Tampilkan postingan dengan label IMAM TANTOWI 1982-1996. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IMAM TANTOWI 1982-1996. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Februari 2011

IMAM TANTOWI 1982-2009



Seperti Nya Abas Akub yang suka dengan film komedi, mungkin Imam Tantowi penyuka film laga, horor, dan petualangan yang dipadukan. Mungkin Imam Tantowi terlalu banyak baca komik atau buku-buku silat kopingho mungkin dulunya. Banyak penggemar film-filmnya di Indonesia dan bahkan juga di luar negeri. Sebahagian orang menyebutnya film Absurt, penuh dengan perkelahian, darah dan sex. Tidak apalah, namanya juga film.

Sutradara senior Indonesia ini lahir di Tegal, Jawa Tengah, 13 Agustus 1946. Berlatar belakang Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Solo (tidak selesai), sempat mengikuti pendidikan Elementery Cinematography (Biro Pendidikan Organisasi Karyawan Film Televisi).
 
Awal karirnya dimulai dalam lakon sandiwara, sebagai pemain dan sutradara Teater Pelajar Islam Indonesia cabang Tegal (1966-1969). Pernah bekerja sebagai pembuat poster film. Tahun 1971, pindah ke Jakarta dan mendapat kesempatan untuk terlibat dalam pembuatan film Biarkan Musim Berganti (1971), sebagai dekorator. Di tahun yang sama, ia menjadi pembantu penata artistik untuk produksi film Tjintaku Djauh di Pulau. Jabatan itu di pegangnya sampai tahun 1973. Setelah itu, ia memperoleh kesempatan memegang jabatan sebagai penata artistik penuh dalam film Si Rano (1973). Menjadi asisten sutradara dalam film Tukang Kawin (1977), penulis skenario untuk film Dang Ding Dong (1978), menjadi sutradara dalam film Pasukan Berani Mati (1982).

Masuk dalam nominasi pemenang FFI di Yogyakarta kategori Penulis Skenario terbaik dalam film garapannya Lebak Membara, dan kemudian ia juga mendapat nominasi kategori Cerita Asli untuk film Carok dalam FFI di Bandung. Berhasil menyabet Piala Citra kategori Penulis Cerita Asli terbaik dalam film Si Badung di FFI 1989, Jakarta. Film garapannya, Si Badung juga mendapat berbagai penghargaan kategori Film musikal terbaik dan Film anak-anak Terbaik. Kembali menyabet Piala Citra untuk Sutradara Terbaik dalam film Soerabaia 45 pada FFI 1991, disamping mendapat nominasi sebagai Penulis Skenario dan juga Penyunting Terbaik.

Mulai menulis cerita dan skenario untuk sinetron ketika dunia perfilman Indonesia mati suri, dan lagi-lagi dalam festival Sinetron dia pun sering masuk sebagai nominasi maupun sebagai pemenang. Berhasil menyabet Piala Vidya sebagai Penulis Cerita Asli terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1994 lewat sinetron Madu Racun Dan Anak Singkong, dan Penulis Cerita Asli terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia tahun 1995 lewat sinetron Jejak Sang Guru. Meraih penghargaan sebagai penulis skenario komedi dan meraih predikat terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1996 dalam Sinetron komedi Suami-Suami Takut Isteri. Melalui judul sinetron yang sama, ia juga mendapat penghargaan sebagai Penulis Cerita Asli Komedi Terbaik.

Di tahun 1996-1997, menyutradarai film layar lebar Fatahillah, bersama Chaerul Umam. Selain itu ia juga banyak menciptakan karya kolosal untuk layar lebar maupun sinetron antara lain, film Saur Sepuh (l - IV) dan sinetron Kaca Benggala.
 
Masih rajin menulis cerita dan scenario sampai sekarang. Karya terbarunya adalah Bang Jagur dan Maha Kasih, dengan sebuah episodenya yang fenomenal, Tukang Bubur Naik Haji” yang langsung menduduki rating pertama pada tayangan perdananya. Sementara tayangan ulangnya seminggu kemudian, menduduki rating ke-2. Sering diundang menjadi pembicara dalam berbagai forum diskusi.

Wawancara Dengan Imam Tantowi
Beberapa minggu yang lalu saya dihubungi oleh Peter Tombs, seorang sutradara & penulis, yang sedang mencari bantuan dalam menerjemahkan wawancara dengan Imam Tantowi, salah satu direktur terkemuka Indonesia. Sebagian besar penonton film dan TV di Indonesia telah mendengar tentang Tantowi, tentu saja. Ia memiliki prestasi sebagai sutradara dan penulis. Jika Anda tidak tahu Pete Tombs, ia adalah penulis bersama (dengan Cathal Tohill) dari Immoral Tales: European Sex & Horror Movies 1956-1984 - Sejarah Film Seks & Horor Eropa, sebuah buku non-fiksi 1994 yang memenangkan Bram Stoker Award untuk Best Non-Fiction, dan Mondo Macabro - lihat sisi liar dari dunia perfilman. Tombs bersama-sama memiliki perusahaan produksi film, televisi dan DVD yang berbasis di Inggris, Boum Productions yang memproduksi serial TV Eurotika dan Mondo Macabro untuk Channel Four Television yang berbasis di Inggris. Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang dia, Anda dapat membaca wawancara ini dengan Pete Tombs dan Andy Starke.

Naskah berikut menggambarkan isi wawancara antara Tombs dan Tantowi. Wawancara berlangsung (saya kira) selama syuting untuk serial TV 'Angling Dharma', yang masih berlangsung saat itu. Apa yang Anda baca di sini tidak berurutan secara kronologis. Saya membuat beberapa bagian yang mencakup ide-ide umum Tantowi yang disebutkan dalam wawancara.

Tentang Bagaimana Karirnya Dimulai Dan Bagaimana Kelanjutannya

Saya berasal dari teater, kemudian pada tahun 1971 saya menjadi dekorator. pada tahun 1973 menjadi sutradara seni dan sejak itu terlibat dalam pembuatan film. Ya, itu adalah ambisi saya. Saya sebenarnya ingin menjadi terkenal. Entah seorang seniman komik, seorang novelis, kuncinya adalah menjadi terkenal. Jadi saya bermain di teater, dan kebetulan saya punya teman di industri film yang kemudian meminta saya untuk bergabung.

Saya tidak punya rencana untuk menjadi penulis naskah. Itu setelah menjadi asisten sutradara, dan saat itu sutradara itu juga seorang penulis naskah dan ketika dia gagal menyelesaikan naskah dia meminta bantuan saya. ternyata dia puas dengan pekerjaan saya dan dia mendorong saya untuk mulai menulis. Jadi saya mulai menulis.

Film yang memengaruhi saya adalah 'Biarkan Musim Berganti', dan saya ingat sutradara itu adalah teman saya Motinggo Boesye, yang juga seorang novelis, dan dialah yang membawa saya masuk.

Anggaran sangat memengaruhi tulisan saya. Sebagai contoh, seorang sutradara baru sedang diuji oleh produser dengan proyek film, dan produser meminta saya untuk membuat skrip untuk film berbiaya rendah. Jadi saya membuatnya.

Pada tahun 1982, saya membuat film 'Pasukan Berani Mati' (Death Squad), sebuah epik tentang perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Saya juga membuat 'Jaka Sembung & Bajing Ireng' (Jaka Sembung & Tupai Hitam). Saya memilih film semacam ini, karena sebagian besar sutradara baru pada waktu itu membuat film remaja atau komedi. Membuat film aksi berbeda dari saya.

Film yang saya buat? Sebenarnya film anak-anak adalah yang paling saya sukai, saya membuat naskah dan menyutradarai film "Si Badung", dan memenangkan penghargaan untuk cerita terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 1989. Saya mengarahkan 15 film sejauh ini. Saya tidak tahu bahwa ada film kami yang didistribusikan dan diputar di luar negeri. Hanya produsen yang tahu tentang ini. Jika saya ingat benar, 'Pasukan Berani Mati' juga didistribusikan ke luar negeri. Saya tidak tahu judulnya dalam bahasa Inggris. Itu tidak memenangkan penghargaan apa pun. Hanya 'Si Badung' dan 'Surabya 45' yang melakukannya. Saya memenangkan penghargaan sutradara terbaik untuk 'Surabaya 45', film yang saya buat pada tahun 1989.

Hari ini saya lebih suka menulis daripada mengarahkan. Saya sudah tua sekarang. Saya lelah. Ini hanya pelarian bagiku. Saya masih berharap untuk kebangkitan industri film Indonesia.

Hari ini? Saya membuat serial televisi berdasarkan legenda Angling Dharma. Sebenarnya, sebuah cerita fiksi. Untuk menambahkan beberapa bumbu, kami membuat beberapa karakter seni bela diri, para pahlawan menjadi seniman bela diri sendiri. Singkatnya, kami menyediakan bentrokan seniman bela diri, terbungkus dalam sebuah cerita berdasarkan legenda. Bahkan belum selesai hari ini, dan sekarang kita mencapai episode 70. Satu episode harus selesai dalam waktu satu minggu dalam pembuatan. Itu sebabnya kami memiliki sutradara untuk adegan drama, dan sutradara lain untuk mengurus adegan aksi.

(Tentang berapa lama kisah 'Angling Dharma' akan berlangsung) Sebenarnya cukup aneh. selama peringkatnya masih bagus - hari ini 'Angling Dharma' berada di tempat ke-3, dari ratusan lainnya - sehingga ceritanya akan diperpanjang selama mungkin, sampai peringkat turun. Ketika peringkat tidak lagi bagus, episode penutup dibuat. Itu dia.



