Tampilkan postingan dengan label LUKMAN HAKIM NAIN 1963-1991. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LUKMAN HAKIM NAIN 1963-1991. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Februari 2011

LUKMAN HAKIM NAIN 1963-1991


LUKMAN HAKIM NAIN

Dia banyak menjadi DOP (Director of Photography)/Cinematography sutradara-sutradara besar.

Dibesarkan di Bukittinggi 2 Febuari 1931, hingga kelas I SMA, anak bungsu 5 bersaudara ini tak kuat lagi menahan godaan untuk merantau. Ayahnya pensiunan guru Nain Datuk Majolelo melepas luk berangkat ke Bandung. Rupanya tak berniat meneruskan ke perguruan tinggi, selagi duduk di kelas terakhir SMA ia sudah bercita-cita menjadi fotografer. Demikianlah Luk mulai bekerja sebagai pegawai sipil pada staf A Inspektorat Infantri di Bandung, dengan jabatan fotografer. Hanya 2 tahun, 1954 ia melangkahkan kaki ke Jakarta dan diterima sebagai pembantu juru-kamera pada perusahaan Garuda Film.

Lima tahun menjadi pembantu juru kamera, tahun 1959, Luk dipercaya pertama kali sebagai juru kamera penuh dalam pembuatan film Holupis Kuntul Baris, sebuah film anak-anak. Mulai saat itu, tak kurang dari 46 film cerita ditanganinya sebagai juru kamera, disamping film dokumenter dan iklan.

Menjadi juru kamera film Di Bawah Lindungan Kabah, tahun 1978, dia harus ke Mekah. Sampai pada urusan paspor dan visa, cerita dimulai. Pihak imigrasi menolak memberi visa. Dia dikira Lukman Hakim aktivis dan Ketua Dewan Mahasiswa UI. Padahal bedanya banyak. Yang satu mahasiswa, yang pakai Nain hanya pernah duduk dikelas III SMA Bandung, lalu belajar memotret. Namun urusan baru rampung setelah istrinya turun tangan. Ibu 4 orang anak ini menulis surat pernyataan bahwa suaminya betul pekerja film, bukan mahasiswa.

Tak betah menetap di suatu tempat, setelah 5 tahun bekerja sebagai pembantu juru kamera di Sanggabuana Film, ia pindah ke Anom Pictures. Hanya setahun, Luk, nama panggilannya pindah lagi ke Gema Masa Film. Setelah itu, ia memutuskan untuk berdiri sendiri sebagai juru kamera lepas. Perkenalannya dengan Wim Umboh membuat Luk betah bekerjasama dengan sutradara itu. Ia banyak membantu pembuatan film-film Wim, yang pada gilirannya memberi banyak peluang baginya untuk memenangkan Piala Citra.

Tahun 1974 ia melangkah sejenjang, dipercayai sebagai sutradara untuk film Dikejar Dosa. Kemudian disusul film-film berikutnya, antara lain Malam Pengantin, dan Cinta Rahasia ditahun 1976. Ia adalah juru kamera film nasional yang paling banyak menerima Piala Citra.

Film Perkawinan yang paling banyak meninggalkan kesan buat Luk. Untuk opname film tersebut, ia mendapat kesempatan keliling Eropa, Zurich, Amsterdam, Paris, Jenewa, juga ke Tokyo. Tapi selama keliling Eropa itu ia terus deg-degan kalau shooting ketemu polisi. Soalnya disana mereka tak pernah melapor, apalagi minta izin mau opname film, seperti kebiasaan di Indonesia. Padahal oleh petugas disana ditanya saja pun tak pernah, apa lagi ditegur.

Lukam, selain menjadi DOP (Director of Photography) ia juga menyutradarai sendiri filmnya. Biasanya DOP menjadi Director juga dalam filmnya diawali dari adanya sesuatu yang tidak puas atas karya sebelumnya, ada juga kasus karena fantasi/keinginan membuat sebuah film bergendre yang diinginkan, tetapi dipasaran film itu tidak ada yang memproduksi, sehingga ingin membuatnya, atau adanya penguasaan tehnis tersendiri yang kebanyakan memakai tehnis cinematography dari pada dramanya. Tetapi dalam kasus yang banyak, banyak juga dari DOP ke Director yang sukses. Biasanya di film awalnya Dop terlalu banyak kosentrasi ke gambar dari pada ke adegannya (asal jangan film drama, bisa hancur dramanya), untung filmnya diawali dengan horor, jadi tehnis cinematography memang menjadi fokus tersendiri dalam menciptakan sesuatu atau hal yang lain. Seterusnya, DOP merasa ketagihan untuk menyutrdadarai filmnya. Selebihnya hanya menjalankan tugas kerja callingan sutradara lainnya.

