Tampilkan postingan dengan label BAY ISBAHI 1967-1986. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BAY ISBAHI 1967-1986. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Februari 2011

BENGAWAN SOLO (River of Love) / 1971

BENGAWAN SOLO


Pembuatan Ulang dari film berjudul sama tahun 1949. Lan Sing adalah juara pop singer Taiwan.

Film ini di sutradarai oleh Willy Wilianto, Bay Isbahi dan Sofia WD

Main-mainnya Suprapto (WD Mochtar) dengan Winangsih (Rima Melati) membuahkan dua anak. Tatkala hubungan ini diketahui dan diancam istrinya, Suprapto dan anak-istri lalu pindah ke Jakarta. Maka derita tak berkeputusan dialami Winangsih: mau diperkosa majikan tempatnya kerja sampai akhirnya mati tertabrak kereta. 14 tahun kemudian. Anak Winangsih yang jadi penjual jamu, diperkosa, masuk perangkap germo dan ditawarkan pada Suprapto, ayahnya sendiri. Anak Winangsih yang lain pacaran dengan anak Suprapto dari istri sahnya, Priyanto (Frank Rorimpandey), hamil dan baru ketahuan bahwa mereka saudara seayah. 


Film yang tak jelas alur ceritanya ini, dihiasi lima perkosaan, dua adegan telanjang, dan dua tarian striptease.

P.T. CENDRAWASIH FILM
P.T. TOBALI INDAH FILM

RIMA MELATI
W.D. MOCHTAR
FRANK RORIMPANDEY
MARULI SITOMPUL
RD MOCHTAR
KOMALASARI
TUTY S
TAN TJENG BOK
HAMIDY T. DJAMIL
SULASTRI
M. BUDHRASA
BISSU

Jumat, 04 Februari 2011

SERITI EMAS, KIPAS SUTRA (The Swallow) / 1971

SERITI EMAS, KIPAS SUTRA


Film ini di sutradarai oleh
JOHN TJASMADI dan BAY ISBAHI
Judul film ini memang dua. Seperti judulnya jalan kisahnya juga membingungkan. Intinya adalah tentang Tirta (WD Mochtar), kepala sindikat bandit internasional yang kegiatannya sekitar penjualan morfin, wanita dll. Lawannya: kelompok Seriti Emas yang terdiri dari Dewi (Nenny Triana), Widya (Margareth Ann Miller Miao Chia Lie), dan Dian (Anny Kusuma). Mereka ini belajar silat dari seorang tua. Tirta dan kawan-kawan bisa ditumpas, sementara polisi seolah hanya jadi penonton.

Senin, 24 Januari 2011

BAY ISBAHI 1967-1986

 
Dulunya banyak belajar menjadi asisten sutradara Turino Djunaedi, bersama Has Manan dan Arizal.

Lahir Lahir: Sabtu, 03 Mei 1941 di Bandung. Pendidikan SMA, pernah kuliah di ATNI. Memulai karirnya dalam dunia film pada tahun 1965 sebagai pencatat dalam Jim "Operasi Hansip" Jabatan lainnya adalah sebagai juru suara, juru lampu, pembantu sutradara, dan unit manager, editor, kemudian sutradara Ia pernah berkali - kali menjadi asisten sutradara dalam film. film yang disutradarai Turino Djunaedi Dalam film "Bernafas dalam Lumpur. selain menjadi asisten sutradara, juga sebagai pemain yang kebagian peran tukang becak yang memperkosa Suzanna (1970). 

Sejak tahun 1975 dia aktif menangani film - film yang diproduksi P T Tuty Jaya Picture Bay akhirnya kawin dengan Sari Ratna Dewi, anak produser Tuty Suprapto, pada tanggal 17 Maret 1976 Menurut pengakuannya, sejak SMA Bay sudah gemar mementaskan sandiwara di sekolahnya. Juga mahir dalam tari balet modern dan bergabung dalam grup almarhumah Huriah Adam. Film pertamanya adalah "Bengawan Solo" (1971) produksi Cendrawasih Film. Film lain yang disutradarainya "Sanrego" (1971), "Sriti Emas" (1971) "Jimat Benyamin" (1973), "Perawan Malam" (1974), "Si Kabayan" (1975), "Tante Sex" (1976), "Nafsu Serakah" (1977), "Sayang Sayangku Sayang" (78), "Godaan Tuyul" (78), dan lain lain. Ia sebenarnya datang dari lingkungan kehidupan santri. Ayahnya Soelaeman seorang santri yang menginginkan anaknya menjadi santri pula Tapi sejak kecilnya dia menghabiskan waktunya dengan menonton film.

BANTENG MATARAM 1983 BAY ISBAHI
Director
ANUNYA KAMU 1986 BAY ISBAHI
Director
ARYA PENANGSANG 1983 BAY ISBAHI
Actor.Director
PERAWAN MALAM 1974 BAY ISBAHI
Director
BENGAWAN SOLO 1971 WILLY WILIANTO
Director
NODA TAK BERAMPUN 1970 TURINO DJUNAIDY
Actor
TINGGAL BERSAMA 1977 BAY ISBAHI
Director
SERITI EMAS, KIPAS SUTRA 1971 BAY ISBAHI
Director
JAKA TARUB DAN TUJUH BIDADARI 1981 BAY ISBAHI
Director.Composer
JAKA TINGKIR 1983 BAY ISBAHI
Director.Composer
SAYANG SAYANGKU SAYANG 1978 BAY ISBAHI
Director
DUKUN BERANAK 1977 BAY ISBAHI
Director
YATIM 1973 BAY ISBAHI
Director
TRAGEDI TANTE SEX 1976 BAY ISBAHI
Director
NAPSU SERAKAH 1977 BAY ISBAHI
Director
KASIH DIAMBANG MAUT 1967 TURINO DJUNAIDY
Actor
SANREGO 1971 BAY ISBAHI
Director
ORANG-ORANG LIAR 1969 TURINO DJUNAIDY
Actor
SI KABAYAN 1975 BAY ISBAHI
Director
HATI SEORANG WANITA 1984 BAY ISBAHI
Director
TUYUL PEREMPUAN 1979 BAY ISBAHI
Director
TUYUL 1978 BAY ISBAHI
Director
ACUH-ACUH SAYANG 1981 BAY ISBAHI
Director
JIMAT BENYAMIN 1973 BAY ISBAHI
Director
SUNAN GUNUNG JATI 1985 BAY ISBAHI
Director.

DUKUN BERANAK / 1977

DUKUN BERANAK


Nyi Anis diusir suaminya yang bernama Agus dalam keadaan mengandung. Karena dendam,nyi Anis minta bantuan mak Onah, seorang ahli ilmu hitam, agar Agus kembali. Mak Onah mau membantu dengan syarat korban enam kali seorang bayi setiap bulan purnama dan korban pertama adalah bayinya sendiri.Nyi Anis berubah menjadi Amundari yang jelek, menjelma menjadi nyi Mayang cantik jelita. 
 