Tentang Kemunduran Industri Film Indonesia
Ketika saya mulai bekerja di industri film, industri film Indonesia cukup bagus. Bioskop-bioskop bebas dari pengaruh Amerika. Itu adalah hal yang sangat baik, karena setiap daerah memiliki masing-masing pialang film, membuat harganya kompetitif. Namun kemudian muncul jaringan Amerika dan jaringan Studio 21, dan setiap wilayah tidak lagi memiliki daya tawar. Pembuatan film di Indonesia menjadi industri yang tidak menguntungkan. Mereka jaringan 'memiliki' teater, dan mereka menentukan harganya. Itulah yang terjadi pada 1990-an, sedangkan 1970-an dan 1980-an adalah periode yang baik.

Ada film-film Amerika di tahun 1970-an, tetapi itu adalah kompetisi yang bebas dan adil pada waktu itu, karena mereka belum memiliki jaringan teater. Setiap teater dimiliki oleh individu atau kelompok kecil. Ketika jaringan muncul, dan Studio 21 memerintah hampir semua bioskop, dari ibukota ke kota-kota kecil, mereka praktis memerintah distribusi film, Saat itulah industri film Indonesia menemui ajalnya.

Itu setelah munculnya jaringan film Amerika di Indonesia. Sebelum jaringan muncul, setiap bioskop memiliki distributor sendiri dan dapat dengan bebas menampilkan film Amerika, Eropa, atau Indonesia. Setelah itu, mereka yang tidak bergabung dengan jaringan tidak memiliki akses untuk membeli film Amerika dan secara otomatis mati karena produksi film Indonesia tidak menyediakan cukup film untuk mereka. Mereka yang tergabung dalam jaringan tersebut menolak untuk menayangkan film-film Indonesia, dengan alasan bahwa film-film itu berkualitas rendah dan alasan lainnya. Mereka juga membuat guild pemesan untuk mendikte harganya. Begitulah cara film Indonesia dihancurkan. Tidak ada yang mau membuat film yang tidak bisa mendatangkan keuntungan.

Mereka hanya memiliki jaringan teater, dan kami tidak punya.
Dengan perencanaan yang baik, industri film Indonesia masih bisa dihidupkan kembali. Perencanaan yang baik yang saya maksudkan adalah memastikan ada dikotomi antara film Indonesia dan televisi. Biarkan mereka yang sudah ada di televisi tetap di televisi, dan membangun yang baru untuk industri film. Biarkan bintang televisi tetap menjadi bintang televisi, dan buat bintang baru untuk film tersebut. Kita seharusnya tidak mencampuradukkan film dan televisi. Dengan begitu masih ada peluang bagi kebangkitan film Indonesia. Kalau tidak, tidak. Itu hanya akan menjadi mimpi. Sayangnya, itulah yang terjadi hari ini. Pekerja film pindah ke televisi, dan sebaliknya. Industri film Indonesia hancur, sehingga para pekerja film pindah ke televisi, yang tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup pada waktu itu. Mereka yang membuat serial televisi, atau bioskop elektronik, pada awalnya adalah orang yang sama yang pernah bekerja di industri film, hanya karena mereka tidak punya pilihan, tidak ada pekerjaan, karena industri film Indonesia dihancurkan. Ini tidak akan membantu kebangkitan film nasional.

Saat itu penonton Indonesia ingin menonton film Indonesia, ya, meski tidak semua. Yang terbaik adalah membebaskan pasar, menjadikannya kompetisi yang adil, tidak ada monopoli. Kami hanya ingin kesempatan yang adil untuk bersaing. Itu saja.



Di Film Horor, Thriller & Aksi
Saya tidak suka film horor. Saya membuat film horor hanya untuk mengikuti pasar. Film-film Indonesia harus bertahan, dan cara termudah untuk ada di antara penonton film Indonesia - yang sebagian besar berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah - adalah mengikuti selera mereka: film horor & remaja.

Dalam “Ratu Ilmu Hitam” (Queen Of Black Magic) - saya adalah penulis naskah dan asisten sutradara - ide tersebut berasal dari praktik-praktik sihir hitam nyata yang masih ada di Indonesia. Nyata. Orang-orang - terutama di Jawa Timur - saat itu dan bahkan sampai hari ini mengeksekusi para praktisi ilmu hitam dengan membakar mereka hidup-hidup. Pesan saya dalam film adalah untuk mempertimbangkan kembali bahwa para korban mungkin bukan praktisi ilmu hitam yang sebenarnya. Karakter film menyarankan korban untuk melapor ke polisi, tetapi korban berpendapat bahwa tidak mungkin untuk membuktikan kejahatan, mematikan dan menyakitkan seperti itu. Karakter yang tidak bersalah dalam film tersebut dituduh melakukan praktik ilmu hitam, dan kemudian menjadi praktisi ilmu hitam yang sebenarnya. Itu ide yang umum. Ini film dengan misi. Ini adalah pengamatan tentang sihir hitam, karena memberikan pesan menentang hukuman tanpa hukum kepada praktisi sihir hitam.

Tentang Elemen, Ide, Dan Pesan Yang Berpengaruh Dalam Film Indonesia
Tidak banyak pengaruh dari tradisi Indonesia dalam industri filmnya. Namun, ketika membuat film seperti apa yang kami buat sekarang, kami biasanya mengambil tema dari cerita-cerita tradisional. 'Angling Darma' ini didasarkan pada cerita Ketoprak (drama tradisional Jawa). Setidaknya ada beberapa inovasi untuk ditampilkan kepada penonton teater tradisional, menunjukkan kepada mereka bahwa ini adalah versi film dari cerita tersebut.

Sebenarnya gaya film Indonesia (aksi) lebih dekat dengan gaya film Hong Kong daripada gaya film Amerika. Film aksi Hong Kong memiliki pengaruh besar terhadap film Indonesia. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an ada banyak film seni bela diri Hong Kong didistribusikan di Indonesia, terutama yang diproduksi oleh Shaw Brothers, dan itu sangat mempengaruhi gaya film aksi Indonesia.

Ada beberapa pengaruh dari komik, tetapi sebagian besar sebagai referensi cerita dan ide. "Jaka Sembung" didasarkan pada buku komik yang sangat terkenal di akhir 1960-an. Sudah umum atau produser membuat film berdasarkan sesuatu yang terkenal. Itu saran saya untuk membuat film. Produser tertarik, saya membuat naskah, membuat film, dan diterima dengan sangat baik di antara penonton film Indonesia. Itu berdasarkan komik, ceritanya sudah tersedia, jadi saya selesai hanya dalam seminggu. Saya cukup menulis skrip. Kisahnya sudah ada.

(Adegan pertempuran di 'Jaka Sembung' di mana kepala dan anggota badan penjahat dipotong tetapi segera kembali melekat pada tubuh) awalnya berasal dari Ramayana versi bahasa Indonesia. Seorang pria yang memiliki teknik 'Rawarontek' dapat terbunuh, tetapi setiap kali menyentuh tanah ia akan hidup kembali. Dan orang-orang, terutama yang dari Banten, bahkan sampai hari ini masih percaya akan keberadaan teknik ini.

Film jenis ini sangat populer di Indonesia, mungkin karena cara berpikir sebagian besar orang kita masih sangat dipengaruhi oleh ide-ide mistis. Atau mungkin karena kita tidak punya banyak hal untuk dibanggakan, kecuali untuk karakter buku komik. Mereka mencari model yang hanya bisa ditemukan dalam cerita seperti ini; kuat, pahlawan yang tak terkalahkan. Itu seperti ini: secara historis kita dikalahkan oleh Belanda, jadi kita menciptakan karakter yang melawan dan bahkan menang melawan Belanda. Seperti Amerika yang kalah di Vietnam dan kemudian menciptakan Rambo; sesuatu seperti itu.


Gagasan anti-imperialisme film itu bukanlah yang membuatnya sukses. Kami adalah orang yang sangat pemaaf. Ini semacam permintaan maaf atas kekalahan kami, dengan mencoba menunjukkan bahwa kami telah melawan dan bahkan memenangkan beberapa pertempuran. Namun faktanya tetap bahwa kita dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Hanya untuk menunjukkan kepada generasi sekarang bahwa kita memang bertarung, tetapi kita dikalahkan.

Saya tidak benar-benar ingin Barry Prima berperan sebagai Jaka Sembung, karena dia terlihat lebih Eropa daripada Indonesia. Produserlah yang menginginkannya. Produser menggunakan popularitas Prima untuk meningkatkan film. Sebagai penulis, saya pikir dia bukan orang yang tepat untuk bagian itu. Sebenarnya keajaiban bahwa film itu berhasil di luar negeri. semua peralatan kami lebih rendah. Sangat primitif. Kami awalnya tidak punya rencana untuk menjual film ke luar negeri. Saya sangat terkejut mengetahui bahwa film ini dibuat di luar negeri. Memang sangat terkejut.

Film semacam itu, menurut saya, harus ditujukan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Masyarakat kelas atas kami terdiri dari orang-orang yang sangat ia benci dengan pekerjaan Indonesia. Segala sesuatu yang dibuat di Indonesia buruk bagi mereka. Mengapa saya harus membuat film untuk orang-orang seperti itu? Jadi saya membuat film untuk orang-orang kelas menengah dan rendah, yang jumlahnya jauh lebih besar. Saya pikir mereka hanya mengharapkan hiburan dari film. Mereka senang ketika dihibur oleh kisah-kisah heroik.

(Tentang gaya rambut panjang yang biasa ditemukan di film-film pendekar Indonesia) Kebiasaan khusus pria atau pertapa yang berkuasa secara mistis adalah menjaga rambut tetap panjang. Bagi sebagian dari mereka, rambut juga merupakan alat untuk mengukur kekalahan mereka; ketika rambut tidak dapat dipotong itu berarti pemiliknya tidak terkalahkan. Itu sebabnya mereka, tidak pernah memotong rambut mereka.

(Tentang peran yang kurang penting dalam film Indonesia) Saya tidak berpikir itu hanya di Indonesia. Sebagian besar dari kita masih berpegang pada pandangan patriarki, tetapi itu mulai berubah. mungkin suatu hari nanti Indonesia akan memiliki superhero wanita seperti rekan Amerika, Anda tahu, Wonder Woman. Tapi tidak sekarang, tapi ini sudah dimulai.

Gagasan untuk film 'Primitive', di mana saya menjadi asisten sutradara dan penulis, berasal dari film Amerika yang dibintangi Claudia Cardinale (pada saat saya membuat terjemahan, saya tidak dapat menempatkan nama belakang, tetapi saya menduga itu adalah Claudia Cardinale, salah satu bintang film ikonik Eropa dan yang paling serbaguna), tapi saya lupa judulnya.

Tidak ada pesan politik di film itu. Tidak ada pesan, hanya hiburan murni. Produser ingin membuat film murah yang dijual. Pesan tentang pentingnya pendidikan yang ditemukan dalam film itu hanyalah slogan, untuk membuat film tidak terlalu kosong. Kami mencoba memasukkan beberapa pesan, tetapi hanya itu.

Namun baru-baru ini, dengan latar zaman kuno, saya menggambarkan situasi dan masalah politik saat ini. Anda bisa melihatnya di "Angling Darma", "Tutur Tinular", dan banyak lainnya yang saya buat.

Jadi itu saja. Sebenarnya ada beberapa hal lain yang dikatakan tetapi tidak termasuk dalam teks di atas, hanya karena saya menemukan mereka sepele dan tidak dapat menemukan atau membuat bagian yang tepat untuk mereka.

Pete dan Andy, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda berdua karena memberi saya izin untuk menerbitkan wawancara di sini. Menerjemahkan wawancara memberi saya lebih banyak pemahaman tentang apa yang dipikirkan pria seperti Tantowi.
\


Imam Tantowi Skenario FILM
Menurut Imam Tantowi, sebelum menulis skenario ada 7 pertanyaan pokok yang harus dijawab, yaitu:

1. siapa satu tokoh utamanya
2. apa yang menjadi masalah utama dari 1 tokoh utamanya
3. apa saja yang selalu berusaha menghambat pencapaian tokoh utamanya
4. bagaimana pada akhirnya tokoh utama dalam mencapai gol/keinginannya. Semakin unik caranya akan lebih semakin menarik
5. apa yang ingin dicapai pada ending cerita
6. bagaimana anda mengisahkannya apa yang ingin dicapai tokoh utamanya
7. bagaimana perkembangan tokoh utama dan tokoh pendukung.

Imam Tantowi juga menjelaskan bahwa adaptasi bukanlah transkripsi dari bentuk novel ke dalam bentuk skenario, adaptasi adalah interpretasi dari sebuah cerita novel. Yang harus diperhatikan oleh penulis skeario haruslah melengkapi apa yang dibutuhkan nivel itu agar menjadi yang lebih bagus. Sebuah skenario adaptasi dari novel dianggap berhasil, kalau skenario itu sukses menangkap ruh dan essensi cerita serta jiwa dari novel aslinya.

Penulis novel pasti memiliki misi, pesan esensial yang mau disampaikan kepada khalayak pembaca. Ketika misi dari filmnya melenceng, atau malah bertolak belakang, maka adaptasi itu gagal menangkap ruh dan esensi novelnya, dan penggemar novel yang fanatis akan marah. Karena filmnya dianggap jauh berbeda dengan novel. Karena penulis skenario dan sutradara adalah juga seorang kreator, maka bisa terjadi novel yang sarat dengan dakwah, begitu menjadi film bisa dibalik menjadi anti dakwah, mungkin karena pebulis skenario dan sutradara tidak bisa menangkap misi dari novel. Atau mungkin sengaja melencengkan pesan novel tersebut, demi kepentingan tertentu.

Banyak sekali skenario adaptasi yang penyajiannya berbeda dengan novelnya, seperti The Godfather karya Mario Puzo. Film jauh lebih bagus melampaui novelnya sendiri. Skenario untuk film ditulis oleh Mario Puzo sendiri bersama sutradara, Francis Ford Coppola. Karena Mario Puzo sangat tahu apa yang paling esensial dari ceritanya, sementara Capollo sangat tahu bagian-bagian yang paling dramatik dari novel yang dibacanya. sebaliknya film The Lord of the Rings, untuk mendapatkan ruh, esendi serta jiwa dari novelnya, adaptasi untuk skenario film justru hampir seperti novel aslinya.

Yang penting dilakukan dalam adaptasi sebuah novel keskenario film, kemampuan memilah mana yang penting untuk cerita, dan mana yang sekedar bunga. Mana plot utama dan mana yang hanya cabang. jangan sampai plot cabang mengganggu plot intinya. Segera tentukan siapa protagonis, dan siapa tokoh antagonisnya. Lalu sebaiknya cerita berjalanmengikuti sang protagonis. Prinsipnya hanya ada satu protagonis yang menjadi alur cerita. Kalau terjadi ada alur kembar, penonton akan bingung. kemudian persiapkanlah perubahan demi perubahan tokoh utama dan tokoh pendukung dengan progres yang mencepat sampai mencapai klimak, sambil memberikan ruang kepada penonton untuk menduga-duga. Jika semakin banyak penonton yang salah duga tergadap tokoh pendukung, akan semakin menarik.

NEWS
Imam Tantowi: “Visi Berkarya Saya Sekarang Pencerahan”

Annida-Online--Pasang surut dunia perfilman Indonesia membuatnya tetap bertahan. Sempat berhenti menulis skenario dan menjadi sutradara karena menyadari “kegelisahan” karyanya sebagai seorang Muslim, yang juga pernah aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII). Setelah sekian lama bergelut dengan karya yang tunduk pada pasar atau produser semata, kini sosok ini tegas menyampaikan visi berkaryanya. “Tetap karya yang ingin saya tampilkan adalah sebuah karya yang apa pun bentuknya, seperti action misalnya hanyalah bumbu. Isinya tetap pencerahan.”

Lalu munculnya kontribusinya yang bermuatan dakwah dalam film Fatahillah (sutradara), Ketika Cinta Bertasbih dan Ketika Cinta Bertasbih 2 (penulis skenario). Termasuk juga menulis skenario sinetron Mahakasih, Jalan Takwa, Astaghfirullah, Bang Jagur, dan sinetron lainnya.

Dialah Imam Tantowi, satu dari sedikit penulis skenario dan juga sutradara Indonesia yang tetap menjaga kualitas supaya penonton mendapat nilai plus usai menikmati sebuah tontonan. Jika sekarang dia yakin harus menolak membuat film yang tidak mendatangkan manfaat bagi dakwah, itu karena yakin pula Allah akan menggantikannya dengan yang lain. Perjalanan karirnya yang berujung me-reform visi kekaryaan cukup panjang. Hijrah ke Jakarta, lelaki kelahiran Tegal (13 Agustus 1946) ini tak berambisi menjadi orang film, keinginannya menjadi ilustrator di majalah. Meskipun sebenarnya di Semarang bergabung dengan teater Angkatan Muda PII.

“Saya bertemu dengan orang yang baik sekali, Has Manan yang yang mencurahkan ilmu art director pada saya, lalu mendapat kesempatan menulis dari Motinggo Busye. Kalau menjadi asisten sutradara, formal dengan Has Manan, informal dengan Motinggo Busye. Sebelum itu saya sudah pernah mengasisteni Motinggo Busye, tapi nggak ada di credit tittle. Film komedi yang pemainnya Jalal, saya lupa judulnya,” kenang Imam. Sejak itulah bapak enam anak ini merasa dunia film adalah pilihannya.

Untuk menjadi sutradara, zaman ketika dirinya berkecimpung dalam film harus ada pengukuhan dari Karyawan Film dan Televisi (KFT). Film pertamanya Pasukan Berani Mati (1982) lulus uji, tapi Imam belum berani maju. Ketika banyak sutradara memilih genre seks, komedi atau remaja, untuk film yang akan mengukuhkannya sebagai sutradara Imam memilih lain. “Saya akan dianggap sutradara yang nothing kalau membuat film begitu. Saya membuat film perang, dan perhitungan saya tepat sampai masuk Koran Kompas, Suara Pembaruan, dan majalah Tempo. Seorang produser memercayakan film perang pada sutradara baru. Alhamdulillah, film itu laris.” Lewat film keduanya Lebak Membara (1983), Imam maju untuk pengukuhan namun dianggap belum layak. Beberapa bulan setelah itu Lebak Membara mendapat tiga nominasi; penulisan skenario terbaik, aktris utama terbaik, dan penata musik terbaik. Artinya film itu di-manage dan disutradarai dengan baik sehingga mendapat apresiasi juri. Cukup aneh memang, sementara film yang dikukuhkan ada yang tidak mendapat nominasi sama sekali. Ditawarkan KFT untuk mengajukan satu film lagi untuk pengukuhan Imam menolak dan memilih mulai dari asisten sutradara lagi.

“Tapi sutradara itu akan saya "injak-injak". Saya diajak sutradara yang dulu saya langgar dan itu saya lakukan. Di film Jaka Sembung Kecil, saya ingin menghina organisasi saya saja, he he he ...Semua orang tahu film itu saya yang mengerjakan cuma namanya saja bukan. Dan itu sutradara lulusan KFT. Saya memberontak karena saya tahu saya dikerjain,” tukasnya. Setelah beberapa kali akhirnya ia mengalah dan mendapat pengukuhan.

Prestasi membanggakan adalah ketika Imam membuat film Saur Sepuh, Saur Sepuh 2, Saur Sepuh 3, dan Saur Sepuh 4. Film Saur Sepuh yang berbiaya Rp 1, 2 milyar -waktu itu budget film biasa maksimal 250 juta- sangat fenomenal dan menjadi film terlaris dengan penjualan tiket full. Sebenarnya Imam sempat meminta agar Saur Sepuh cukup sampai Saur Sepuh 3, menghindari kejenuhan film. Sampai akhirnya ia keluar dan membuat film perang kembali Soerabaia 45, yang menjadi piala pertamanya sebagai sutradra terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1991. Setelah film Indonesia kolaps, Imam beralih ke sinetron dan menulis skenario sinetron laga seperti Kaca Benggala dan Angling Dharma.

Menjawab pertanyaan film yang berkesan, Imam menyebutkan rata-rata adalah film yang diinginkannya dan memberikan pesan moral, yaitu film anak-anak. Si Badung adalah salah satunya, film yang menceritakan perjuangan siswa SD membelikan sepede untuk guru idola mereka. Juga beberapa skenario film Nakalnya Anak-Anak (1979), lalu ada Ira Maya dan Kakek Ateng (1980). Tahun 1997 adalah tahun penting ketika bersama ia bersama Chaerul Umam membuat film layar lebar Fatahillah. “Itu yang pada akhirnya menyeret saya untuk menuju jalan yang benar. Dulu kan yang penting film saya itu tidak merusak moral, isinya mengajak kebaikan, tapi tidak ada berdakwah Islam. Nah, perkenalan dengan Chaerul Umam yang selalu dikawal dengan Abu Ridho dan Ustadz Muhammad Ridwan me-reform karya saya. Belum 100 persen memang, karena waktu itu saya sedang membuat Tutur Tinular dan Kaca Benggala, tapi tetap dengan moral Islam,” ujarnya.

“Saya sempat juga ditegur secara bercanda oleh Hosein Nurseha, senior saya di PII Semarang, kamu orang Islam bikin film Hindu. Saya bilang saya sudah stop bikin film Hindu, bikin yang baru sekarang. Apa? Film Budha!” kenang Imam sembari tertawa.

Seiring dengan perjalanan dan kesadaran untuk menjadi lebih baik, sekarang tawaran untuk film-film demikian berhenti. Banyak pihak telah mengetahui spesialisasi Imam. Apalagi ketika oleh umat Hindu Bali Angling Dharma sempat diprotes karena dia menyisipkan tokoh Islam asal Gujarat yang mengejar musuh sampai ke kerajaan Angling Dharma. Meskipun yakin tidak bersalah karena konsep kerja sama lintas agama melawat kebatilan menurutnya lebih baik daripada berseteru. “Itu mungkin sentilan dari Allah. Setelah itu saya stop. Nggak mau lagi, sejak itu saya keluar. Disuruh membuat cerita itu nggak mau, ini nggak mau. Akhirnya nganggur. Lalu kembali ketemu Chaerul Umam disuruh membuat Astaghfirullah di televisi, cerita tentang rukhyah syar’i. Saya jadi mengenal yang demikian, lalu Jalan Takwa, Matahari Cinta dan lainnya.”

Dan memang benarlah. Puncak prestasi apalagi yang mengangkat status kemanusian seorang kreator, selain karyanya mampu berkontribusi bagi kebaikan orang banyak, terlebih bagi agamanya. Bagaimana, sepakat bukan?


JENDRAL SUDIRMAN1993NURHADIE IRAWAN
Director
KNIGHT OF MADANGKARA, THE 1987 IMAM TANTOWI
Director
SI BADUNG 1989 IMAM TANTOWI
Director
FATAHILLAH 1996 CHAERUL UMAM
Director
PEMBALASAN SI MATA ELANG 1989 IMAM TANTOWI
Director
PASUKAN BERANI MATI 1982 IMAM TANTOWI
Director
MENUMPAS TERORIS 1986 IMAM TANTOWI
Director
SAUR SEPUH III 1989 IMAM TANTOWI
Director
SAUR SEPUH II 1988 IMAM TANTOWI
Director
SAUR SEPUH 1988 IMAM TANTOWI
Director
TERTEMBAKNYA SEORANG RESIDIVIS 1985 IMAM TANTOWI
Director
SAUR SEPUH IV 1991 IMAM TANTOWI
Director
SILUMAN SRIGALA PUTIH 1987 IMAM TANTOWI
Director
SOERABAIA 45 1990 IMAM TANTOWI
Director
KELABANG SERIBU 1987 IMAM TANTOWI
Director
DIA SANG PENAKLUK 1984 IMAM TANTOWI
Director
LEBAK MEMBARA 1982 IMAM TANTOWI
Director
CAROK 1985 IMAM TANTOWI
Director
7 MANUSIA HARIMAU 1986 IMAM TANTOWI
Director
PELET 1987 IMAM TANTOWI
Director

7 MANUSIA HARIMAU / 1986



Sebuah film horor yang berdasarkan sebuah kepercayaan mistik. Gumara (Ray Sahetapy) datang ke desa Kumayan untuk jadi guru, di samping mencari ayah kandungnya. Sejak kedatangannya di hari pertama, ia sudah menghadapi hal-hal aneh. Bahkan kunjungannya ke Lebai Karat (El Manik) membuat Gumara menghadapi harimau jadi-jadian. Untung Harwati (Anneke Putri), putri Lebai Karat sempat melerai. Tanpa disadari, Gumara memiliki keampuhan sama. Harwati ini kemudian jatuh cinta pada Gumara. Begitu juga muridnya yang terpandai, Pita Loka (Shinta Kartika Dewi).

Kemudian diketahui bahwa Gumara adalah anak haram Lebai Karat. Gumara ingin memutus keampuhan harimau jadi-jadian. Enam harimau jadian lainnya tersinggung. Lima di antaranya menyerang Gumara, yang dibela ayahnya, Lebai Karat. Mungkin bisa dibilang film mistik yang paling lumayan dan masuk akal.

Film ini mengambil novel dari Motinggo Busye dengan seri 7 Manusia Harimaunya.

P.T. KANTA INDAH FILM



Untuk Sejarah 7 manusia harimau berawal dari Desa Kumayan Jati yang berada di pedalaman Sumatera Selatan. Dimana, di desa tersebut terdapat 7 manusia harimau yang sangat kuat sehingga membuat desa Kumayan disegani oleh penduduk desa yang lainnya dan juga orang baru yang akan menetap di desa tersebut.

Setiap orang yang akan menetap di Desa Kumayan harus patuh dan taat pada peraturan yang berlaku sesuai dengan kehendak para penguasa yang tidak lain dan tidak bukan adalah para orang pintar yang dapat menjelma menjadi manusia harimau.

Sosok Gumara merupakan cikal bakal munculnya 7 manusia harimau yang ada di Desa Kumayan. Ia merupakan sosok yang disegani di desa tersebut dan awalnya tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kekuatan bisa menjelma menjadi harimau karena awalnya tinggal bersama dengan ibunya.

Setelah Gumara berada di Desa Gumayan, ia baru menyadari kelebihannya bahwa dirinya bisa menjelma menjadi harimau. Meskipun begitu, ia tetap rendah hati dan selalu bersikap baik kepada orang yang ada di sekelilingnya. Ia juga berupaya untuk tidak marah karena dapat memicu dirinya untuk berubah menjadi harimau.

Namun sejak kemunculannya di Desa Kumayan ada banyak sekali peristiwa buruk yang menimpanya termasuk harus dimusuhi oleh orang-orang yang tidak menginginkan kehadirannya seperti pemuda yang menyukai anak Lebai Karat lantaran cemburu dan istrinya mantan guru tempat Gumara mengajar.

Meskipun ada banyak rintangan yang harus dihadapi, namun Gumara tetap menjadi sosok yang bijaksana dan disegani di desa tersebut. Diceritakan pula bahwa ia mulai jatuh cinta dengan gadis cantik bernama Pitaloka.

Cerita mengenai 7 manusia harimau memang sudah beredar luas di masyarakat.

KELABANG SERIBU / 1987



 
Sebuah kisah intrik di zaman "dulu" dicampur dengan laga plus tenaga gaib. Singa Lawe (Barry Prima) kembali ke desanya dan melihat desanya porak poranda hingga ia ingat akan pembunuh orang tuanya. Penduduk takut menerimanya, tapi toh Akuwu (bupati) Ariamanik (Deddy Sukma) menerimanya, melawan aturan dari pasukan kota raja yang menguasai tempat itu di pimpin oleh Boma (Sutrisno Wijaya) dan anaknya banaspati (Advent Bangun) melarang Singa Lawe membebaskan Wulan Sari (Nurul Arifin) bekas pacarnya yang kini istri Aria Manik, dari usaha perkosaan banaspati. maka Singa lawe harus berhadapan dengan Banaspati dan Boma. Berulang kali Banaspati kalah hingga ia berulangkali minta ilmu sakti kepada nenek Gondrongmanis ( Wenny Rosaline). Ilmu itu rupanya hasil curian dari sebuah kitab yang di curi oleh Nagarangsa ( Baron Hermanto) atas perintah gurunya. Setelah mendapat kesaktian penuh, Banaspati makin angkara. Ayahnya sendiri di bunuh. 

Maka Singa Lawe, Nagarangsa, Pandarsih (Anneke Putri) adik Banaspati yang pacaran dengan anak Ariamanik beramai-ramai menyerbu gua siluman tempat Banaspati dengan para silumannya bercokol. Berhasil Singa Lawe dkk kembali berkelana tapi Ariamanik ternyata juga memerintah dengan kejam.