Penghargaan :
Piala Citra dalam 

film Perkawinan 1973,
Dikejar Dosa (FFI) 1975,
Cinta (FFI) 1976,
Badai Pasti Berlalu (FFI) 1978


Lukman with director Wim Umboh



NJANJIAN DILERENG DIENG1964BACHTIAR SIAGIAN
Director Of Photography
CATATAN SI DOI1988ATOK SUHARTO
Director Of Photography
DENDAM SI ANAK HARAM1972SISWORO GAUTAMA
Director Of Photography
MENDUNG TAK SELAMANYA KELABU1982LUKMANTORO DS
Director Of Photography
SALOME1980RATNO TIMOER
Director Of Photography
BELAIAN KASIH1966TURINO DJUNAIDY
Director Of Photography
KOMAR SI GLEN KEMON MUDIK1990MAMAN FIRMANSJAH
Director Of Photography
PAHALAWAN GOA SELARONG1972LILIK SUDJIO
Director Of Photography
MAWAR CINTA BERDURI DUKA1981FRANS TOTOK ARS
Director Of Photography
PERKAWINAN1972WIM UMBOH
Director Of Photography
DAERAH TAK BERTUAN1963ALAM SURAWIDJAJA
Director Of Photography
SI KABAYAN SABA KOTA1989MAMAN FIRMANSJAH
Director Of Photography
PARA PERINTIS KEMERDEKAAN1977ASRUL SANI
Director Of Photography
TAMU TENGAH MALAM1989ATOK SUHARTO
Director Of Photography
PENGANTIN REMAJA1971WIM UMBOH
Director Of Photography
PENGANTIN REMAJA1991WIM UMBOH
Director Of Photography
KEMBANG-KEMBANG PLASTIK1977WIM UMBOH
Director Of Photography
SI KABAYAN DAN GADIS KOTA1989MAMAN FIRMANSJAH
Director Of Photography
LUKA TIGA KALI1965ALAM SURAWIDJAJA
Director Of Photography
LAKI-LAKI TAK BERNAMA1969WIM UMBOH
Director Of Photography
PENGAKUAN1988MAMAN FIRMANSJAH
Director Of Photography
KEMASUKAN SETAN1974LUKMAN HAKIM NAIN
Director
EXSPEDISI TERAKHIR1964ALAM SURAWIDJAJA
Director Of Photography
SIRKUIT KEMELUT1980LUKMAN HAKIM NAIN
Director
BIARLAH AKU PERGI1971WIM UMBOH
Director Of Photography
BADAI PASTI BERLALU1977TEGUH KARYA
Director Of Photography
JAKA TINGKIR1983BAY ISBAHI
Director Of Photography
PENDAWA LIMA1983LUKMAN HAKIM NAIN
Director
PERMAINAN BULAN DESEMBER1980NICO PELAMONIA
Director Of Photography
DISELA-SELA KELAPA SAWIT1967WAHYU SIHOMBING
Director Of Photography
DJALANG1970DANU UMBARA
Director Of Photography
BERCINTA1985LUKMAN HAKIM NAIN
Director
SI GONDRONG1971FRITZ G. SCHADT
Director Of Photography
AKIBAT TERLALU GENIT1988HADI POERNOMO
Director Of Photography
DIKEJAR DOSA1974LUKMAN HAKIM NAIN
Director
PENGEMIS DAN TUKANG BECAK1978WIM UMBOH
Director Of Photography
SUAMIKU SAYANG1990HENKY SOLAIMAN
Director Of Photography
BERANAK DALAM KUBUR1971AWALUDIN
Director Of Photography
OPERASI HANSIP 131965TURINO DJUNAIDY
Director Of Photography
BAKTI1963SJAHIL GANI
Director Of Photography
TOKOH1973WIM UMBOH
Director Of Photography
MAMA1972WIM UMBOH
Director Of Photography
IMPIAN BUKIT HARAPAN1964WAHYU SIHOMBING
Director Of Photography
SEMBILAN1967WIM UMBOH
Director Of Photography
CINTA1975WIM UMBOH
Director Of Photography
BALLADA KOTA BESAR1963WAHYU SIHOMBING
Director Of Photography
DAN BUNGA-BUNGA BERGUGURAN1970WIM UMBOH
Director Of Photography
INTAN MENDULANG CINTA1981DJAMAL HARPUTRA
Director Of Photography
HIDUP SEMAKIN PANAS1989HENKY SOLAIMAN
Director Of Photography
KUGAPAI CINTAMU1977WIM UMBOH
Director Of Photography
RINTIHAN GADIS BUTA1976IKSAN LAHARDI
Director Of Photography
PEREMPUAN1973PITRAJAYA BURNAMA
Director Of Photography
CHEQUE AA1966ALAM SURAWIDJAJA
Director Of Photography
SESUATU YANG INDAH1976WIM UMBOH
Director Of Photography
BILA SAATNYA TIBA1985EDUART P. SIRAIT
Director Of Photography
GADIS KAMPUS1979ISHAQ ISKANDAR
Director Of Photography
GAIRAH PERTAMA1984MATNOOR TINDAON
Director Of Photography
MEDALI BUKIT SELATAN1981FRANS TOTOK ARS
Director Of Photography
ACH YANG BENERRR...1979MUCHLIS RAYA
Director Of Photography
BUKAN SANDIWARA1980SJUMAN DJAYA
Director Of Photography
SENYUM DIPAGI BULAN DESEMBER1974WIM UMBOH
Director Of Photography
SIMPHONY YANG INDAH1981PITRAJAYA BURNAMA
Director Of Photography
MALAM PENGANTIN1975LUKMAN HAKIM NAIN
Director
MADJU TAK GENTAR1965TURINO DJUNAIDY
Director Of Photography
CINTA RAHASIA1976LUKMAN HAKIM NAIN
Director.