Untuk keperluan itu nyi Anis juga diberi keahlian sebagai dukun beranak. Baru setengah dari masa bersyaratnya, Anis sudah ingin mencabut ilmu hitamnya, karena merasa sudah bisa menaklukkan Agus kembali.Sebelum tercabut, mak Onah meninggal, sehingga Anis alias Nyi Mayang tidak bisa kembali seperti semula.Orang desa melawan nyi Mayang dengan doa seperti yang mereka lakukan ketika melawan mak Onah.
 P.T. SURYA KRESTA FILM
P.D. PARIWISATA & HIBURAN PEMDA

TUTY S
SOFIA WD
TRISNA
S. BRATA
TATTY SALEH
TOETY MAYANG
SURYANA FATTAH
ADANG MANSYUR
TAUFIK ABBAS
KELLY KALYUBI
NANI WIDJAJA
W.D. MOCHTAR



ANUNYA KAMU / 1986

ANUNYA KAMU


Sebuah dagelan di seputar kehidupan para penyiar radio. Kelompok Sersan Prambors (Krishna Purwana dkk) masing-masing jadi pemilik dan penyiar pada sebuah radio swasta remaja. Maka dagelan berputar pada kehidupan pribadi mereka. Mulai hubungan buruk penyiar dengan keluarga pacarnya, sampai sejumlah kesalahan karena keteledoran, salah paham, dan plesetan kata. Puncak cerita berputar pada penyelenggaraan pagelaran musik Anunya Kamu oleh para penyiar ini.

Sersan (serius tapi Santai)
 P.T. BOLA DUNIA FILM

NENA ROSIER
FANNY BAUTY
DODDY SUKMA
SIMON PS
TARIDA GLORIA
MUKHLIS GUMILANG
KRISHNA PURWANA
RACHMANA
SUBUR

SUNAN GUNUNG JATI / 1985

SUNAN GUNUNG JATI


Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah (Abdurachman Saleh) cucu Prabu Siliwangi sejak kecil bermukin di Mesir bersama orangtuanya. Ibunya berharap, agar ia bisa mengabdikan diri untuk syiar agama di tanah kelahirannya, Cirebon. Berbagai mujizat untuk menolong rakyat Cirebon dilakukannya, sambil meyakinkan adanya suatu kepercayaan pada Allah. Kemudian ia diangkat sebagai Tumenggung. Pada posisi ini ia terpaksa berhadapan dengan Raja Cakraningrat (Yan Bastian) dari kerajaan Galuh. Sunan tak mau lagi memberi upeti, perangpun terjadi. Sunan mendapat bantuan dari Sultan Demak, Trenggono. Karena Cakraningrat tak dapat dikalahkan, Sunan mengutus Nyimas Gandasari (Ricca Rachim) muridnya untuk mencuri jimat kesaktian Cakraningrat. Maka kesaktian Sunan mengakhiri perang.

Pada film Sunan Gunung Jati, yang disutradarai Bay Isbahi, tokoh di luar dunia film juga ikut ditarik berperan serta. Abdul Rahman Saleh, bekas Direktur Lembaga Bantuan Hukum Pusat, diminta memerankan tokoh Sunan Gunung Jati. Pengacara ternama ini dinilai cocok memerankan Sunan Gunung Jati, yang raut wajahnya konon bersegi-segi Arab.
 


Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir sekitar 1450 M, namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir pada sekitar 1448 M. Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama walisongo.
Ayah

Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450. Ayah beliau adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar.
Jamaluddin Akbar adalah seorang Muballigh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucu beliau Imam Husain.
Ibunda

Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang, seorang putri keturunan Kerajaan Sunda, anak dari Sri Baduga Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang. Makam dari Nyai Rara Santang bisa kita temui di dalam klenteng di Pasar Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor.
 
Proses belajar
Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Mawlana Akbar sehingga ketika telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Kahfi beliau meneruskan ke Timur Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi masih diperselisihkan, kecuali (mungkin) Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat itu wajib dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji untuk umat Islam.

Babad Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif Hidayat mengambil peranan mambangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Pernikahan

Memasuki usia dewasa sekitar diantara tahun 1470-1480, beliau menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini beliau mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Mawlana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I.
 

Kesultanan Demak
Masa ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan DemakWalisongo. Pada masa ini beliau berusia sekitar 37 tahun kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang baru diangkat menjadi Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila Syarif Hidayat keturunan Syekh Mawlana Akbar Gujarat dari pihak ayah, maka Raden Patah adalah keturunan beliau juga tapi dari pihak ibu yang lahir di Campa. tahun 1487 yang mana beliau memberikan andil karena sebagai anggota dari Dewan Muballigh yang sekarang kita kenal dengan nama

Dengan diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di Demak, maka Cirebon menjadi semacam Negara Bagian bawahan vassal state dari kesultanan Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang pelantikan Syarif Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.

Hal ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling di-tua-kan di Dewan Muballigh, bahwa agama Islam akan disebarkan di P. Jawa dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.
Gangguan proses Islamisasi

Setelah pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa paling sulit, baik bagi Syarif Hidayat dan Raden Patah karena proses Islamisasi secara damai mengalami gangguan internal dari kerajaan Pakuan dan Galuh (di Jawa Barat) dan MajapahitPortugis yang telah mulai expansi di Asia Tenggara. (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan external dari

Tentang personaliti dari Syarif Hidayat yang banyak dilukiskan sebagai seorang Ulama kharismatik, dalam beberapa riwayat yang kuat, memiliki peranan penting dalam pengadilan Syekh Siti Jenar pada tahun 1508 di pelataran Masjid Demak. Ia ikut membimbing Ulama berperangai ganjil itu untuk menerima hukuman mati dengan lebih dulu melucuti ilmu kekebalan tubuhnya.

Eksekusi yang dilakukan Sunan Kalijaga akhirnya berjalan baik, dan dengan wafatnya Syekh Siti Jenar, maka salah satu duri dalam daging di Kesultana Demak telah tercabut.

Raja Pakuan di awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa mendapat sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif Hidayat yang telah berkembang di Cirebon dan Banten. Hanya Sunda Kelapa yang masih dalam kekuasaan Pakuan.

Di saat yang genting inilah Syarif Hidayat berperan dalam membimbing Pati Unus dalam pembentukan armada gabungan Kesultanan Banten, Demak, Cirebon di P. Jawa dengan misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara. Terlebih dulu Syarif Hidayat menikahkan putrinya untuk menjadi istri Pati Unus yang ke 2 di tahun 1511.

Kegagalan expedisi jihad II Pati Unus yang sangat fatal di tahun 1521 memaksa Syarif Hidayat merombak Pimpinan Armada Gabungan yang masih tersisa dan mengangkat Tubagus PasaiFatahillah),untuk menggantikan Pati Unus yang syahid di Malaka, sebagai Panglima berikutnya dan menyusun strategi baru untuk memancing Portugis bertempur di P. Jawa. (belakangan dikenal dengan nama

Sangat kebetulan karena Raja Pakuan telah resmi mengundang Armada Portugis datang ke Sunda Kelapa sebagai dukungan bagi kerajaan Pakuan yang sangat lemah di laut yang telah dijepit oleh Kesultanan Banten di Barat dan Kesultanan Cirebon di Timur.

Kedatangan armada Portugis sangat diharapkan dapat menjaga Sunda Kelapa dari kejatuhan berikutnya karena praktis Kerajaan Hindu Pakuan tidak memiliki lagi kota pelabuhan di P. Jawa setelah Banten dan Cirebon menjadi kerajaan-kerajaan Islam.

Tahun 1527 bulan Juni Armada Portugis datang dihantam serangan dahsyat dari Pasukan Islam yang telah bertahun-tahun ingin membalas dendam atas kegagalan expedisi Jihad di Malaka 1521.

Dengan ini jatuhlah Sunda Kelapa secara resmi ke dalam Kesultanan Banten-Cirebon dan di rubah nama menjadi Jayakarta dan Tubagus Pasai mendapat gelar Fatahillah.

Perebutan pengaruh antara Pakuan-Galuh dengan Cirebon-Banten segera bergeser kembali ke darat. Tetapi Pakuan dan Galuh yang telah kehilangan banyak wilayah menjadi sulit menjaga keteguhan moral para pembesarnya. Satu persatu dari para Pangeran, Putri Pakuan di banyak wilayah jatuh ke dalam pelukan agama Islam. Begitu pula sebagian Panglima Perangnya.
Perundingan Yang Sangat Menentukan

Satu hal yang sangat unik dari personaliti Syarif Hidayat adalah dalam riwayat jatuhnya Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda pada tahun 1568 hanya setahun sebelum beliau wafat dalam usia yang sangat sepuh hampir 120 tahun (1569). Diriwayatkan dalam perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan, Syarif Hidayat memberikan 2 opsi.

Yang pertama Pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan martabatnya seperti gelar Pangeran, Putri atau Panglima dan dipersilakan tetap tinggal di keraton masing-masing. Yang ke dua adalah bagi yang tidak bersedia masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar dari ibukota Pakuan untuk diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang.

Dalam perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini, sebagian besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi ke 1. Sedang Pasukan Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan Korps Elite dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi ke 2. Mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota pemukiman hanya sebanyak 40 keluarga karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan. Anggota yang tidak terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar.

Yang menjadi perdebatan para ahli hingga kini adalah opsi ke 3 yang diminta Para Pendeta Sunda Wiwitan. Mereka menolak opsi pertama dan ke 2. Dengan kata lain mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan (aliran Hindu di wilayah Pakuan) tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan.

Sejarah membuktikan hingga penyelidikan yang dilakukan para Arkeolog asing ketika masa penjajahan Belanda, bahwa istana Pakuan dinyatakan hilang karena tidak ditemukan sisa-sisa reruntuhannya. Sebagian riwayat yang diyakini kaum Sufi menyatakan dengan kemampuan yang diberikan Allah karena doa seorang Ulama yang sudah sangat sepuh sangat mudah dikabulkan, Syarif Hidayat telah memindahkan istana Pakuan ke alam ghaib sehubungan dengan kerasnya penolakan Para Pendeta Sunda Wiwitan untuk tidak menerima Islam ataupun sekadar keluar dari wilayah Istana Pakuan.

Bagi para sejarawan beliau adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu dengan bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur mencapai puncaknya 1650 hingga 1680 yang runtuh hanya karena pengkhianatan seorang anggota istana yang dikenal dengan nama Sultan Haji.

Dengan segala jasanya umat Islam di Jawa Barat memanggil beliau dengan nama lengkap Syekh Mawlana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.

Cerita yang lainnya
DI KOMPLEKS pemakaman Gunung Sembung, sering terlihat penziarah --perorangan atau rombongan-- dari kalangan etnis Cina. Sama dengan para saudaranya dari kalangan Islam, umat Buddha dan Konghucu itu bertujuan menyekar pemakaman yang terletak di Desa Astana, sekitar tiga kilometer di barat kota Cirebon, Jawa Barat, itu.

Untuk mereka disediakan ''kavling'' khusus di sisi barat serambi depan kompleks pemakaman. Tentu bukan karena diskriminasi. ''Kami tak membeda-bedakan penziarah,'' kata Yusuf Amir, salah seorang juru kunci kompleks pemakaman. ''Penziarah muslim ataupun nonmuslim semuanya bisa berdoa di sini,'' Yusuf, 36 tahun, menambahkan.

Pemisahan tempat semata-mata karena ritual yang berbeda. 

Di sayap barat itu terdapat makam Ong Tien, salah seorang istri Syarif Hidayatullah, yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Dia adalah putri Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming. Banyak versi tentang perjodohan mereka. Yang paling spekatakuler tentulah versi ''nujum bertuah'' Sunan Gunun Jati.

Syahdan, dalam persinggahannya di Cina, Syarif Hidayatullah menyebarkan Islam sambil berpraktek sebagai tabib. Setiap yang datang berobat diajarinya berwudu dan diajak salat. Manjur, si sakit sembuh. Dalam waktu singkat, nama Syarif Hidayatullah semerbak di kota raja. Kaisar pun kemudian tertarik menjajal kesaktian ''sinse'' dari Tanah Pasundan itu.

Syarif Hidayatullah dipanggil ke istana. Sementara itu, Kaisar menyuruh putrinya yang masih gadis, Lie Ong Tien, mengganjal perutnya dengan baskom, sehingga tampak seperti hamil, kemudian duduk berdampingan dengan saudarinya yang memang sedang hamil tiga bulan. Syarif Hidayatullah disuruh menebak: mana yang bener-benar hamil.

Syarif Hidayatullah menunjuk Ong Tien. Kaisar dan para ''abdi dalem'' ketawa terkekeh. 

Tapi, sejurus kemudian, istana geger. Ong Tien ternyata benar-benar hamil, sedangkan kandungan saudarinya justru lenyap. Kaisar meminta maaf kepada Syarif Hidayatullah, dan memohon agar Ong Tien dinikahi.

Sejarahwan Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat menyangsikan cerita ini. Dalam disertasinya di Universitas Leiden, Belanda, 1913, yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten, Hoesein terang-terangan menyebutkan bahwa lawatan Syarif Hidayatullah ke negeri Cina hanya legenda.

Tentu tak semua sepakat dengan Hoesein. Meski tak menyebut-nyebut soal ''nujum'' itu, dalam buku Sejarah Cirebon, 1990, Pangeran Soelaeman Sulendraningrat menyebutkan Syarif Hidayatullah memang pergi ke Cina. Ia sempat menetap di salah satu tempat di Yunan. Ia juga pernah diundang Kaisar Hong Gie.