PELET / 1987



Saat Saraswati (Diah Puri Handayani) dan Pandu (Husswein Asgar) menikah datang Sam ( Hengky Tornado) yang ditolak cintanya oleh Saraswati. Kekawatiran saraswati terbukti, Pandu mengalami kecelakaan. Kakinya patah dan wajahnya luka. Dengan bantuan dukun Sam dapat menjinakkan Saraswati. Utari (Rani Soraya) pacar Sam marah, dan mencari dukun juga untuk mencelakakan saraswati, hingga wajahnya rusak Saraswati kemudian disembuhkan oleh seorang kyai, sementara Sam dibunuh komplotan Utari. Pihak berwajib menyelesaikan masalah ini.
P.T. CIPTA PERMAI INDAH FILM

PURI HANDAYANI
HUSEIN ASGAR
RANI SORAYA
ROBBY SORONGAN
F. SUKOWATI
YATTI SUTJIPTO
LINA BUDIARTI
ANTO CHANIAGO
YUNUS TAKARA
TATIEK SUWARNO
SUDARMI SUYADI
ANTON INDRACAYA



Saat Sara dan Pandu menikah, Sam yang cintanya ditolak Sara tiba di tempat kejadian. Dia mengamuk dan menghancurkan prasmanan pernikahan. Kekhawatiran Sara terbukti. Kemudian Sam menyerang dengan teman-temannya Pandu dan secara brutal memukulnya. Pandu mematahkan kakinya dan wajahnya terluka. Untuk mendapatkan Sara, Sam pergi ke dukun wanita. Penyihir menyebabkan setan (sejenis jin). Itu menguasai Sara. Utari, pacar Sam, marah. Dia juga mencari dukun lain untuk menyakiti Sara, sampai wajahnya patah. Sara kemudian disembuhkan oleh seorang Kyai (seorang pemimpin agama Islam). Kedua dukun itu saling bertarung dengan konsekuensi dramatis. Pada akhirnya keduanya dukun mati. Sam menembak Utari dan ditangkap oleh polisi. Sara dan Pandu diselamatkan.

Holla. Satu lagi film tentang mantra sihir dan kutukan serta konsekuensinya. Sulit dipercaya bahwa di asia dengan masalah cinta segera pergi ke penyihir hitam, dukun dan penyihir. Konsekuensi yang dihasilkan dari hal ini cukup dramatis. Juga di sini lagi mayat yang dibangkitkan dari kuburan mereka, kalajengking, ular dan makhluk lainnya digunakan. Dan jika pada akhirnya kedua dukun itu bertarung dengan makhluk mereka melawan satu sama lain, itu murni kegembiraan. Di sana kepala merokok, orang ditarik ke bumi, bola api digunakan, dan sebagainya. Tidak sebagus film-film terbaik subgenre asal Indonesia ini, tapi hiburannya tetap bagus.

CAROK / 1985



Film ini cukup baik, tema besarnya adalah harga diri dan martabat keluarga yang harus di junjung tinggi, apa pun itu. Perkelahian untuk harga diri dan martabat keluarga sangat penting bagi orang madura. Ini adalah cerita tentang orang-orang Madura yang ada di Tanjung Periuk Jakarta dengan komplit profesi mereka, yaitu pengumpul besi bekas.Film ini juga membenturkan hukum negara dengan hukum adat/Madura, yaitu Nyawa di bayar nyawa.

Jamal (Barry Prima) yang diharapkan ayahnya Markasan (El Manik) untuk jadi Sarjana Hukum agar bisa jadi orang besar, dihadapkan pada pilihan sulit. Skripsinya tentang carok sukar diselesaikan karena pengalaman keluarganya. Ia selalu mengelak desakan ayahnya untuk carok, ketika adiknya meninggal tertabrak bus waktu tawuran antar pelajar. Juga ketika kakaknya, Hasan (Joescano Jusuph) mati carok dengan Harun (Advent Bangun), karena istrinya, Ruminah (Yenny Farida) serong. Harun sengaja memancing Ruminah untuk menghancurkan keluarga Markasan, saingan dalam dagang besi tua. Seorang pengadu domba yang selalu membisiki bahwa ayah Harun dibinasakan oleh Markasan. Pengadu domba ini pula yang memanasi Jamal, maupun Markasan. Dalam usaha ini Harun mengikat kerjasama dengan Johny Ireng (Kandar Sinyo), yang juga menginginkan pangkalan besi tua Markasan. Dalam keraguannya, Jamal tetap mengambil jalan lurus. Ia juga tidak mau mengikuti cara dagang ayahnya yang agak menyimpang dari hukum. Ketika ayahnya meninggal, Jamal seolah tak lagi punya pilihan.

Dengan mendapat dorongan dari ibunya, dihabisinya Johny Ireng dan kawan-kawan. Jamal juga menantang Harun untuk berduel. Dalam keadaan Jamal terdesak, Harun ditusuk pisau oleh Ruminah, yang merasa hanya diperalat Harun. Jamal terpaksa mendekam di penjara, dan minta pada saudaranya jangan mengulang lagi perbuatan yang terpaksa dilakukannya.



DIA SANG PENAKLUK / 1984



Yessi (Suzanna) sangat senang jika pria yang menginginkannya bertekuk lutut di hadapannya. Sikapnya itu telah membuat banyak orang sakit hati kepadanya. Tapi ia juga sakit hati karena pacar yang dicintai pria yang menginginkannya bertekuk lutut di hadapannya. Sikapnya itu telah membuat banyak orang sakit hati kepadanya. Tapi ia juga sakit hati karena pacar yang dicintainya justru berhianat. Dalam keadaan seperti itulah sebagai pewaris perkebunan kelapa sawit, Yessi ke Jakarta untuk urusan bisnisnya. Ia dijemput dan diperkenalkan dengan adik kawannya bernama Anton (Clift Sangra). Sejak saat itu ia menjadi perhatian Anton. Yessi seolah-olah menerima cintanya dan memperlihatkan kemanjaannya.

Di balik itu Yessi sempat memanasi Anton dengan lelaki lain, hingga pemuda itu bertekad akan bunuh diri. Mengetahui hal itu dr. Norman (El manik) , kakak Anton mengambil alih persoalan. Yessi diculiknya dan dibawa ke kapal yang digunakannya untuk berlibur ke Jakarta. Yessi dipaksa ikut ke Irian Jaya, tempat ia bertugas. Di sanalah Yessi mendapat pengalaman dan pelajaran keras dari Norman, sehingga Yessi kemudian merasa tertarik dan benar-benar jatuh cinta.
P.T. CIPTA PERMAI INDAH FILM

SUZANNA
EL MANIK
CLIFT SANGRA
NIZAR ZULMI
DODDY SUKMA
BELKIEZ RACHMAN
DHONNY SABELLA
HASAN DOLLAR
ALEX MENPUAR
SHINTA DH
ULLY ARTHA
JOHAN MARDJONO


SILUMAN SRIGALA PUTIH / 1987

SILUMAN SRIGALA PUTIH


Jari Getih (Atut Agutinanto) perampok mencari sasaran di desa tempat Srigala putih (Advent Bangun) merajalela. Di desa itu kebetulan datang pengembara (Barry Prima) yang keluarganya dihabisi Jeri Getih. Jeri Getih menyamar sebagai pedagang menghasut rakyat melawan Srigala Putih. Pengembara ikut terbujuk karena tawaran uang banyak, ia berhasil membunuh Srigala Putih namun tidak dipercaya, karena tidak ada bukti, bahkan pemilik warung yang membantu pengembara di desa itu dengan cirri seperti yang dilakukan Srigala Putih. Tangannya dikutungi, sementara itu Pengembara membantu seorang gadis anak pemilik warung yang hampir tenggelam. Gadis ini mengenali si pedagang sebagai Jeri Getih.

Maka Pengembara bertindak sesuai dengan dendamnya. Setelah selesai ia melanjutkan perjalanannya, kali inibersama gadis anak pemilik warung itu.

TERTEMBAKNYA SEORANG RESIDIVIS / 1985


Wawan (Barry Prima) anak yatim piatu yang tumbuh di tengah kaum gelandangan dan pencoleng. Bersama teman-temannya dia harus menyetor uang pada bos mereka, yang kejam dan senang menyiksa bila setoran dirasa kurang mencukupi. Keadaan ini terbawa saat dia dewasa dan mulai menegakkan bendera sendiri, meski tetap bekerja untuk seorang bos. Kadar kejahatannya tidak yang kecil-kecilan lagi. Hanya satu pantangannya, tidak membunuh. Pantangan ini terlanggar, saat dia merampok rumah seorang pedagang emas. Sirene ambulans yang disangka polisi membuat anak gadis pedagang yang sembunyi di dalam kamar, lari keluar. Wawan panik dan menembaknya hingga mati. Ia sempat menaroh bunga di pusara korbannya. Peristiwa ini menghantui terus, dan dengan dorongan pacarnya, Suci (Wieke Widowati) yang dikenalnya di tempat pelacuran, Wawan berniat mengundurkan diri dari dunia kejahatan. Dia bekerja sebagai buruh kasar di sebuah proyek bangunan. Kawan-kawannya khawatir dia akan berkhianat, maka mereka merencanakan akan menyingkirkan Wawan. Saat Wawan dikeroyok temannya, Daniel (Advent Bangun) kawan sekerjanya membantunya.

Daniel yang mengaku preman Surabaya mengajak melakukan kejahatan kembali, tapi Wawan menolak. Bersama Suci, ia ingin pulang ke desa. Namun niat itu tak kesampaian. Dalam suatu perjalanan bersama dengan Daniel, tahulah dia bahwa Daniel adalah intel polisi. Daniel mempunyai dendam kepada Wawan, karena korban yang ditembaknya dulu adalah calon istrinya. Wawan bertekad menyerahkan diri pada polisi. Sesampai di rumah, didapatinya Suci mati disiksa. Maka berangkatlah Wawan dan Daniel menantang bekas kawan-kawan Wawan. Setelah berhasil menghabisi gerombolan penjahat itu, Wawan mengosongkan pelurunya dan menantang duel Daniel. Wawan terkapar. Ia merasa telah menebus dosanya.