CINTA RAHASIA / 1976




Dokter Harun, ahli bedah yang sukses, amat sibuk, hingga istri dan anaknya kurang dapat kesempatan. Tapi, dokter ini sempat punya waktu untuk pasien wanita yang putus asa dan mau bunuh diri. Wanita ini kemudian ditampung di sebuah rumah kontrakan. Wanita itu hamil dan istri Harun kehabisan kesabaran. Ia membongkar masa lalu Harun yang miskin. Harum marah, mencuri harta istrinya dan menjatuhkan mobil ke jurang untuk menghilangkan jejak, dan melarikan diri dengan wanita simpanannya. Diakhir cerita, ia kembali ke istrinya yang telah kawin dengan teman sejawatnya.

MALAM PENGANTIN / 1995

MALAM PENGANTIN


Ibu guru Lestari (Lenny Marlina) berhenti mengajar setelah kawin dengan Rama (Fadly) yang baru pulang dari luar negeri. Lestari anak tunggal dan yatim piatu ternyata mandul. Suatu hari ia berjumpa lagi dengan Shinta (Tanty Josepha) murid kesayangan yang tidak betah betah hidup dengan ibu tirinya apalagi ayahnya sopir truk pemabuk, meninggal karena kecelakaan. Shinta pun diajak tinggal dirumah Lestari, ketika ditemuinya lagi saat kecelakaan di tengah jalan.

Keinginan orang tua Rama akan keturunan membuat mereka mengajak Lestari berobat ke Tokyo sambil meninggalkan Rama-Shinta sendirian di rumah. Akibatnya tentu saja sudah diduga Lestari, sekembali dari Tokyo tentu mengamuk dulu sebelum merestui perkawinan Rama-Shinta, karena ia sadar tidak dapat memberikan keturunan. Karena kesalahpahaman Shinta lari. Rama atas desakan bekas ibu guru yang baik sekali itu mencari Shinta yang diketemukan jadi penyayi kelab malam. Maka dengan tanpa sepengetahuan Lestari mereka bermalam pengantin. Lalu muncul masalah lagi Rama menuduh Shinta serong dan tak mau mengakui bayi yang ditinggal pergi ibunya. Datanglah Lestari. Di atas sakit ia berdiri megah dan ditangannya tergeletak bayi merah. Kepada kalayak yang memenuhi rumah sakit ia berseru akan membunuh bayi yang tak ada pemiliknya itu. Suasana sangat dramatik yang tak tercapai karena lupa hal-hal yang kecil seperti kepanikan pegawai rumah sakit maupun khalayak yang berkerumun di bawah.