Kebetulan, sekretaris kerajaan pada masa itu, Ma Huan dan Feishin, sudah memeluk Islam. Dalam pertemuan itulah Syarif Hidayatullah dan Ong Tien saling tertarik. Kaisar tak setuju. Syarif Hidayatullah lalu dipersonanongratakan. Tapi, kecintaan Ong Tien kepada Syarif Hidayatullah sudah sangat mendalam.

Dia mendesak terus ayahnya agar diizinkan menyusul kekasihnya ke Cirebon. Setelah mendapat izin, Ong Tien bertolak ke Cirebon dengan menggunakan kapal layar kerajaan Cina. Dia dikawal Panglima Lie Guan Cang, dengan nakhoda Lie Guan Hien. Putri membawa barang-barang berharga dari Istana Kerajaan Cina, terutama berbagai barang keramik.

Barang-barang kuno ini kini masih terlihat di sekitar Keraton Kasepuhan atau Kanoman, bahkan di kompleks pemakaman Gunung Sembung. Dari Ong Tien, Syarif Hidayatullah tak beroleh anak. 

Putri Cina itu keburu meninggal setelah empat tahun berumah tangga. Besar kemungkinan, sumber yang dirujuk P.S. Sulendraningrat adalah Carita Purwaka Caruban Nagari.

Naskah yang ditemukan pada l972 ini ditulis oleh Pangeran Arya Cirebon pada 1720. Banyak sejarahwan menilai, kisah Syarif Hidayatullah yang ditulis dalam kitab tersebut lebih rasional dibandingkan dengan legenda yang berkembang di masyarakat. Belakangan diketahui, Pangeran Arya mendasarkan penulisannya pada Pustaka Negara Kertabumi.

Naskah yang termaktub dalam kumpulan Pustaka Wangsa Kerta itu ditulis pada 1677-1698. Naskah ini dianggap paling dekat dengan masa hidup Syarif Hidayatullah, alias Sunan Gunung Jati. Dia lahir pada 1448, wafat pada 1568, dan dimakamkan di Pasir Jati, bagian tertinggi ''Wukir Saptarengga'', kompleks makam Gunung Sembung.

Carita sering dirujuk para sejarahwan kiwari untuk menjungkirbalikkan penelitian Hoesein Djajadiningrat, yang menyimpulkan bahwa Sunan Gunung Jati dan Faletehan sebagai orang yang sama. Berdasarkan naskah tersebut, Sunan Gunung Jati bukan Falatehan, atawa Fatahillah. Tokoh yang lahir di Pasai, pada 1490, ini justru menantu Sunan Gunung Jati.

Tapi, apa boleh buat, pemikiran Hoesein ini berpengaruh besar dalam penulisan sejarah Indonesia. Buku-buku sejarah Indonesia, sejak zaman kolonial sampai Orde Baru, sering menyebut Fatahillah sebagai Sunan Gunung Jati. Padahal, di Gunung Sembung, Astana, masing-masing tokoh itu punya makam sendiri.

''Tak satu pun naskah asli Cirebon yang menyebutkan Sunan Gunung Jati sama dengan Fatahillah,'' kata Dadan Wildan, seperti tertulis dalam disertasinya, Cerita Sunan Gunung Jati: Keterjalinan Antara Fiksi dan Fakta - Suatu Kajian Pertalian Antarnaskah Isi, dan Analisa Sejarah dalam Naskah-Naskah Tradisi Cirebon.

Dadan berhasil meraih gelar doktor ilmu sejarah dari Universitas Padjadjaran, Bandung, September lalu. Naskah yang ditelitinya, selain Carita Purwaka Caruban Nagari, adalah Caruban Kanda (1844), Babad Cerbon (1877), Wawacan Sunan Gunung Jati, Sajarah Cirebon, dan Babad Tanah Sunda --yang ditulis pertengahan abad ke-20.

Di naskah-naskah itulah bertebaran mitos kesaktian Sunan Gunung Jati, dari cincin Nabi Sulaiman sampai jubah Nabi Muhammad SAW. Tapi, mengenai asal usul Syarif Hidayatullah, semuanya sepakat ia berdarah biru, baik dari garis ayah maupun garis ibu. Ayahnya Sultan Mesir, Syarif Abdullah. Ibunya adalah Nyai Lara Santang.

Setelah menikah, putri raja Siliwangi dan adik Pangeran Walangsungsang itu memakai nama Syarifah Mudaim. Lara Santang dan Walangsungsang memperdalam agama Islam di Cirebon, berguru pada Syekh Idlofi Mahdi yang asal Baghdad. Syekh Idlofi terkenal juga dengan sebutan Syekh Djatul Kahfi atau Syekh Nurul Jati. Setelah khatam, keduanya disuruh ke Mekkah menunaikan ibadah haji.

Di situlah, seperti dikisahkan dalam Carita Purwakan Caruban Nagari, mereka bertemu dengan Patih Kerajaan Mesir, Jamalullail. Patih ini ditugasi Sultan Mesir, Syarif Abdullah, mencari calon istri yang wajahnya mirip dengan permaisurinya yang baru meninggal. 

Lara Santang kebetulan mirip, lalu diboyong ke Mesir.

Walasungsang pulang ke Jawa, kemudian jadi penguasa Nagari Caruban Larang --cikal bakal kerajaan Cirebon. Sejak itu dia lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Cakrabuana. Dari perkawinan Syarif Abdullah-Syarifah Mudaim lahir Syarif Hidayatullah, pada 1448. Dalam usia 20 tahun, Syarif Hidayatullah pergi ke Mekah untuk memperdalam pengetahuan agama.

Selama empat tahun ia berguru kepada Syekh Tajuddin Al-Kubri dan Syekh Ata'ullahi Sadzili. Kemudian ia ke Baghdad untuk belajar tasauf, lalu kembali ke negerinya. Di Mesir, oleh pamannya, Raja Onkah, Syarif Hidayatullah hendak diserahi kekuasaan. Namun Syarif menolak, dan menyerahkan kekuasaan itu kepada adiknya, Syarif Nurullah.

Syarif Hidayatullah bersama ibunya pulang ke Cirebon, dan pada l475 tiba di Nagari Caruban Larang yang diperintah pamannya, Pangeran Cakrabuana. Empat tahun kemudian Pangeran Cakrabuana mengalihkan kekuasannnya kepada Syarif Hidayatullah, setelah sebelumnya menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya, Ratu Pakungwati.

Untuk keperluan dakwah, Syarif Hidayatullah pada tahun itu juga menikahi Ratu Kawunganten. Dari pernikahan ini, dia dikarunia dua putra, Ratu Winahon dan Pangeran Sabangkingking. Pangeran Sabangkingking kemudian dikenal sebagai Sultan Hasanudin, dan diangkat jadi Sultan Banten. Ratu Winahon, yang lebih dikenal dengan sebutan Ratu Ayu, dinikahkah dengan Fachrulllah Khan, alias Faletehan.

PERAWAN MALAM / 1974

PERAWAN MALAM


Keluarga Pak Arif (Sukarno M. Noor), yang tinggal di sebuah rumah kuno, menderita keanehan. Lina (Lenny Marlina), sulung, selalu membisu siang hari dan seolah hidup di alam lain. Malam hari ia hidup penuh gairah mencari mawar merah. Lelly (Debby Chyntia Dewi), anak kedua, menderita maniak seks. Amir (Rano Karno), bungsu, senang mengganggu orang lain, padahal fisiknya cacat. Lalu ada gangguan-gangguan suara menyeramkan. Fadly (Fadly), mahasiswa psikologi, yang tertarik pada masalah Lely, mengungkap rahasia keluarga itu. Kesalahan terletak pada ibu mereka yang sejak kecil menanamkan apa yang jadi masalah mereka. Sang ibu (Rima Melati) ternyata ibu tiri yang membunuh ibu kandung yang kakaknya sendiri.
 P.T. TUTY JAYA FILM

LENNY MARLINA
RANO KARNO
DEBBY CYNTHIA DEWI
FADLY
SUKARNO M. NOOR
RIMA MELATI
TUTY S
ACHMAD ALBAR
ADANG MANSYUR

SI KABAYAN / 1975

SI KABAYAN


Ini adalah serial pertama tentang tokoh dari Jawa Barat ini. Yang nanti film ini sukses sehingga banyak versinya yang dibuat selanjutnya oleh Maman Firmansjah sebanyak 4 seri 1989 Si Kabayan Saba Kota dan Si Kabayan dan Gadis kota, 1992 Si Kabayan Saba Metropolitan yang terakhir 1994 Si Kabayan Mencari Jodoh (KABAYAN FINDS HIS LOVER). Tetapi selang itu di tahun 1991, Hengky Soelaiman sempat membuat Si Kabayan dan anak Jin (ini seri Si kabayan yang mencapurkan unsur mistiknya dengan memasang komedian Sena Utoyo dan Didi Petet).

Tokoh Kabayan Sendiri, sempat menuai protes kalangan orang Sunda sendiri. Bahkan banyak yang bilang, kalau mau melihat seperti apa karakter lelaki Sunda, Si Kabayan adalah contohnya. Walaupun dalam tokoh ini digambarkan ia yang pemalas dan bloon tapi lucu, ia masih memiliki sifast yang bisa dibanggakan yaitu jujur, dan pintar dalam dua pengertian (memiliki unsur mistik atau keberuntungan).


Synopsisi film
Si kabayan Berbeda dengan tokoh "legenda" yang hidup di kalangan orang sunda. Si kabayan dalam film ini hanya diambil sisi kebodohannya yang diharapkan bisa jadi lucu. Si kabayan (Kang Ibing) melamar Iteng (Lenny Marlina) meski semula ditolak tapi akhirnya mereka menikah.

Setelah menikah tampilah sosok kabayan yang penidur dan pemalas, hingga karena malu Iteng pergi ke kota. Disini muncul masalah penculikan dan pemerasan yang melibatkan Iteng dan kabayan yang mencarinya.
 P.T. TUTY JAYA FILM
PEMDA KODYA BANDUNG

LENNY MARLINA
TUTY S
KANG IBING
RACHMAT HIDAYAT
TATTY SALEH
M. PANDJI ANOM
SUP YUSUP
ADANG MANSYUR



Si Kabayan adalah Tokoh Legendaris Cerita Rakyat Pasundan 

yang terkenal lugu tetapi cerdik. Cerita Rakyat Pasundan yang diangkat ke layar lebar dengan berbagai versi ini untuk pertama kalinya diperankan oleh Kang Ibing yang punya nama lengkap Rd. Aang Kusmayatna Kusumadinata. 

Pria kelahiran Sumedang bulan Juli 1946 yang beristerikan Ny. Nieke ini telah dikarunia 3 (tiga) orang anak masing-masing Kusmadika, Kusmandana dan Diane. Kariernya di dunia seni berjalan mulus. Kang Ibing sendiri tidak pernah mimpi untuk jadi orang terkenal apalagi bintang film. Kariernya dimulai ketika menjadi Pembawa Acara Obrolan Rineh dalam arti santai secara kocak dan sarat kritik di Radio Mara Bandung. Gaya bicaranya yang berintonasi khas Sunda melekat dalam Profil Kang Ibing yang merupakan nama bekennya.
Nama asli yang konon masih teureuh menak Sunda yakni Rd. Aang Kusmayatna Kusumadinata seperti hilang diganti Kang Ibing yang identik dengan sosok Si Kabayan yang lugu tetapi cerdik. Ketika masih duduk di Fakultas Sastera Unpad Jurusan Sastera Rusia, Kang Ibing pernah menjabat sebagai Ketua Kesenian Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS), Penasihat Departemen Kesenian Unpad dan pernah juga menjadi Asisten Dosen di Fakultas Sastera Unpad.

Pada tahun 1970 bersama-sama dengan Aom Kusman dan Suryana Fatah membentuk Group Lawak De Kabayan. Pada tahun 1975 untuk pertama kalinya main film Si Kabayan arahan Sutradara Tutty Suprapto. Pilihan Tuty jatuh ke Ibing konon tertarik saat mendengarkan gaya humornya di Radio Mara tersebut.

Selain main film, Ibing juga sudah memerankan Bintang Iklan dari beberapa produk. Saat ini Kang Ibing lebih dikenal sebagai dai yang lumayan padat juga jadwalnya.

Putera pasangan Rd. Suyatna Kusumahdinata dan Rd. Kusdiyah ini juga pernah menjadi Direktur salah satu bioskop di Kota Bandung

ARYA PENANGSANG / 1983

 

Arya Penangsang (Jack Sampurno)sebagai Adipati Jipang mengirimkan prajurit andalannya untuk membunuh Sunan Prawoto, penguasa Demak yang telah membunuh ayah Penangsang. Terbunuhnya Sunan Prawoto dan permaisuri membuat dendam kesumat adik Prawoto,Ratu Kalinyamat(Lasmi Prabuningrat). Bersama suaminya, Pangeran Hadiri (Moortri Purnomo) ia minta keadilan dari Sunan Kudus, salah seorang wali yang ternyata berpihak pada Arya Penangsang. Dalam perjalanan pulang Ratu Kalinyamat diserbu anak buah Penangsang, Singaprana (Tanaka). 


Pangeran Hadiri tewas dalam pertempuran sementara Kalinyamat terlempar ke jurang dan dianggap sudah mati. Sebenarnya Kalinyamat diselamatkan oleh seorang pemuda Jipang yang dendam pada Penangsang karena ayahnya dibunuh. Kalinyamat kemudian bertapa telanjang dan bersumpah tidak akan berhenti sebelum Penangsang tewas. Begitu pula Arya Penangsang juga ingin memusnahkan Sultan Hadiwijaya (Yan Bastian) alias Jaka Tingkir dari Pajang.Jaka Tingkir masih ada hubungan keluarga dengan Sunan Prawoto. Sultan Hadiwijaya dimintai bantuan oleh Ratu Kalinyamat untuk membalaskan dendamnya. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi pembantu Sultan Hadiwijaya bersedia menghadapi Penangsang. Maka dibuatlah siasat, dengan melibatkan Danang Sutawijaya (Leo Candra), anak Ki Pemanahan yang diambil anak angkat Sultan Hadiwijaya untuk ikut maju perang dengan menggunakan kuda betina dan berbekal tombak Kiai Plered milik Sultan. Kuda Penangsang yang tengah dilanda birahi tergoda oleh kuda Sutawijaya. Akhirnya Sutawijaya berhasil melemparkan Kiai Plered tepat pada lambung Arya Penangsang dan tewas.
 P.T. CANCER MAS FILM

JACK SAMPURNO
LASMI PRABUNINGRAT
YAN BASTIAN
LEO CHANDRA
AZWAR AN
KAMSUL CHANDRAJAYA
SRI SADHONO
HERU SUTOPO
BAY ISBAHI
ROB MUDJIONO
MOORTRI PURNOMO
SUNARTI RENDRA

BANTENG MATARAM / 1983

BANTENG MATARAM


Ki Ageng Mangir Wanabaya (Teddy Purba) adalah cucu dari trah Raja Brawijaya. Ia berusaha menegakkan kembali kejayaan Majapahit dengan modal kesaktian tombak pusaka Baru Klinting. Rencana itu diketahui oleh prajurit sandi Mataram melalui Tumenggung Joropati (Hendra Cipta). 

Untuk melawan Mangir yang memiliki kekuatan lebih,digunakan taktik mengirim putri raja (Minati Atmanegara)sebagai Pembayun dalam pertunjukan penari keliling. Rombongan berhasil mengadakan pertunjukan di pendopo Mangir. Pembayun berhasil memikat hati Mangir dan keduanya saling mencintai. Sulit bagi Pembayun karena kekasihnya adalah musuh negara dibawah pimpinan Panembahan Senopati, ayahnya sendiri. Pembayun akhirnya berterus terang terhadap Ki Mangir. Selanjutnya Ki Mangir berhasil dibujuk untuk pergi ke Mataram. Karena cintanya terhadap Pembayun Ki Mangir disertai rombongan menghadap Panembahan Senopati di istana Mataram. 



Di pintu masuk keraton,Joropati yang telah lama memendam cinta terhadap Pambayun, berusaha keras untuk membunuh dan melenyapkan Ki Mangir dan memaksa Mangir menyerahkan kerisnya. Karena sebelumnya Mangir telah menyerahkan tombak saktinya,terjadilah pertarungan yang tak seimbang. Akhirnya keduanya tewas di depan bangsal istana Mataram. Sebelumnya Ki Mangir sempat sujud di hadapan Panembahan Senopati dan tombak pusaka Baru Klinting berhasil dikuasai sebagai pusaka Mataram.
P.T. KANTA INDAH FILM


MINATI ATMANEGARA
TEDDY PURBA
HENDRA CIPTA
SITORESMI PRABUNINGRAT
SA HAZADJI
SRI SADHONO
AZWAR AN
BARON ACHMADI
ARMAN EFFENDY
BOY CANCERO
WISNU WARDHANA
BARON HERMANTO

TINGGAL BERSAMA / 1977

TINGGAL BERSAMA


Roy Handoko (Roy Marten)seorang desainer iklan bertemu dengan pacar lamanya, Kiki (Reynilda) seorang sekretaris. Pertemuan itu membuahkan kata sepakat untuk kawin diam-diam, karena Roy masih ingin hidup bebas dan berjanji untuk tidak punya anak dulu,dan Kiki setuju agar tidak menggangu pekerjaannya.Suatu saat,ibu Kiki mendesak direktur Kiki untuk melamarnya.Direktur Kiki terpaksa setuju karena ia homoseks.Karena kelalaiannya Kiki hamil,dan Roy memaksa Kiki menggugurkan kandungan itu,tapi Kiki tidak mau, sampai akhirnya Roy mengakui bahwa anak itu adalah hasil perkawinannya

NewsJudul aslinya "Samen Leven", tapi setelah diteliti Badan Sensor Film, maka baik judul maupun ceritanya diubah. Dalam surat izin produksi berjudul "Nikah/Kawin".
 P.T. TOBALI INDAH FILM

ROY MARTEN
REYNILDA
HENDRA CIPTA
BAMBANG IRAWAN
ADE IRAWAN
NETTY HERAWATI
KOMALASARI

JAKA TARUB DAN TUJAH BIDADARI / 1981

 

Jaka tarub (Sentot S) dengan kebiasaan berburu di hutan hidup bersama ibunya, seorang janda yang menderita akibat celaan masyarakat sekitar karena Jaka tidak diketahui siapa ayahnya. Disamping itu Jaka menderita penyakit kulit menahun. Suatu saat Jaka berjumpa dengan Nawang Wulan (Susanna Caecilia)seorang bidadari cantik. Mereka menikah dan lahir putri mereka bernama Nawang Asih. Karena Nawang Wulan berasal dari dua dunia berlainan, Jaka harus menerima nasib ditinggal pergi istrinya ketika kembali ke kayangan.
 
Bahwa Jaka Tarub sesungguhnya adalah putra dari pernikahan Syech Maulana Maghribi Azamat Khan dengan Dewi Rosowulan, adik Sunan Kalijaga. Sang Syech mempunyai garis keturunan(nasab) hingga Nabi saw.

Dahulu ada seorang pemuda yang bernama Joko Tarub. Dia adalah pria melajang. Suatu hari ketika ia pergi ke hutan, di sebuah telaga ada tujuh orang gadis cantik yang sedang mandi. Karena tertarik dengan kecantikan dan keelokan tujuh gadis itu, Joko Tarub memutuskan untuk menyembunyikan salah satu pakaian gadis tersebut dan ia simpan di lumbung padi di rumahnya. Ternyata tujuh gadis itu adalah tujuh orang bidadari yang turun dari langit untuk mandi. Ketika mereka hendak kembali ke langit salah seorang dari mereka kehilangan pakaian dan selendang yang dipergunakan untuk terbang ke kahyangan. Karena sudah melebihi waktu yang ditentukan terpakasa bidadari yang kehilangan pakaian dan selendang itu pun ditinggal oleh rekan-rekannya.

Bidadari itu pun merasa sangat kalut, kemudian ia bersumpah apabila ada yang memberikan pakaian untuknya jika yang menolong itu perempuan akan dijadikan saudara dan apabila yang menolongnya laki-laki akan dijadikan suami. Datanglah Joko Tarub memberikan pakaian ganti untuk bidadari itu. Walaupun Joko Tarub tidak mengetahui bahwa gadis itu adalah bidadari. Bidadari itu bernama Dewi Nawang Wulan. Nawang Wulan sangatlah cantik, lebih cantik dibanding dengan rekan-rekanya. Dia pun menepati janjinya untuk menikah dengan Joko Tarub. Joko Tarub sangat beruntung dapat menikah dengan Nawang Wulan yang begitu cantik jelita. Seiring berjalannya waktu mereka saling mencintai satu sama lain.