PEMBALASAN SI MATA ELANG / 1989



Mata Elang (Advent Bangun), pendekar yang dikenal sebagai pembunuh bayaran, diminta penduduk Desa Kemuning untuk menumpas Demang Busro (Atut Agustinanto) yang menindas rakyat dan menculik Warti (Yurike Prastica), kembang desa itu. Dalam rangkaian usaha yang berhasil menghancurkan Demang Busro, yang ternyata musuh besar yang sedang dicari-cari Mata Elang itu, citra buruk Mata Elang sebagai pembunuh bayaran berubah menjadi pembela kebenaran dan rakyat kecil.


P.T. VIRGO PUTRA FILM

SERIAL SANDIWARA RADIO SAUR SEPUH

Saur Sepuh 1,2,3,4.

Fenomena larisnya sandiwara radio, merabah ke layar lebarnya.



Kaset serial drama radionya
Fenomena sukses sandiwara ini diikuti juga oleh sandiwara lainnya Tutur Tinular dan Misteri Gunung merapi, dan juga filmnya yang berseri-seri.

Saur sepuh sebuah sandiwara radio dengan latar belakang Majapahit dan Kerajaan Madangkara dengan Rajanya Brama Kumbara. Serial ini mampu menghipnotis jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap jam tertentu masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Maklum waktu itu radio adalah satu-satunya media hiburan rakyat yang masih langka. Sehingga untuk mendengarkannyapun bisa secara beramai-ramai kerumah tetangga yang memiliki radio.

Sandiwara Radio Saur Sepuh adalah buah karya Niki Kosasih. Sandiwara ini disutradarai oleh Hendra Mahendra, sedangkan pengisi suara antara lain Ferry Fadli, Ellie Ermawati, Ivone Rose, Maria Oentoe dari Sanggar Prativie dan termasuk Novia Kolopaking yang waktu itu belum menjadi artis. PT. Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan durasi 30 menit dipotong iklan obat-obatan serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk sekedar berhenti beraktivitas. sekedar pengingat tokoh sentral Saur sepuh antara lain :

    •    Ferry Fadli sebagai Brahma Kumbara (Raja Madangkara) : Pewaris kerajaan Madangkara, seorang kesatria dalam arti sebenarnya Satria Madangkara. Jujur, welas Asih, tampan, Karismatik, gagah dan berani dengan tunggangannya seekor burung Rajawali. Brahma juga memiliki kesaktian yang luar biasa di antara ke sekian ilmunya yang paling terkenal adalah Ilmu Ajian Serat Jiwa dengan sub bagian jurus ampuh lainnya yaitu ajian Tapak sakti, Ajian Gelang-gelang dan Ajian Bayu Bajra.
    •    Ade Yulia sebagai Dewi Harnum (Isteri Dari Brahma Kumbara) : Adalah seorang yang telah memikat hati Brahma Kumbara tipekal wanita lincah, centil dan supel tetapi ia mencintai suaminya. Dia juga selalu menjadi pendamping dalam setiap perjalanan Brahma. Dia pulalah yanag menjadi saksi pertarungan maha dasyat antara Brahma dan musuh bebuyutannya Gandika dengan Ajian Serat Jiwa Tingkat 10.
    •    Maria Untu sebagai Pramita : Seorang janda beranak dua yaitu Raden Bentar dan Garnis. Sosok Wanita yang ke Ibuan ia menaruh hati kepada Brahma Kumbara. Paramita juga berteman baik dengan Harnum, yang atas kondisi Pramita yang Janda maka ia meminta Pramita juga di jadikan istri Brahma ketika Brahma meminang dirinya sebagai syarat.
    •    Petrus sebagai Bentar : Putra Bungsu dari Pramita, pewaris semua sifat luhur ayah tirinya Brahma kumbara. Seorang pembasmi kejahatan dengan menegakkan keadilan dan seorang yang berjiwa petualangan. Bahkan ia telah mengembara ke Tibet untuk mencari Bikshu Kempala.
    •    Anna Sambayon sebagai Garnis : Putri Sulung Pramita seorang gadis cantik serta jujur adanya persis separti ibunya.
    •    Elly Ermawatie sebagai Mantili (Adik Tiri Brahma satu Ibu, lain Bapak) : Bersifat agak urakan dan sangat keras kepala, namun ia wanita yang periang, welas asih, suka petualangan juga memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi dengan senjata ampuhnya pedang perak dan pedang setan. Karena sifatnya yang keras ia berpisah karena sering bertengkar dengan cinta sejatinya Raden Samba, akhirnya Mantili menikah dengan Patih Gotawa. Pernah Nyaris tewas di Tangan Lasmini, maka untuk membalasnya Brahma mengajarkan Ajian Srigunting
    •    Kakek Agastina : Kakek sekaligus Maha Guru dari Brahma Kumbara, pemilik kitab asli ajian Serat Jiwa
    •    Bikhsu Kempala : Seorang Bikshu yang berasal dari Tibet merupakan Guru dari Bentar. Ia pernah bertarung melawan Brahma. Pernah ia mengarungi lautan hanya untuk dapat menjajal ke saktian Brahma, namun pertarungan akhir mereka menjadi sebuah awal persahabatan.
    •    Ivone Rose sebagai Lasmini : Sosok Antagonis sahabat baik dari kemurkaan. Ia berasal dari Padepokan Gunung Lawu. Berambisi untuk meluluh-lantakkan Madangkara termasuk Brahma Kumbara walaupun diam-diam ia mencintai Brahma namun bertepuk sebelah tangan. Lasmini sering di kalahkan oleh Mandili, akan tetapi pada Mantili pernah nyaris tewas di tangan Lasmini dengan bantuan dari CiptaDewa sebagai tandingannya maka Brahma mengajarkan Mantili Ajian Srigunting kepada Mantili.
    •    Harry Aqhik sebagai Aki Kolot : Mengangkat Lasmini sebagai muridnya setelah Lasmini kalah bertarung melawan Mantili.
    •    Edi Dhosa sebagai Samba : Mantan Tunangan dari Mantili, hubungan cinta antara mereka tidak berhasil karena sifat keras dari keduanya. Samba menikah dengan wanita lain namun tidak harmonis yang di kemudian hari putranya mencari Mantili ke Madangkara untuk menuntut balas, karena Mantili di anggap sebagai penyebab ketidak harmonisan itu.
    •    Lukman sebagai Gotawa : Pria berwawasan luas dan wakil dari Brahma dalam pemerintahan Madangkara sekaligus suami dari Mantili, seorang kesartia Madangkara.
    •    Bahar Mario sebagai Bongkeng : Abdi dari Mantili yang selalu membantunya saat kesulitan, sebelumnya Bongkeng adalah seorang perampok yang di kalahkan oleh Mantili, atas belas kasihan Mantili akhirnya ia menjadi Abdi yang baik bagi Mantili.
    •    Bambang Jeger sebagai Paksi Jaladara : Putra “semata wayang” dari pasangan Gotawa-Mantili. Mewarisi sifat jagoan Ibunya.
    •    Idris Apandi sebagai Kijara : Pendekar yang gigih memerangi Madangkara, tapi seteleh di kalahkan oleh Brahma mereka bersahabat. Tapi melalui “provokator” dari Lasmini tekadnya sering kambuh untuk menghancurkan Madangkara.
    •    Iwan sebagai Lugina : Adik seperguruan dari Kijara, ke-duanya bahu-membahu melawan Brahma. Ke-duanya pula tewas di tangan Bikshu Kempala yang pada waktu itu menyebrangi lautan untuk menjajal kesaktian dari Brahma. Pada waktu itu pula Kakak-beradik ini telah bersahabat dengan Brahma bertemu dengan Bikshu kempala yang nota bene ingin menjajal Brahma, karena mereka membela Brahma yang telah menaklukkan mereka ber-dua Bikshu Kempala melawannya dan akhirnya mereka tewas.
    •    Pasopati : Seorang pertapa Guru dari Kijara dan Lugina yang mengajarka ilmu ajian Waingin Sungsang. Ilmu ini pernah mengalahkan Brahma sebelum ia membalasnya dengan ajian Serat Jiwa. Pasopati juga di khianati oleh ke-dua bersaudara ini setelah ia menurunkan ajian Waingin Sungsang.
    •    Novia Kolopaking sebagai Anjani : Putri tunggal dari Lasmini, tokoh ini sendiri sebenarnya tidak begitu jahat namun sifat kebencian dan angkara murka dari ibunya selalu di tanamkan di gadis ini. Keadanan yang membingungkan sebenarnya dalam diri Anjani di satu sisi ia menaruh simpati kepada Bentar tapi di sisi yang lain pengaruh ibunya amat besar kepada Anjani.
Pada jamannya serial sandiwara radio ini sangat dikenal. Siapa sih yang tidak kenal Brama Kumbara, Mantili ato juga lasmini. Kehadiran sandiwara radio yang hanya bisa didengarkan tanpa dilihat menyebabkan daya khayal yang luar biasa bagi para pendengarnya. Brama kumbara menurut penilaian penulis sendiri terbayang sebagai sosok yang arif bijaksana, tinggi besar dengan kumis yang tipis namun berotot, mempunyai jiwa penolong. Kemudian Mantili, wanita tangguh yang tegas dan membela kebenaran. Sementara Lasmini sosok perempuan perayu yang mempunyai bibir seksi, tubuh montok dan berisi dengan dada yang menonjol.