P.T. BAYUADHI CINE FILM


TANTY JOSEPHA
LENNY MARLINA
FADLY
SOFIA WD
W.D. MOCHTAR
ASFUL FUAD
SULASTRI
AEDY MOWARD
AMINAH CENDRAKASIH
TORRO MARGENS
AWANG DARMAWAN
USMAN EFFENDY

 
NEWS 22 November 1975
Kok masih berbau hong kong

Malam Penganten Cerita: Yudi Astono Skenario: Indra Wijaya Sutradara: Lukman Hakim Nain *** INI film berakhir dengan dramatis: seorang bayi nyaris saja diterjunkan dari atap rumah sakit bersalin. Dan orang pun tiba-tiba teringat pada Nabi Sulaiman, yang konon pernah juga mengancam membunuh seorang bayi (dengan jalan membelahnya dengan pedang) jika saja kedua perempuan yang saling mengakuinya tak kunjung mengakhiri pertentangan mereka. Bayi dalam film judul Malam Pengantin ini memang tidak diperebutkan oleh siapa-siapa, bahkan sebaliknya. Ia ditinggal pergi ibunya, sedang ayahnya enggan pula mengakuinya. Maka tampillah ibu tirinya (perhatian, ibu tiri yang satu ini tidak seperti yang sering digambarkan oleh sejumlah besar film Indonesia) - seorang perempuan mandul, terlalu baik hati dan tahu kebutuhan mertua akan cucu. Sebelum tiba pada keributan di rumah sakit bersalin, para penonton diharap bersabar, sebab segala soal tetek bengek harus terlebih dahulu digambarkan. Perempuan mandul ini adalah seorang guru SMA, anak tunggal yang telah yatirn piatu, namanya Lestari (Lenny Marlina). Salah seorang muridnya, Santi (Tanty Yosepha) adalah pula seorang anak tunggal dari ibunya yang telah pula almarhumah. Ibu guru yang bernama Lestari ini dicintai oleh anak orang kaya baru pulang dari luar negeri (tidak jelas untuk keperluan apa), anak tunggal pula. Hatta, maka ini adalah kisah segi tiga dari tiga anak tunggal. Nah, anak tunggal jadi terlalu sering hinggap dalam film Indonesia ini. Juga gambaran sebuah rumah besar muncul tanpa babu atau pun jongos. Kebiasaan macam ini memang sengaja untuk memudahkan si pembuat film sembari meringankan beban si produser.


Pada saat orang Indonesia terkenal hidup dalam kepungan keluarga besar dan para nDoro ayu dengan bayaran murah bisa menyewa sejumlah babu dan jongos gambaran yang muncul lewat film-film lndonesia itu jelas merupakan pembohongan terhadap kenyataan keras di sekitar kita. Itulah akibatnya kalau para produser yang mengarang cerita sendiri terlalu seia dalam meniru film-film asing yang dijiplaknya. Keluarga kecil langka jongos dan babu memang lazim di Hongkong maupun Hollywood, tapi tidak di Jakarta. Eh, Kebetulan Soal anak tunggal itu barangkali memang hal kebetulan. Sayangnya faktor kebetulan ini terus menerus diternak. Perhatikan adegan Santi pingsan di tengah jalan. Pada saat yang sama, dengan berkendaraan mobil, Lestari yang cemas menanti bekas muridnya, berkeliling kota mencari Santi. Soalnya tentu lebih mudah kalau Lestari tahu alamat Santi. Dan karetla tidak tahu, ia berkeliling kota Jakarta. Eh, tahu-tahu ketemu tepat pada saat Santi digotong orang banyak yang menolongnya di tepi jalan Pada adegan persiapan keberangkatan Lestari dan kedua mertuanya ke Tokyo, tidak muncul argumentasi Rama yang ditinggal berdua dengan Santi. Juga adegan Santi dibawa ke pegunungan oleh Rama selama 4 hari. Semua ini mungkin terjadi dengan wajar di negeri sana, tapi tidak di sini. Di Indonesia, negeri yang masih dengan segala macam ukuran moral, meninggalkan serumah laki-perempuan bukan muhrim untuk masa lama, belumlah terjadi semudah yang digambarkan pembuat film ini. Maka seraya terpincang-pincang menyongsong klimaks, cerita pun mulai dengan "ketegangan-ketegangan". Melakukan kebiasaan kebanyakan orang Indonesia yang memberitahu hari ketibaan dari luar negeri, Lestari sudah di rumah ketika Santi dan Suaminya masih berada di pegunungan. Sembari terus menghangatkan suhu cerita -- setelah Santi berhasil mempertahankan kehormatan terhadap bujukan Rama--Lestari langsung saja mengantuk. Di layar tiba-tiba saja Rama dan Santi sudah berada di depan penghulu.


Dan bagaikan penyair W.S. