu film cult yang populer. Golok Setan juga telah di-dubbing ke dalam bahasa Inggris, kemudian diremaster dan diedarkan dalam bentuk DVD di Amerika Serikat.

Keberhasilan Rapi Films menjual film-film ke mancanegara, akhirnya mendorong mereka untuk mendatangkan crew dan pemain dari luar negeri. Tujuannya tentu saja agar lebih laku dijual di sana. Salah satu bintang film yang pernah mereka datangkan adalah Chris Mitchum, putra aktor terkenal Amerika Serikat, Robert Mitchum yang sempat populer di tahun 70an. Chris kemudian disandingkan bersama Barry dalam film Menentang Maut yang dirilis tahun 1984. Film tersebut diedarkan di luar negeri dengan judul No Time To Die. Kehadiran aktor asing itu membuat Barry tersingkir dari posisinya sebagai aktor utama.

Setelah itu, Barry kembali didapuk sebagai pemeran utama antara lain dalam film Mandala Dari Sungai Ular, Carok, Menumpas Teroris, Residivis, Siluman Srigala Putih, Kelabang Seribu, Si Rawing, Tarzan Raja Rimba, Jampang, Walet Merah, dan masih banyak lagi.

Pada awal tahun 90-an, film-film yang dibintangi Barry semakin merosot mutunya sejalan dengan terpuruknya film Indonesia. Sejak saat itu, namanya hampir tak terdengar lagi, hingga di pertengahan tahun 2000-an, ia kembali tampil dalam serial TV berjudul Jaka Tanding. Sayang kemunculannya tidak terlalu menyedot perhatian lantaran serial tersebut tidak begitu terdengar gaungnya.

Titik balik karirnya sebagai aktor baru terjadi di tahun 2005, saat ia membintangi film Janji Joni. Film tersebut merupakan karya perdana sutradara muda Joko Anwar, seorang kritikus film yang sebelumnya dikenal sebagai penulis skenario film Arisan!. Jika di masa jayanya dulu, Barry kerap didaulat menjadi pemeran utama yang bertindak sebagai jagoan, di film drama komedi ini, Barry dipercaya untuk berperan sebagai supir taksi. Meski hanya kebagian peran pendukung, Barry dinilai cukup sukses bahkan namanya masuk dalam daftar nominasi Pemeran Pembantu Pria Favorit di ajang MTV Indonesia Movie Awards.

Selanjutnya di tahun 2006, Barry membintangi sinetron berjudul Emak Gue Jagoan. Sinetron yang juga diperankan lady rocker asal Bandung, Nicky Astria, itu bahkan dinobatkan sebagai Sinetron Laga dan Misteri Terpuji dalam ajang Festival Film Bandung.

Meski puluhan tahun namanya tersohor sebagai aktor laga, Barry tidak menutup diri dengan peran lain bahkan yang dianggap nyeleneh sekali pun. Hal itu dibuktikannya saat tampil dalam film berjudul Realita, Cinta dan Rock 'n Roll. Di film karya Upi Avianto ini, Barry berperan sebagai ayah transeksual. Barry yang sebelumnya dikenal publik lewat peran-perannya sebagai pria macho, gagah, dan perkasa harus tampil berakting dengan bahasa tubuh yang gemulai lengkap dengan makeup tebal yang menghiasi wajahnya.

Upi, sang sutradara, sebelumnya mengaku takut menyodorkan peran itu pada Barry. Ia khawatir tawaran itu justru bakal menyinggungnya. Namun di luar dugaan, Barry menyambut hangat tawaran tersebut, “Dia suka dengan skenarionya dan akhirnya mau,” kenang Upi seperti dikutip dari situs kompas.com. Ibu satu anak itu kagum, karena Barry mampu bekerja sama dengan baik, meski awalnya masih kelihatan egonya sebagai aktor senior.

Upi semakin salut dengan sikap profesional Barry demi menyelami karakter yang diperankannya. Barry bahkan langsung berlatih bagaimana caranya mengenakan sepatu hak tinggi dan berlatih dansa. Peran nyeleneh itu setidaknya sedikit mengubah pandangan orang, bahwa ia juga cukup mampu bermain film yang tak hanya mengandalkan aksi bela dirinya.

Aktor yang enggan mengumbar kehidupan pribadinya dan cenderung tertutup pada media ini juga ikut membintangi film Koper garapan sutradara Richard Oh, kemudian film horor berjudul Enam karya sutradara Stephen Odang dan Rico Bradley. Penampilan terakhirnya di layar lebar adalah dalam film Tarik Jabrix 3 tahun



Nama :Hubertus Knoch

Lahir :Bandung, Jawa Barat, 1955

Pendidikan : SMA Aloysius (Bandung)

Barry Prima (lahir pada tahun 1955 di Bandung, IndonesiaHubertus Knoch) adalah aktor Indonesia. Ia paling dikenal dengan perannya dalam film-film laga pada tahun 1980-an. Karirnya merentang dari awal 1980-an hingga sekarang.

Barry Prima lahir sebagai anak tertua dari empat bersaudara dari pasangan ayah Belanda dan ibu Indonesia. Ia pernah menikahi aktris Eva Arnaz namun bercerai. dengan nama

Anak pertama dari empat bersaudara ini lahir pada tahun 1955 di Bandung, Jawa Barat. Dengan nama asli Hubertus Knoch. Ayahnya seorang keturunan Belanda, sedangkan ibunya asli Indonesia. Menamatkan pendidikan menengah atasnya di SMA Aloysius, Bandung.

Dikenal sebagai pribadi yang agak tertutup, biar sudah terkenal, baginya ia ‘bukan apa-apa’. Aktor laga ini memang cocok untuk film laga, karena ia memang tidak suka untuk menghapalkan dialog. “Gue pengen cerita dengan tendangan kaki”, tegas pemeran si Jaka Sembung ini.

Mempelajari taekwondo sejak remaja. Berlatih di sebuah sasana beladiri yang berada di belakang rumahnya di jalan Dago. Pelatihnya waktu itu bernama master Kang, yang berasal dari Malaysia. Terjun ke dunia film ketika berusia 20 tahun, dan mendapat peran kecil dalam film Primitif (1978), sebuah film yang bercerita tentang kehidupan kanibal, arahan produser Gope T. Samtani.

Setelah film tersebut, namanya semakin di kenal. Sang produser, Gope T. Samtani merubah namanya menjadi Barry Prima. Berbagai film yang bertema laga telah ia mainkan. Ia mengaku cocok dengan peran yang ada adegan berkelahi dalam filmnya. Aksinya kerap mendapat pujian dari sesama bintang laga, yang juga atlet taekwondo, Joseph Hungan. Ia juga mengatakan bahwa ia menikmati perannya di setiap film dan menyukai orang-orang yang bekerja sama dengannya.

Mantan suami dari aktris Eva Arnaz ini Barry telah bermain dalam lebih 50 judul film, antara lain, Primitif (1978), Special Silencers (1979), Srigala (1981), Jaka Sembung Sang Penakluk (1981), Membakar Matahari (1981), Pasukan Berani Mati (1982), Lebak Membara (1982), Golok Setan (1983), Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983), Menentang Maut (1984), Carok (1985), Preman (1985), Menumpas Teroris (1986), dll.