Daya khayal yang tinggi dengan meniru suara-suara atau gerakan yang mungkin dianggap pas pada masa itu adalah hal yang biasa.

Suara “ciaaaaaaaaaaat,….atau juga suara “hya……hya….. hya” (sambil lari memperagakan naik kuda…. Atau juga dengan pedang-pedangan memperagakan mantili berperang dengan lasmini…. Ada juga “terimalah….. ajian serat jiwa” ……

Peragaan kata-kata seperti ini sudah biasa dilakukan oleh anak-anak seusia SD….ya memang ini hiburan yang sangat murah bagi masyarakat.

Saur sepuh bisa dibilang sebagai serial sandiwara tersukses setelah munculnya serial-serial lain seperti Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi, Api Dibukit Menoreh, Badai Laut Selatan, Putri Cadar Biru.. dan masih banyak lagi.

Era kejayaan Sandiwara radio mampu melambungkan para bintang-bintang dari Sanggar Prativi seperti Ferry Fadli pemeran Brama Kumbara, yang setelah liat aslinya sangat jauh dari bayangan kalau itu adalah Brama kumbara yang kekar. Sempet kecewa sih karena tokoh yang dikhayalkan tidak sesuai dengan apa yang ada.

Saur Sepuh ke Layar Lebar

Sukses di radio, Saur Sepuh merambah ke Layar Lebar. Bekerjasama dengan PT. Kanta Indah Film dengan bangga PT. Kalbe Farma mempersembahkan Film Saur Sepuh. Film Saur Sepuh dibuat dalam 5 Film.

News
Kalbe Farma mendanai Drama Radio Ini
02 Januari 1988
Lebih dari 1 milyar untuk petuah...

BODONG sehari-hari mencari nafkah sebagai sopir truk. Awal Desember lalu ia mendadak kejang-kejang. Penduduk Imogiri~ Yogya, ini lantas (benar) meninggal dunia. Ia s~ock mendengar Dewi Roro Amiyati, Dewi Anjani, d~an Garnis akan diperkosa ka~wanan perampok. Aneh, memang. Sebab, yang ia cemaskan itu adalah tokoh-tokoh khayal dalam serial Saur Sepuh yang sangat beken. Dan Bodong rupanya salah seorang di antara penggemar drama radio itu. Cerita silat pribumi karya Nicky Kosasih yang dimainkan "Sanggar Cerita" itu mengambil setting zaman Kerajaan Pajajaran.

Direkam Haravana Record untuk mempromosikan produk PT Kalbe Farma, sejak pertengahan 1985 hingga 1987, sudah 16 kisah seri itu diudarakan lewat 43 radio amatir di seluruh Indonesia. Menurut Darwin A. Gozali, manajer produksi perusahaan obat-obatan itu, penggarapannya menghabiskan Rp 4 milyar. Setiap episode berisi 60 seri -- masing-masing dengan masa putar 30 menit. Dan Bodong meninggal selagi seri ke-16 berjudul Titisan Darah Biru belum . selesai masa putarnya. Alkisah, ada seorang raja agung binatara yang juga sekaligus pendekar digdaya tanpa tanding dari Kerajaan Madangkara -- sahabat Kerajaan Pajajaran. Ia dikenal dengan nama Brama Kumbara. Bersama adiknya Dewi Mantili, ia malang-melintang di rimba persilatan, membasmi angkara murka. Di awal pengembaraan, mereka terlibat Perang Paregreg di Majapahit. Brama Kumbara -- yang diperankan Ferry Fadli -- berhasil menyelamatkan takhta Ratu Suhita, yang diguncang pemberontak Menak Jingga alias Bhre Wirabhumi, Bupati Blambangan. Dan ia memperoleh julukan Satria Madangkara, sebutan yang jadi judul episode pertama Saur Sepuh. Jago bilangan dari Parahyangan itu memang sakti luar biasa.

Selain terampil dalam kanuragan (bela diri) ia juga unggul dalam ilmu kadigdayan yang mengandalkan kekuatan batin. Ajian Sera~ Jiw~a dan Lampah-Lumpuh, misalnya, merupakan dua kadigdayan yang tak ada duanya di kolong jagat ini. Dan barang siapa terkena, niscaya ia rebah tak berdaya. Bahkan jika ajian itu dilontarkan, alam sekeliling pun guncang, pohon-pohon berderak bagai disapu prahara. Brama, pendekar berbudi pekerti luhur itu, welas asih, santun, tampan, berwibawa, bijaksana, penuh pengertian. Pokoknya, serba lengkap. Sebagai raja ia sangat adil. Sementara itu, Dewi Mantili, yang diperankan Elly Ermawati, si pendekar wanita nan molek. Tubuhnya kecil dan kepalan tangannya mungil, tetapi kesaktiannya hiiyaaat senyali "golongan hitam". Pantaslah ia disebut Pedang Setan -- yang juga nama di antara pusakanya: Pedang Setan, sejolinya Pedan~ Perak. Walau ia tak memiliki ajian, gerakan silatnya yang lincah, trengginas -- sekaligus ganas membuat musuhnya kalang-kabut. Dan sekali waktu ia berhadapan dengan Lasmini, pendekar wanita Gunung Lawu dalam episode Mutiara dari T~mur, yang kesaktiannya hampir setara dengan Brama. Wanita ini memiliki tiga ajian sekaligus - Serat Jiwa, Waringin Sungsang, dan Lampah-Lumpuh. Ia bahkan mampu menggabung ketiganya menjadi ajian Cipta De~wa. Mantili mula-mula tumbang, hingga menderita luka dalam. Itulah episode yang paling menegangkan.

Seminggu ia sakit. Untunglah, Brama, kakaknya, berhasil mengobati dan mengajarkan anti-cipta Dew~a, jurus dahsyat yang disebut Jurus Srigunting 1. Tak disangka, tak dinyana, cerita yang semula diniatkan sebagai alat promosi dagang itu kini justru jadi masyhur. Semula, sasaran Kalbe Farma hanya Jawa Barat. Sebuah tim dibentuk untuk membuat acara yang menarik guna mendukung promosi obat flu Procold. Mengingat masyarakat Jawa Barat menggemari dongeng -- terutama yang berkaitan dengan Kerajaan Pajajaran -- diputuskanlah menggarap Saur Sepuh. Dalam bahasa Sunda, saur berarti "petuah" dan sepuh itu "orang tua". Ketika seri pertama diudarakan, alhamdulillah, segera mendapat sambutan luar biasa. Karena itulah Kalbe Farma dan Haravana Record memutuskan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Dan sukses. Anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, selalu setia mengikuti perjalanan Brama Kumbara dan Dewi Mantili. Demam Saur Sepuh berjangkit hampir di semua daerah. Terbukti dengan membanjirnya surat-surat simpati ke radio-radio swasta niaga yang mengudarakan "Petuah Orang Tua" itu. Radio Retjo Buntung, Yogyakarta, misalnya, kedatangan 25.000 surat setiap tahun. Dalam acara jumpa artis Saur Sepuh yang hadir bahkan puluhan ribu.

Di Banyumas, September 1987 lalu, 60.000 massa menyambut kedatangan Brama Kumbara dan Mantili. "Lebih dari 30 kota di seluruh Indonesia mengundang dan telah kami datangi. Dan menurut panitia penyelenggaranya di hampir setiap daerah, belum pernah ada artis yang disambut demikian meriah," kata Elly pada TEMPO. Pekan lalu, Radio Retjo Buntung mengundang Elly. Jalan Jagalan, Yogyakarta, sepanjang 500 meter di depan studio radio itu dijejali kurang lebih 5.000 fans. Pengunjung berteriak-teriak mengelu-elukan kedatangan Elly Ermawati yang sedikit terlambat. Sedianya ia harus tiba pukul 09:00 di panggung seluas 3 x 4 meter yang didirikan di depan studio itu. Tapi berhubung jalan macet, Mantili baru tiba satu jam kemudian. Dan kisah tragis meninggalnya Bodong, sopir truk yang tadi itu, agaknya bisa dijadikan gambaran nyata betapa besar kecintaan masyarakat pada tokoh-tokoh serial Saur Sepuh.

Di lain pihak, sukses sandiwara radio ini rupanya menggoda para produsen obat lain untuk menggarap cerita-cerita sejarah berbau silat sebagai alat promosi. Di awal 1987, misalnya, muncul Bende Mataram, Selasih, dan baru-baru ini Api di Bukit Menoreh. Dan sukses itu pula yang menggelitik Kalbe Farma dan Haravana Record tak hentihentinya menyajikan Saur Sepuh. Tapi dalam episode lanjutan, Titisan Darah Biru, Brama tak bermain lagi. Diceritakan ia sudah meninggal lantaran sudah gaek. Brengng, tamat. Sementara itu, Ferry Fadli, pemerannya, mengakhiri hubungan dengan Kalbe Farma. Tak begitu jelas sebabnya. Si Mantili? Dikisahkan mengundurkan diri dari rimba persilatan, hidup sebagai pertapa di sebuah gunung. Ia kadang-kadang saja muncul. Ke mana Elly Ermawati? Ia sibuk dengan Mantili Bernyanyi, judul kaset lagu-lagu pop yang mendompleng ketenaran Saur Sepuh. Kini yang jadi jagoan adalah Raden Bentar, putra Brama yang mewarisi watak ayahnya. Ada pula Paksi Jaladara, putra Mantili, Dewi Anjani, dan Garnis. Meski tanpa Brama dan Mantili -- diduga karena tak ada persesuaian paham dengan sang produsen Saur Sepuh tetap digemari. Lantaran minat orang sudah menggebu, bisa diduga jika ada produsen film yang mau menangguk kesempatan cari untung. Beberapa produsen film dari Semarang, Surabaya, dan Jakarta kini mengincar Saur.