Suatu hari, pada saat Nawang Wulan menanak nasi, ingin pergi ke ladang. Ia berpesan kepada suaminya, Joko Tarub untuk tidak melihat apa yang ia tanak. Setelah Nawang Wulan pergi, hasrat Joko Tarub sebagai manusia untuk mengetahua apa yang sebenarnya yang ditanak istrinya pun muncul. Kemudian, ia memlihat apa yang sebenarnya dimasak istrinya. Ternyata hanya setangkai padi saja yang ia lihat dalam tungku. Pada waktu yang bersamaan Nawang Wulan mengetahui bahwa selendangnya di simpan dalam lumbung padi selama bertahun-tahun. Nawang Wulan sangat marah kepada Joko Tarub. Joko Tarub baru mengetahui bahwa Nawang Wulan adalah seorang bidadari, ia pun menggunakan kekuatannya untuk menanak nasi, maka dari itu ia melarang Joko Tarub melihat ia memasak. Karena kecewa dengan Joko Tarub, ia memutuskan untuk meninggalkan Joko Tarub dan pergi ke kahyangan.

Di kahyangan Nawang Wulan tidak di sambut dengan baik. Ia diusir dari kahyangan karena telah menikah dengan orang yang ada di bumi. Nawang Wulan merasa tidak pantas tinggal kembali di kahyangan. Teman-temannya pun tidaklagi menyambutnya dengan baik. Dia kemudian di buang ke daerah selatan. Disana ia bertapa dan mendapat bantuan dari roh halus. Kemudian ia di nobatkan menjadi penguasa laut selatan atau sering di kenal dengan “Nyi Roro Kidul”. Sampai saat ini Nyi Roro Kidul dianggap sakti dan menguasai sepanjang laut selatan. Konon katanya Nyi Roro Kidul yang menjaga ketenangan laut selatan, sehingga banyak warga di pesisir pantai memberikan sesajen kepada Nyi Roro Kidul.
 P.T. YOUNG BROS FILM

SENTOT S
SUSANNA CAECILIA
BAGONG KUSSUDIARDJO
TATIEK WARDIONO
ADE IRAWAN
SITORESMI PRABUNINGRAT
WIDJAYA
SRI SADHONO
M. TAHAR

JAKA TINGKIR / 1977

JAKA TINGKIR


Karebet pemuda dari desa Tingkir, dengan dibantu pamannya yang berpangkat lurah, memberanikan diri untuk melamar sebagai prajurit Kasultanan Demak. Untuk menguji kemampuannya, Karebet harus berhadapan dengan Wirajaya. Karebet menampakkan keunggulannya, maka diterima oleh Sultan Trenggono. Perjuangan untuk mengabdi kepada Sultan ternyata tidak mudah. Karena fitnah dan dengki, Karebet dipecat oleh Sultan Trenggono saat ia mencapai posisi sebagai Lurah Prajurit. Ketika Demak dikacaukan oleh prajurit perdikan, Karebet berhasil menyelamatkan Sultan Trenggono. Dari sinilah Karebet yang dikenal sebagai Jaka Tingkir, memperoleh kedudukan yang lebih tinggi.
 
PEMUDA TINGKIR
Pada 1546, Demak menghadapi krisis. Kematian Sultan Tranggana menjadi mula permasalahan muncul di Jipang dan Pajang, dua wilayah di Jawa Tengah yang sama-sama menuntut hak peninggalan Demak. Aria Panangsang, keponakan Sultan Tranggana, yang memerintah Jipang berusaha menguasai salah satu kerajaan Islam terbesar di Jawa tersebut.

Namun di tengah upaya itu,Jaka Tingkir (Raja Pajang) muncul. Ia berusaha keras menghalangi upaya Sultan Trenggana. Konflik mulai meluas di antara Jipang dan Pajang. Melibatkan rakyat di kedua wilayah. Jaka Tingkir keluar sebagai pemenang. Kharisma dan kesaktiannya diakui mampu mengembalikan kejayaan Demak. Siapa sebenarnya Jaka Tingkir?

Menurut J.J. Meinsma dalam Babad Tanah Djawi: Javaanse Rijskroniek, Jaka Tingkir lahir di Pengging, sebuah negeri merdeka di Jawa Tengah yang penuh rahasia. Wilayah itu dahulu berada di bawah kuasa Kebo Kenanga, alias Andayaningrat, ayah Jaka Tingkir. “Karena ia lahir sewaktu ada pertunjukan wayang beber (juga dinamakan wayang krebet) maka ia pun dinamakan Mas Krebet,” tulis Meinsma.

Jaka Tingkir harus hidup dalam pelarian setelah ayahnya terlibat dalam upaya pemberontakan atas Demak. Andayaningrat dikisahkan tewas di tangan Sunan Kudus. Tidak lama, ibunya pun meninggal. Jaka Tingkir menjadi yatim-piatu di usia yang cukup muda. Oleh keluarganya ia dibawa ke desa Tingkir dan diadopsi oleh seorang janda kaya, sahabat ayahnya.

“Karena itulah ia diberi nama Jaka Tingkir, pemuda dari Tingkir, sebagaimana yang dikenal dan dicintai di mana-mana di daerah raja-raja Jawa Tengah,” tulis H.J. De Graaf dalam Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati.

Ketika remaja, Jaka Tingkir belajar pada Kiai Ageng Sela. Babad Tanah Jawi menyebut gurunya itu sakti dan begitu dihormati, sekaligus ditakuti oleh masyarakat. Jaka Tingkir disebut menerima kesaktian dari gurunya itu. Keduanya sangat dekat. Kiai Ageng Sela sampai memberi perhatian yang amat besar kepada muridnya itu.

Selain kepada Kiai Ageng Sela, Jaka Tingkir juga menerima pelajaran dari Sunan Kalijaga. Salah satu Wali penyebar Islam di tanah Jawa itu memberi ajaran agama dan kehidupan kepada Jaka Tingkir. Dia jugalah yang menyarankan kepada Tingkir untuk bekerja di Demak. Ia menerima saran itu dan mendaftar sebagai pengawal pribadi raja.

“Keberhasilannya melompati kolam masjid dengan lompatan ke belakang –tanpa sengaja karena sekonyong-konyong ia harus menghindari Sultan dan para pengiringnya– memperlihatkan bahwa dialah orang yang tepat sebagai tamtama, dan ia pun dijadikan kepala tamtama,” tulis de Graaf sebagaimana dituturkan dalam Babad Tanah Jawi.

Jaka Tingkir sempat diusir dari Demak setelah memperlihatkan kesaktiannya di depan penguasa Demak. Bermaksud menguji calon pengawal baru yang memiliki ilmu kebal, Jaka Tingkir justru membunuhnya. Sebuah tusuk konde menancap tepat di jantung si calon pengawal. Kesaktian Jaka Tingkir terbukti lebih hebat, meski berujung pengusiran.

