Tampilkan postingan dengan label KASDULLAH 1953-1983. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KASDULLAH 1953-1983. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Februari 2011

KASDULLAH 1953-1983



Lahir Minggu, 04 Maret 1923 di Tangerang. Meninggal dunia Selasa, 13 Juli 1993 di Jakarta. Sebelum terjun ke dunia film, pernah menjadi mantri kesehatan (1939-1942), dan pengusaha studio foto (1942-1945). Memasuki dunia film sejak 1951, mula-mula sebagai pembuat foto-foto reproduksi dan pembantu juru kamera dalam Inspektur Rachman (1950), Dosa Tak Berampun (1951), Terimalah Laguku (1952). Menjadi juru kamera sejak Heboh (1954) produksi Perfini. Hingga akhir hayatnya lebih dari lima puluh film telah dikerjakan, antara lain: Habis Gelap Terbitlah Terang (1959), Catatan Harian Seorang GadisPahitnya Cinta Manisnya Dosa (1978) dan lain-lain. Pada 1989 menerima Penghargaan Kesetiaan Profesi dari Dewan Film Nasional. (1972),

LAHIRNJA GATOTKATJA 1960 D. DJAJAKUSUMA Director Of Photography
ANAK PERAWAN DI SARANG PENJAMUN 1962 USMAR ISMAIL Director Of Photography
DEBU REVOLUSI 1954 SYAMSUDIN SYAFEI Director Of Photography
TJAMBUK API 1958 D. DJAJAKUSUMA Director Of Photography
ILUSIA 1971 S.A. KARIM Director Of Photography
BADAI DI AWAL BAHAGIA 1981 MUCHLIS RAYA Director Of Photography
MAK TJOMBLANG 1960 D. DJAJAKUSUMA Director Of Photography
ISTRIKU SAYANG ISTRIKU MALANG 1977 WAHAB ABDI Director Of Photography
PANASNYA SELIMUT MALAM 1982 WAHAB ABDI Director Of Photography
LUPA DARATAN 1975 TINDRA RENGAT Director Of Photography
KEN AROK - KEN DEDES 1983 DJUN SAPTOHADI Director Of Photography
MATINJA SEORANG BIDADARI 1971 WAHYU SIHOMBING Director Of Photography
ANANDA 1970 USMAR ISMAIL Director Of Photography
PAK PRAWIRO 1958 D. DJAJAKUSUMA Director Of Photography
TIGA BURONAN 1957 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
CINTA BERSEMI 1977 CHRIS PATTIKAWA Director Of Photography
CATATAN HARIAN SEORANG GADIS 1972 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
MISTIK 1981 TJUT DJALIL Director Of Photography
RAKIT 1971 SANDY SUWARDI HASSAN Director Of Photography
DUNIA BELUM KIAMAT 1971 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
MATT DOWER 1969 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
LANGKAH-LANGKAH DIPERSIMPANGAN 1965 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
MALIN KUNDANG 1971 D. DJAJAKUSUMA Director Of Photography
CALON SARJANA 1974 ARTO HADY Director Of Photography
GUGA GULI 1953 MOH SAID HJ Director Of Photography
DJENDRAI KANTJIL 1958 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
HEBOH 1954 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography
JANUR KUNING 1979 ALAM SURAWIDJAJA Director Of Photography
DJUARA 1960 1956 NYA ABBAS AKUP Director Of Photography.

DEBU REVOLUSI / 1954


Sutradaranya adalah
SYAMSUDIN SYAFEI
yang dimana dia hanya membuat satu film ini saja.
Selebihnya ia banyak berperan sebagai aktor sejumlah film.


Film ini penting karena dianggap film yang baik pada saat menjelaskan tentang revolusi. Film ini dibuat tahun 1954, film ini banyak bercerita dari sisi percintaan perwira saat revolusi. Entah kenapa hampir semua film bertemakan revolusi pasti semuanya tentang jatuh cinta.

Amran (R.Sukarno) luka parah dan terpisah dari pasukannya pada masa gerlia, dan dirawat oleh seorang lurah, lalu Amran jatuh cinta pada anak pak lurah ini yang bernama Isrihati (Ismah.B). Pengakuan kedaulatan terjadi dan sudah tidak ada lagi gerlia, lalu Amran pulang dan berjanji akan balik lagi dan menikahi Isrihati. Tetapi di kota Amran terlibat cinta dengan gais kota metropolitan yang bernama Martini (Mimi Mariani), dan ternyata berhubungan juga dengan Johny (R. Ismail), seorang bandit. Perkawinan Amran dan Martini tidak langgeng, bahkan berakhir di penjara. Amran kemudian teringat akan janjinya kepada Isrihati. Berangkatlah ia ke desa, ternyata Isrihati yang sudah lama merana menanti Amran telah kawin dengan seorang pemuda dijumpainya di kota ketika mencari Amran. Isrihati hidup bahagia dengan suaminya, sedangkan Amran hidup bagaikan debu yang berterbangan.

Film ini menjelaskan betapa buntunya hidup para bekas pejuang. Ilusinya untuk dengan segera menikmati hasil perjuangan membawa Amran ke sisi Martini, yang sudah hidup dalam budaya yang korup. Berbeda dengan film-film revolusi lainnya yang dimana ketika kota yang korup masih mendapatkan alternatifnya dalam bentuk desa yang bersih dan ramah, gadis mentropolis yang materialistis mendapat saingannya dalam diri gadis desa yang suci dengan cinta yang tulus. Disini juga kita melihat betapa desa telah jenuh memainkan peran sebagai penampungan kekecewaan bekas pejuang. Tetapi pada saat yang sama juga terlihat betapa para bekas pejuang sendiri telah berubah. Amran tidak ditolak oleh masyarakat kota seperti film yang ada saat itu seperti dialami oleh Sulaiman di film Embun. Disini Arman lebih siap sehingga bahkan tenggelam dalam masyarakat yang korup. Tokoh ini ikut hancur dalam masyarakat yang korup itu. Johny sendiri mati terbunuh oleh anak buahnya sendiri. Sedangkan gadis desa itu telah menutup dirinya dengan memutuskan mengawini pemuda kota saat ia ke kota mencari Amran.