"Sudah 11 produsen yang minta," ujar Darwin. Tapi pilihan Kalbe Farma dan Haravana Record jatuh pada Kanta Film, Jakarta, yang katanya berpengalaman menggarap cerita-cerita silat seperti Malaikat Bayangan, Siluman Sungai Ular, dan Kelabang Seribu. Skenario dan penyutradaraan digarap oleh Imam Tantowi -- yang pernah melayarputihkan novel Ronggeng dari Desa Paruk karya Ahmad Tohari. Adegan dalam ruangan akan berlangsung di bilangan Kalideres dan Cengkareng. Sedang adegan luar, seperti perang, direncanakan di Pulau Sumba. Cerita yang berjudul Satria Madangkara ini akan disajikan kolosal, mengikutsertakan 100 pemeran dan sekitar 2.000 figuran termasuk para penunggang kuda dari Sumba. Film ini, menurut pihak produsennya, juga diperkuat oleh optical effect, suatu teknik menciptakan kilat buatan, dan front projection -- teknik untuk memperbesar obyek. Biayanya juga meriah. Menurut perkalian Darwin A. Gozali, lebih dari Rp 1 milyar.

Dan itu ditanggung oleh Kalbe Farma dan Haravana Record. Kendati rencana memfilmkan sandiwara kegemaran rakyat banyak ini, dalam beberapa seri, sudah disusun rapi, persiapan ke lapangan rupanya belum sepenuhnya tuntas. Sejumlah pemeran utamanya masih diburu-buru, dan belum ketemu semuanya. Semula, Imam Tantowi mencalonkan Barry Prima dan Advent Bangun, tetapi berubah lagi. "Saya akan mencari pemain-pemain baru yang lebih sesuai dengan sosok orang Sunda," katanya. Adakah propaganda obat-obatan juga bakal muncul di film? Entahlah. Yang jelas, Imam Tantowi akan menggarapnya sedemikian rupa, hingga film itu benar-benar khas dan berwatak Sunda. Barry Prima memang berparas indo. Dan Advent Bangun barangkali mendekati Batak. Namun, Imam Tantowi kini lagi tengok sana-sini, mencari pemeran utama yang berprofil Sunda. Barangkali Andalah seorang di antaranya? Priyono B. Sumbogo, Tri B. Soekarno, Rustam F. Mandayun


Drama Radio Yang SEmpat di Protes MUI
14 Juni 1986
Desah mesra, desah lembut, desah ...

MAJELIS Ulama (MUI) Purworejo berang. Pasalnya: banyak anak-anak yang terlambat, atau malah tidak ikut pengajian, gara-gara mendengarkan siaran serial drama radio "Saur Sepuh". Maka, protes pun dilayangkan pada pimpinan radio Amatron, radio swasta niaga terbesar di Purworejo, Jawa Tengah, yang menyiarkan acara tersebut. Mereka meminta agar jam siaran drama tersebut, pukul 18.30-19.00 tiap hari, diubah "karena bisa mengganggu berlangsungnya pengajian anak-anak". MUI juga meminta pimpinan Amatron supaya melakukan sensor ketat terhadap naskah serial drama itu, "karena banyak adegan seks yang ditonjolkan secara terang-terangan, dengan penggambaran napas yang terengah-engah dan dialog jorok". Protes juga muncul dari Karang Taruna Purworejo dan pengurus pesantren Mrican, Purworejo. Alasan pihak pesantren, "Banyak santri yang mengikuti serial itu menunda jam mengajinya, menunggu usainya siaran drama itu." Mereka juga meminta agar adegan ranjang disensor.

Pihak Amatron tampaknya menerima keberatan mereka. "Prinsipnya, kami tidak ingin mengecewakan pendengar, tapi kalau beberapa lembaga informal sudah turun tangan, apa boleh buat, kami ikut menyesuaikan," ujar Agha Kamsori, Kepala Bagian Siaran Radio Amatron. Pihaknya sudah menghubungi pihak sponsor, PT Kalbe Farma, yang ikut menentukan jam siaran, dan mengusulkan untuk mengubah jam siaran menjadi mulai pukul 21.30. "Tapi hingga saat ini belum ada kepastian," katanya pekan lalu. Kini, untuk sementara, setiap kali ada adegan percintaan dalam drama tersebut, pihaknya menutupnya dengan suara musik. Untuk memotong atau menghapus, mereka tidak berani, "karena menyalahi kontrak" dengan sponsor. Drama radio "Saur Sepuh" memang sangat populer. Beberapa sumber mengatakan, popularitas "Saur Sepuh" melebihi serial "Butir-Butir Pasir di Laut" yang disiarkan RRI Jakarta. Seorang pengurus PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) Jawa Tengah, mengatakan, dari sekitar 68 radio swasta di Ja-Teng dan Yogyakarta, ada 31 yang menyiarkan serial ini pada jam yang berbeda. Penggemar drama ini dari anak-anak sampai orang tua. Menurut Sri Hidayati, seorang pelajar SMA I Yogyakarta, drama ini bagus, mirip cerita silat tulisan Kho Ping Ho". Ia menganggap cerita ini tidak porno.

Seorang tukang batu, Djasiman, 34, tiap hari membawa radio ke tempat kerjanya. "Saya sekarang lebih menyukai serial ini daripada siaran ketoprak," ujar lulusan STN yang tinggal di Minomartani, Sleman, Yogyakarta, ini. Ia menyukai adegan percintaan dalam cerita itu. "Kalau tidak ada adegan itu, malah kurang sip. Lain dengan adegan percintaan diketoprak yang isinya tembang saja. Kalau dalam serial ini 'kan mengikuti zaman". Di Jawa Barat dan Jawa Timur, drama ini juga meledak. Di Jakarta, tercatat 10 radio swasta yang menyiarkan "Saur Sepuh". Menurut sutradara serial drama ini, Indra Mahendra, 27, di seluruh Indonesia ada 240 radio swasta yang membeli hak siaran drama ini. Tuduhan porno itu dibantah Niki Kosasih, 40, penulis cerita serial drama ini. "Isi cerita saya tidak ada yang porno," katanya. Menurut dia, yang diprotes adalah adegan dalam episode "Banjir Darah Bubat", tatkala Dewi Widati dan Raden Samba - dua tokoh dalam serial "Saur Sepuh" itu - sedang berteduh dalam gua. "Keduanya sedang dilanda cinta. Dan di luar hujan gerimis.

Dan dua sejoli itu menyatakan perasaannya," kata Niki. Suasana sepasang kekasih yang sedang memadu janji, katanya, sulit diungkapkan dalam sandiwara radio. "Ini didengar, tidak dilihat. Apa bedanya desah mesra, desah lembut, desah nafsu .... Ini tergantung keahlian pengisi suara," katanya. Ia menduga desahan Samba telah menimbulkan imajinasi yang kurang baik, meski segera di-cut dan ditimpa suara musik. Ia sudah menerima ribuan surat dari penggemar serial ini. "Tapi yang berisi protes seperti dari MUI Purworejo tidak ada." Niki mulai menulis serial "Saur Sepuh" (dari bahasa Sunda, artinya "kata orang tua") sejak dua tahun lampau. Serial ini terdiri dari beberapa episode, satu episode sekitar 60 cerita. Ia sudah menulis sekitar 540 cerita. Dalam satu hari ia bisa menyelesaikan tiga cerita, masing-masing sekitar sepuluh halaman. Jebolan Fakultas Hukum UGM ini mengaku dibayar Rp 25 ribu per satu cerita. Tokoh utama cerita, yang berlatar belakang sejarah, adalah Brama, manusia super, sakti, tampan, alim, dan tak pernah omong jorok .... "Ini cerita fiktif, kepahlawanan semacam Rambo, tapi silat," ujar Harry, salah seorang "pemain" dalam drama ini.

"Cerita ini tidak porno," kata Maria Oentu Tinengon, yang memegang peran sebagai Pramita, istri kedua Brama. Populernya "Saur Sepuh", menurut Adam Hanifah, pimpinan PT Haravana Madya Bhakti, yang memproduksi serial ini, menunjukkan sandiwara radio masih tetap disenangi. "Dan masyarakat kita ternyata masih senang mendengarkan cerita kepahlawanan, bukan percintaan," katanya. Studio yang dipimpinnya pernah menangani beberapa serial dari beberapa sponsor, antara lain Unilever, Ciba, dan yang paling meledak dengan Kalbe Farma ini. Tampaknya, protes yang muncul terhadap drama ini terutama karena jam siarannya, karena ternyata hanya di Purworejo protes terjadi. Masalah ini agaknya sudah dibereskan. Menurut Gunadi Susanto, Manajer Produksi PT Kalbe Farma, ia sudah menginstruksikan agar di Purworejo siaran serial ini dimulai pukul 21.30. Ia berpendapat, kalau disiarkan di daerah, semestinya adegan yang dianggap porno itu dipotong saja. Susanto Pudjomartono Laporan Biro-Biro

Pandangan Dari Pak Imam
Prestasi membanggakan adalah ketika Imam membuat film Saur Sepuh, Saur Sepuh 2, Saur Sepuh 3, dan Saur Sepuh 4. Film Saur Sepuh yang berbiaya Rp 1, 2 milyar -waktu itu budget film biasa maksimal 250 juta- sangat fenomenal dan menjadi film terlaris dengan penjualan tiket full. Sebenarnya Imam sempat meminta agar Saur Sepuh cukup sampai Saur Sepuh 3, menghindari kejenuhan film. Tapi yang ke 4 adalah terakhirnya setelah ada firasat tersebut. Sampai akhirnya ia keluar dan membuat film perang kembali Soerabaia 45, yang menjadi piala pertamanya sebagai sutradra terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1991.