Tampilkan postingan dengan label LIE SOEN BOK 1961-1983. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LIE SOEN BOK 1961-1983. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Juli 2020

LANTAI BERDARAH / 1971


Di sutradarai oleh  MOH YUNUS
 

Kisah pemuda desa yang datang ke kota untuk cari nafkah, tapi karena sulit mendapatkan kerja halal, lalu melakukan pembunuhan dan penggarongan. Ia terjerat seorang janda yang membuatnya semakin terpuruk dalam kejahatan.
 P.T. DIRGA NIAGA FILM
P.T. ELSA FILM

HANNY RAY
RAY ISKANDAR
GODFRIED SANCHO
HAMIDY T. DJAMIL
FARAH GLADYS
MARK SUNGKAR
MATHIAS AGUS
WOLLY SUTINAH
CAHYONO
NURNANINGSIH
SALLY SURYADI

Rabu, 26 Januari 2011

LIE SOEN BOK 1961-1983



(lahir di Solok, 8 Juli 1932) adalah seorang sutradara dan produser film Indonesia diantara tahun 1960 hingga 1980an. Soen Bok mengawali karir sebagai pembantu juru kamera dan kemudian menjadi juru kamera penuh untuk film iklan dan film dokumenter. Pada tahun 1970 ia mendirikan Firma Balai Buntar Film yang menghasilkan sebuah film “Dendam Berdarah”, dimana ia bertindak sebagai juru kamera sekaligus sutradara. Kemudian pada tahun 1974 ia mendirikan lagi perusahaan baru Firma Sinaboeng Film Corp yang kemudian menjadi P.T. Sinaboeng Raya Film. Lie Soen Bok adalah pelopor dari Badan Pemasaran Bersama Film-film Indonesia.

Soen Bok mulai kerja di film tahun 1952 dan mengawali karirnya sebagai pembantu juru kamera. Tahun 1956 ia mulai jadi juru kamera penuh untuk film iklan dan film dokumenter. Pada tahun 1970 ia mendirikan perusahaan baru FA Balai Buntar Film yang menghasilkan sebuah film "Dendam Berdarah", dimana ia bertindak sebagai juru kamera sekaligus sebagai sutradara. Karena perusahaan ini lama tidak aktif, maka tahun 1974 ia mendirikan perusahaan baru Firma Sinaboeng Film Corp yang kemudian menjadi PT Sinaboeng Raya Film. Soen Bok adalah pelopor dari Badan Pemasaran Bersama Film-film Indonesia (1973).

TENDANGAN MAUT1973LIE SOEN BOK
Director
SI PITUNG BERAKSI KEMBALI 1981 LIE SOEN BOK
Director
DERITA IBU 1971 LIE SOEN BOK
Director Of Photography Director
JURUS MAUT 1978 LIE SOEN BOK
Director
AIR MATA DARAH 1964 JACOB HARAHAP
Director Of Photography
LANTAI BERDARAH 1971 MOH YUNUS
Director Of Photography
DETIK-DETIK BERBAHAJA 1961 TURINO DJUNAIDY
Director Of Photography
TANTANGAN ALAM SEMESTA 1983 LIE SOEN BOK
Director
CAKAR MAUT 1977 LIE SOEN BOK
Director
DENDAM BERDARAH1970LIE SOEN BOK
Director Of Photography Director

DERITA IBU / 1971



Sopiah (Datin Yudha), anak penarik becak, diperkosa anak berandalan, sedang bapaknya mati tertabrak mobil. Sopiah lalu bertemu pelacur profesional, Ratna (Hanny Ray). Maka terjunlah Sopiah jadi pelacur. Dua pelacur ini punya pacar, tapi mengelak terus karena merasa dirinya sudah tercemar. Suatu hari Sopiah mengajak Ratna dan pacarnya menengok ibunya, yang sudah buta. Tahulah sang ibu, bahwa Ratna itu juga anaknya dari suami pertama, dan dulu diberi nama Ratih. Sopiah akhirnya meninggal karena pendarahan, setelah bertemu ibunya.

TENDANGAN MAUT / 1973

TENDANGAN MAUT


Ibu Eddy dibunuh komplotan penjahat, maka jadilah Eddy yatim piatu. Beruntung direktur tempat ibunya bekerja lalu menampung dan memelihara Eddy yang sejak kecil giat belajar bela diri. Setelah dewasa Eddy (Eddy S. Jonathan) dikirim ayah angkatnya itu untuk belajar ke Hongkong. Setelah pulang ia meneruskan hubungan cintanya dengan Linda (Yayuk Sri Rahayu), anak direktur tadi. Kemudian munculah kumpulan bajingan yang hidup dari memeras. Anggota gerombolan itu diperankan oleh karateka. Dengan demikian nampaklah bahwa perkelahian mendapat porsi terpenting dalam film ini. Dimana-mana Eddy menghadapi pemeras ayah angkatnya, hingga harus berkelahi terus. Puncaknya adalah Linda diculik dan orangtuanya diminta tebusan Rp 50 juta. Maka Eddy mendatangi markas penjahat yang dipimpin Umar (Yusman) yang juga membunuh ibunya. Setelah semua hampir selesai, polisi datang.