JAMPANG1989M. ABNAR ROMLI
Actor
JAMPANG II 1990 S.A. KARIM
Actor
PENDEKAR KSATRIA 1988 JOPI BURNAMA
Actor
SUNDEL BOLONG 1981 SISWORO GAUTAMA
Actor
PRIMITIF 1979 BEN TAKO
Actor
PRIMITIF 1978 SISWORO GAUTAMA
Actor
WARRIOR 1985 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
KAMANDAKA 1991 M. ABNAR ROMLI
Actor
PENDEKAR BUKIT TENGKORAK 1987 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
KOMANDO SAMBER NYAWA 1985 EDDY G. BAKKER
Actor
PERAWAN LEMBAH WILIS 1993 TOMMY BURNAMA
Actor
NODA X 1984 ACKYL ANWARI
Actor
DANGER -KEINE ZEIT ZUM STERBEN 1984 HELMUT ASHLEY Adventure Actor
BERGOLA IJO 1983 ARIZAL
Actor
FEROCIOUS FEMALE FREEDOM FIGHTERS, PART 2 1981 ARIZAL
Actor
FEROCIOUS FEMALE FREEDOM FIGHTERS 1982 JOPI BURNAMA
Actor
KESAN PERTAMA 1985 M.T. RISYAF
Actor
PERTARUNGAN IBLIS MERAH 1988 DENNY HW
Actor
RATU SAKTI CALON ARANG 1985 SISWORO GAUTAMA
Actor
PASUKAN BERANI MATI 1982 IMAM TANTOWI
Actor
CEWEK JAGOAN BERAKSI KEMBALI 1981 DANU UMBARA
Actor
WALET MERAH 1993 S.A. KARIM
Actor
GARUDA POWER: THE SPIRIT WITHIN 2014 BASTIAN MEIRESONNE Documentary Actor
JAKA TUAK 1990 S.A. KARIM
Actor
JAKA SEMBUNG DAN BAJING IRENG 1983 TJUT DJALIL
Actor
JAKA SEMBUNG DAN DEWI SAMUDRA 1990 ATOK SUGIARTO
Actor
JAKA SEMBUNG SANG PENAKLUK 1981 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
JAKA SEMBUNG VS SI BUTA 1983 WOROD SUMA
Actor
DARAH PERJAKA 1985 ACKYL ANWARI
Actor
PANCASONA 1989 M. ABNAR ROMLI
Actor
FIRE OF VENGEANCE 1983 DANU UMBARA
Actor
GOLOK SETAN 1983 RATNO TIMOER
Actor
PREMAN 1985 TORRO MARGENS
Actor
MEMBAKAR MATAHARI 1981 ARIZAL
Actor
PENDANG ULUNG 1993 TOMMY BURNAMA
Actor
MENUMPAS TERORIS 1986 IMAM TANTOWI
Actor Actor
YANG PERKASA 1986 TORRO MARGENS
Actor
SI BUTA LAWAN JAKA SEMBUNG 1983 DASRI YACOB
Actor
TERTEMBAKNYA SEORANG RESIDIVIS 1985 IMAM TANTOWI
Actor
PERHITUNGAN TERAKHIR 1982 DANU UMBARA
Actor
SENGATAN KOBRA 1986 MARDALI SYARIEF
Actor
SRIGALA 1981 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
TARZAN PENUNGGU HARTA KARUN 1990 M. ABNAR ROMLI
Actor
TARZAN RAJA RIMBA 1989 ACKYL ANWARI
Actor
SILUMAN KERA 1988 M. ABNAR ROMLI
Actor
SILUMAN SRIGALA PUTIH 1987 IMAM TANTOWI
Actor
WARRIOR AND THE NINJA, THE 197- H. JUTT
Actor
DAREDEVIL COMMANDOS 1985 R. RAPI
Actor
HELL RAIDERS 1985 GOPE SAMTANI
Actor
MALAIKAT BAYANGAN 1987 TOMMY BURNAMA
Actor
WARRIOR II 1987 H. TJUT DJALILI
Actor
GADIS BERWAJAH SERIBU 1984 RATNO TIMOER
Actor
PEREMPUAN BERGAIRAH 1982 JOPI BURNAMA
Actor
KELABANG SERIBU 1987 IMAM TANTOWI
Actor
MANDALA PENAKLUK SATRIA TARTAR 1988 ACKYL ANWARI
Actor
NYI AGENG RATU PEMIKAT 1983 SISWORO GAUTAMA
Actor
NYI BLORONG 1982 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
RAJAWALI DARI UTARA 1990 S.A. KARIM
Actor
PUTRI DUYUNG 1985 ATOK SUHARTO
Actor
CAROK 1985 IMAM TANTOWI
Actor
MANDALA DARI SUNGAI ULAR 1987 ACKYL ANWARI
Actor
SERBUAN HALILINTAR 1982 ARIZAL
Actor
JURUS DEWA NAGA 1989 S.A. KARIM
Actor
JURUS DEWA KOBRA 1994 S.A. KARIM
Actor
MACHO 1994 TOMMY BURNAMA
Actor
PRABU ANGLINGDARMA III 1994 S.A. KARIM
Actor
PRABU ANGLINGDARMA II 1992 TORRO MARGENS
Actor
SI RAWING II 1993 TOMMY BURNAMA
Actor

Kamis, 24 Februari 2011

MEMBAKAR GAIRAH / 1996

MEMBAKAR GAIRAH
Sutradara: Prawoto S Rahardjo


Natasya (Deby Carol) datang ke San Fransisco Amerika untuk mengumpulkan harta warisan keluarganya yang telah dibantai karena memperebutkan sebuah akta. Akan tetapi sampai di Amerika bukannya dengan mudah mendapatkan hak-haknya akan tetapi terjadi perebutan antara mafia internasional. Penembakan dan penembakan untuk membunuh Natasya pun sering terjadi hingga Natasya ditolong oleh Alexander (Alex Dirjosaputro) yang ia panggil Dipo warga Negara Indonesia yang sudah menjadi warga Negara Amerika. Perusahaan peninggalan ayahnya ternyanta melibatkan mafia internasional dengan dana yang illegal akan tetapi menghasilkan hasil yang legal. Dipo sebenarnya adalah bagian dari mafia tersebut yang mempunyai niat buruk dengan Natasya akan tetapi selalu berusaha baik untuk menutupi semua kebusukannya. Kemana langkah Natasya selalu dilaporkan ke bosnya di Jakarta. Akhirnya Natasya pun kembali ke Jakarta setelah diajak kembali oleh Dipo.
 