Merasa putus asa, Jaka Tingkir memilih kembali ke desanya. Ia menghabiskan waktu dengan bertapa dan berguru kepada Kiai Ageng Butuh, Ki Ageng Ngerang, dan Kiai Buyut dari Banyubiru. Jaka Tingkir mendapat lebih besar kesaktian. Satu waktu, Demak dilanda kekacauan. Seekor kerbau besar mengamuk. Tidak ada seorang pun pengawal mampu menghentikannya. Mendengar kabar itu, Jaka Tingkir segera pergi ke Demak. Dengan kesaktiannya, kerbau itu dengan cepat dihentikan. Ia mendapatkan kembali kedudukan sebagai kepala pengawal raja.

“Beberapa waktu kemudian, ia kawin dengan putri ke-5 raja (Trenggana), dan menjadi bupati Pajang dengan daerah seluas 4.000 bau. Tiap tahun ia harus menghadap ke Demak. Negerinya berkembang dengan baik sekali dan di sanalah dibangunnya sebuah istana,” ungkap de Graaf.

Sebagai menantu Sultan Tranggana, Jaka Tingkir jelas tidak memiliki hak apapun atas Demak. Tetapi tidak lama setelah pemakaman Sultan Tranggana, Jaka Tingkir mengumumkan kekuasaannya di Demak. Pengangkatan mendadak Jaka Tingkir itu dilakukan berdasarkan pilihan rakyat Demak. Ia lalu memerintahkan agar pemerintahan Demak dipindahkan ke Pajang. Seluruh benda pusaka di Demak juga tak luput dari perpindahan tersebut.

Sebagai pewaris sah Demak, Sunan Prawata, seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trenggana. Tetapi ia diceritakan tidak ingin naik takhta, dan secara sukarela menjadi Priayi Mukmin atau Susuhunan di wilayah Prawata, sebuah pasanggarahan yang digunakan Raja Demak selama musim hujan. Hal itulah yang kemudian mempermudah Jaka Tingkir untuk mengambil alih kekuasaan.

Berdasar penelitiannya, JJ Meinsma mengatakan kalau Jaka Tingkir dan penguasa Pajang begitu berambisi menguasai Demak. Mereka segera mengamankan takhta atas pemilik sebagian besar wilayah Jawa Tengah tersebut. Ia bahkan melakukan berbagai tindakan untuk memastikan kedudukannya tetapi baik. Sampai tidak ada wilayah yang berani mengusik raja Pajang karena takut akan kesaktiannya.

“Semua negara bawahan menyerah. Yang mengadakan perlawanan dikalahkan. Tidak ada seorang pun yang berani melawan, karena takut akan kesaktian adipati dari Pajang. Hanya adipati dari Jipang, Pangeran Aria Panangsang, yang tidak mau menyerah,” tulis Meinsma.

Pada perkembangan selanjutnya, setelah melalui persaingan kekuasaan yang cukup panjang, Aria Panangsang berhasil menduduki takhta Demak. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Jipang.


NAPSU SERAKAH / 1977

 
Narno (Hendra Cipta) dipergoki pacarnya, Tini (Tuti Kirana), sedang merayu Tina (Lenny Marlina), adik kandung Tini. Tini yang sudah lama menyelidiki Narno, marah dan memutuskan hubungan. Tiba-tiba Tini mati digigit ular saat tidur. 

Neneknya (Sofia WD), curiga bahwa Tini dibunuh. Ia menyatakan kecurigaan itu pada Yoso (WD Mochtar), polisi. Ia juga minta guru les organ Tina, Harjanto (Deddy Sutomo), tinggal disitu. Harjanto diberitahu rahasia keluarga: tentang harta karun, tentang kematian orangtua Tina dan Tini yang tak wajar. Antara Harjanto dan Tina tumbuh rasa saling mencintai. Ny Cokrosewoyo (Mieke Wijaya), ibu Narno, tidak terima perlakuan nenek Tina. Ia pergi ke dukun dan menguna-gunai Tina, sambil menyuntikan semacam obat yang membuat Tina sakit dan mau dinikahkan dengan Narno. Lalu pembantu rumah Kromo (Hadisjam Tahax), yang dikesankan sebagai pembunuh, tewas. Nenek juga tewas. Terakhir Tina yang dikerjai. Ia dibius dan dibuang ke sebuah gua. Maka berpestalah Cokrosewoyo (Maruli Sitompul) dengan anak istrinya dirumah Tina. Tidak berapa lama muncul telegram dari Tika yang mengaku saudara kembar Tina, akan datang. Ny Cokro menyiapkan lemper beracun untuk membunuh Tika. Celakanya racun itu dimakan anaknya sendiri, adik Narno. Tika dikenal oleh Harjanto yang memang diundang sebagai Tina. Dijelaskanlah bahwa Tika meninggal saat masih kecil. Ternyata pembicaraan dikuping sang pembunuh. Ketika hendak pulang, Harjanto dipukul dan pingsan. Muncullah pembunuh yang disembunyikan sepanjang film: Narno yang hendak memperkosa Tina. Pada saat itu Cokro masuk membawa pistol. Maksud hati membunuh Tina, yang tertembak Narno. Dalam keadaan seperti itu Ny Cokro menyumpahi istrinya yang bernafsu serakah hingga mendatangkan celaka. Ny Cokro ditembak suaminya sendiri, yang kemudian roboh sendiri juga.
 P.T. TOBALI INDAH FILM

LENNY MARLINA
MIEKE WIJAYA
MARULI SITOMPUL
DEDDY SUTOMO
SOFIA WD
HENDRA CIPTA
HADISJAM TAHAX
TUTY KIRANA
W.D. MOCHTAR
TARITA MIRANTI
DODDY SUKMA
ADANG MANSYUR

YATIM / 1973

YATIM


Bintang sepak bola Andjas Asmara juga digaet produser bermain dalam Yatim (1973). Pemain PSSI, Persija, dan klub Jayakarta itu bermain bersama Lenny Marlina dan Rano Karno dengan sutradara Bay Isbah.

Dua bersaudara yaitu Rano (Rano Karno) dan Rini (Atik Pasono) kabur dari rumah paman dan bibinya, karena tak tahan oleh perlakuan kejam bibinya. Mereka jadi gelandangan dan bertemu dengan seorang nenek gelandangan yang menyayangi mereka. Penderitaan sering mereka alami, sebelum akhirnya Rano bertemu dengan seorang penggubah lagu, pemain band sekaligus pencari bakat. Pemusik ini berhasil melambungkan Rano dari gelandangan menjadi penyanyi terkenal.

P.T. TUTY JAYA FILM

LENNY MARLINA
RANO KARNO
FARADILLA SANDY
ATIK PASONO
SUKARNO M. NOOR
TINA MELINDA
ANDJAS ASMARA
TITIEK SANDHORA
MUCHSIN
GRACE SIMON