TANTANGAN ALAM SEMESTA / 1983

 

Akibat meletusnya Gunung Galunggung, Rusli jadi sebatang kara. Ia lalu mengadu nasib ke Jakarta, tempat ia mengalami berbagai kepahitan. Ingin jadi kuli kasar saja harus lewat kelompok kuli yang sudah mapan. Penderitaan mulai surut berkat keterampilannya dalam ilmu bela diri, meski hal ini juga menimbulkan iri dua jagoan di tempat itu, Herman dan Robert. Rusli kemudian bisa menikmati hidup gemerlap, tapi ternyata tidak memuaskan jiwanya. Ia lalu pulang ke desanya dan membangun rumah yang hancur akibat lahar.

CAKAR MAUT / 1977



Sutradaranya berkata bahwa sejam terakhir dari film ini penuh perkelahian. Mungkin malah lebih. Sejak awal film ini memang isinya berkelahi saja. Kisahnya tentang turun gunungnya dua jagoan, Eddy (Eddy S. Jonathan) dan Naryo (S. Naryo Hadi) dari sebuah perguruan Cakar Maut. Yang satu memilih jalan putih dengan mendirikan perguruan, sementara yang lain terjerumus ke jalan hitam: masuk organisasi perdagangan narkotik. Eddy sempat dipenjara karena tuduhan menggarong, padahal itu dilakukan sindikat tempat Naryo bekerja. Pemilik rumah yang digarong itu adalah ayah Lisa (Anny Kusumah), yang kemudian memenuhi ajakan Eddy untuk membasmi penjahat. Lisa dan Eddy tertangkap.

Naryo yang disuruh membunuh Eddy, berbalik memihak Eddy. Perkelahian akhir mati-matian terjadi. Naryo tewas. Seluruh penjahat musnah. Bossnya lari, tapi polisi sudah menghadang. Ternyata Lisa adalah polisi juga.
P.T. SINABUNG RAYA FILM
EDDY S. JONATHAN
A. HAMID ARIEF
JUSMAN JUSUF
S. NARYO HADI
A. SANI SANTIAGO
FRANS ADAM
YAN RIBUDIANTO
GODFRIED SANCHO
NANIEN SUDIAR
ANNY KUSUMA

JURUS MAUT / 1978



Jurus Maut (1978) Produksi PT Sinabung Raya Film Tertahan selama empat tahun, dengan alasan tidak jelas. Ada sumber lain menyebut karena kritik terhadap beberapa pejabat dan adegan kekerasan berlebihan, setelah produser protes dan dipotong beberapa adegan, baru lulus sensor.

Indra (Eddy S. Jonathan), polisi jadi kebanggaan ayahnya karena dianggap mewarisi semangat 45 dari ayahnya yang pejuang, lebih-lebih karena adiknya terseret pergaulan bebas hingga hamil dan terjerat narkotika. Suatu waktu ia dipindah ke Seksi Vice Control untuk memberantas sindikat perdagangan narkotika.

Indra pacaran dengan Rini (Anita Suwu), yang ayahnya dikenal sebagai pengusaha sukses, dan dalang sindikat narkotika. Sepak terjang Indra dalam usaha menumpas sindikat narkotika selalu dilaporkan kepada calon mertuanya itu. Tawaran menjadi direktur ditolak oleh Indra, yang suatu kali dijebak dan ditahan bersama Rini di sarang sindikat. Maka mereka berdua lalu mengobrak-abrik sindikat. Indra menewaskan calon mertuanya.

Cerita ini tak begitu penting, karena lebih dari separuh film berisi adegan perkelahian maupun latihan bela diri tangan kosong,
yang jadi niat utama film ini.

P.T. SINABUNG RAYA FILM

DENDAM BERDARAH / 1970


Syambuda (Fara Noor) berniat membalas dendam kematian orangtuanya saat masih anak-anak. Untuk melaksanakan niatnya, ia bertualang kesana kemari sambil harus mempertahankan diri. Maya (Maya Saphira), pacar Syambuda, yang menanti-nanti dan tak kunjung datang, akhirnya pergi berkelana juga untuk mencari kekasihnya. Ia juga harus menghadapi banyak gangguan. Celakanya pada saat kritis, ia ditolong Karya (Sjam Sjafei), pembunuh orangtua Syambuda. Syambuda dan Karya akhirnya sama-sama tewas.
C.V. BALAI BUNTAR FILM CORP.

NEWS04 Desember 1971
Dendam pohon

TENTANG kisah balas dendam, sudah tak terhitung banjaknja dalam bentuh film. Matjam-matjam sadja jang djadi alasan mulai dari pembunuhan perkosaan, penghinaan sampai djuga perampokan harta warisan. Dalam film cowboy maupun silat, tema balas dendam ini selalu bisa tertemukan sedjak usia film masih remadja. Dan setiap tema itu di kemukakan, selalu sadja orang bisa mengira-ngira djalan tjeritanja. Maka kalau itu tema tua dibumbui predikat darah hasilnja memang tidak bisa djauh dari karja Lie Soen Bok: Dendam Berdarah. Disini dikisahkan tentang seorang pendekar muda, Sjambudha (Fara Noor), jang terus mengembara mentjari seorano jang konon telah membunuh orang tuanja. Kenapa dibunuh, itu tidak penting menurut Lie Soen Bok, sang pengarang tjerita. Sementara mentjari pembunuh ajahnja, Sjambudha djuga ditjari oleh kekasihnja, Maya (Maja Saphira).

Ketika Maya mengalami kesukaran, jang menolongnja adalah Karja (Sjam Sjafei), jang ternjata adalah pembunuh jang ditjari sang pendekar. Singkat tjerita perkelahian terdjadi setelah Sjambudha dan Karja berdjumpa, dan hasilnja tjukup sesuai dengan djudul film: keduanja mati, dan itu berarti banjak darah. Pistol. Nampaknja darah kedua djagoan itu dirasakan belum tjukup oleh penulis skenario Lie Soen Bok, sehingga hampir semua lelaki jang bertemu dengan Sjambudha tentu dibunuhnja. Alasan pembunuhan itupun tidak dianggap penting oleh Sutradara Lie Soen Bok. Anehnja pula, hampir semua pembunuhan itu terdjadi tidak sebagai hasil kerdja keras si pembunuh, sungguh persis bagaikan Django jang sekali menembakkan satu pistol, puluhan korban jang bisa djatuh. Tapi jang paling fantastis adalah keahlian menumbangkan pohon jang di punjai lebih dari seorang pemain dalam film ini. Kalau sadja peranan menumbangkan batang pohon itu tjukup penting bagi djalannja perkelahian, barangkali ratusan feet jang dipergunakan itu tidak usah memberikan kesan dendam pohon pada film ini, sebab konon konsekwensi penjakit sematjam itu tjukup parah bagi pertanian jang sering terantjam bandjir. Macaroni. Jang djuga kurang djelas adalah ini: adakah sutradara Lie Soen Bok kurang banjak membuat cinemati shot buat editor Lie Soen Bok, ataukah sang editor itu sendiri jang bekerdja kurang baik hingga filmnja melontjat-lontjat. Inilah pula jang menambah lelahnja film jang sudah pajah skenarionja itu. Semua ini masih ditambah lagi dengan iringan musik jang tjukup sederhana: petikan gitar dengan lagu jang djuga dipetik dari film-film Django. Selain bermain jazz, Tjok Sinsu achir-achir ini nampaknja djuga asjik dengan cowboy Italia sampai-sampai musik tjiptaannjapun ikut bergaja Macaroni.

Satu-satunja jang menjenangkan adalah hasil kerdja djuru kamera jang djuga bernama Lie Soen Bok. Sebagai suatu rentetan gambar tentang kehidupan desa tepi pantai atau barangkali sungai, Dendam Berdarah ini terlalu bagus untuk keseluruhannja jang nestapa. Suasana nelajan dan pedesaan tertangkap dengan baik. Dan warnanja, aduhai, lembut dan hahIs serta njaman dimata. Penulis tjerita, skenario, produser, sutradara dan editor Lie Soen Bok seharusnja bangga dengan djuru kameranja jang djuga Lie Soen Bok. Sebab hanja dialah jang bekerdja baik dalam pembuatan film ini.

SI PITUNG BERAKSI KEMBALI / 1981



Pada saat Pitung sedang bersemadi, datang gurunya dan menganjurkannya kembali ke desa, menggalang kerjasama dengan Haji Naipin dan Keluarga Lie dan Goan untuk membela rakyat yang tertindas. Belandapun kembali kerepotan dan berusaha menangkap Pitung lagi, hidup atau mati, namun tidak berhasil. Sewlain mengisahkan Cina yang memeluk Islam, dikisahkan pula perseteruan antara keluarga Cina yang memihak Pitung melawan keluarga Cina yang memihak Kompeni. Kompeni menggunakan jasa Mat Petir (Jeffry Sani), murid seperguruan Pitung yang sama sakti dan kebal peluru. Setelah adu tenaga dalam, Pitung berhasil menginsafkan Petir. Mereka menghimpun rakyat untuk melawan Belanda, yang menyerbu tempat pertahan Pitung. Akhirnya peluru yang ditembakkan ke arah Pitung mental mengenai Heine (A.Hamid Arief)dan tewas, Pitung dan Petir kembali ke gua semedinya.