Sementara itu Jack (Barry Prima) pacar dari Natasya di Indonesia hampir terbunuh oleh Tamara (Megi Megawati). Jack tidak habis pikir kenapa Tamara bisa begitu sakit hati pada Jack dan ingin membunuhnya. Jack berusaha mencari tahunya, akan tetapi Tamara tidak memberitahunya. Akhirnya Jack mencari tahu melalui ibu Tamara. Tapi ternyata Ibu Tamara sudah meninggal, dan Tamara menuduh Jacklah pembunuh Ibunya, maka itu Tamara sangat dendam pada Jack dan ingin membunuhnya.

Ketika dalam perjalanan Jack mendapati sebuah bus yang dibajak oleh anak sekolah. Mengetahui ada ketidakberesan didalam bus, akhirnya Jack turun dan menyuruh anak-anak sekolah untuk tidak mudah di tunggangi oleh para mafia yang menyamar menjadi siswa sekolah. Melihat Jack datang, mereka tidak suka dan terjadilah perkelahian. Mereka menyusupi siswa-siswa sekolah untuk merusak jiwa dengan obat-obat terlarang. Karena siswa sekolah lebih mudah untuk ditunggangi.

*****

Mengetahui Natasya telah kembali ke Jakarta, Jack menyusul kerumahnya. Ketika sedang bermesraan dengan Natasya, tiba-tiba dari balik jendela kaca, Jack melihat Tamara yang sedang disandera dan diculik oleh sekelompok orang. Jack mengejarnya, akan tetapi Jack tertipu, karena perempuan yang disangka Tamara ternyata adalah laki-laki yang menyamar menjadi Tamara untuk mengecoh Jack agar komplotan tersebut dapat menculik Natasya dirumahnya. Natasya yang selalu waspada, mengetahui ada orang yang berniat tidak baik terhadap dirinya akhirnya pun meladeni serangan yang dilancarkanoleh anak buah Leo. Natasya berhasil mengatasi serangan-serangan yang ditujukan terhadap dirinya dengan dibantu oleh Jack.

Setelah mengatasi bahwa banyak yang berniat buruk terhadap dirinya, akhirnya Natasya bertemu dengan Dipo. Akan tetapi Jack melihat Dipo seperti melihat Alex, akan tetapi ia tidak mengatakannya pada Dipo.

Natasya menemui bos Leo, karena ia berhak atas 40% saham perusahaan yang dipimpin oleh Leo, akan tetapi Leo yang telah menguasai perusahaan tersebut tidak mau memberikannya, karena ia yang menguasai perusahaan tersebut. Sementara itu Jack yang telah mendapat surat kuasa dari Pak Nyo ayah dari Natasya juga tidak bisa bertindak apa-apa. Maka terjadilah baku tembak. Dalam kesempatan tersebut Tamara tewas tertembak ketika akan menembak Jack. Tamara akhirnya di tolong oleh Jack dan Natasya.

Setelah Tamara sembuh ia mendapati Dipo sudah dibelakangnya. Akan tetapi Tamara lebih mengenal Dipo sebagai Alex. Sementara itu Tamara yang ingin membunuh Jack akhirnya tidak jadi menembaknya. Tamara lari dengan Dipo dan menganggap hutangnya telah impas dengan tidak membunuh Jack, karena Jacklah yang sebelumnya telah menyelamatkan Tamara. Sementara itu Alex sendiri sebenarnya dianggap telah mati terbunuh.

Leo yang mempunyai penyakit mematikan, akhirnya menyadari untuk dapat mati, ia juga akan menukar nyawanya dengan nyawa Jack. Leo terus memantau keberadaan Jack dan Natasya. Mereka terus berusaha membunuh Jack. Sementara Dipo tertembak. Jack akhirnya menganalisa mengenai penembakan yang dilakukan terhadap Dipo sebenarnya adalah dilakukan oleh pengkhianat. Tamara akhirnya diculik oleh anak buah Leo. Dengan melakukan pengintaian dirumah Leo, Jack dan Natasya akhirnya dapat menyelamatkan Tamara ketika sedang menjadi sandera Leo . Dan Leo yang merupakan penjahat kelas kakap akhirnya pun tertembak oleh Jack.

*****

Film Laga yang mengandalkan bintang Barry Prima ini sebelumnya berjudul Kolektor, akan tetapi karena tahun 1996 film Indonesia sedang mati suri, maka kemungkinan film ini diubah menjadi judul Membakar Gairah. Jenis film laga yang syarat dengan tembakan-tembakan tidak hanya mengandalkan ilmu silat semata.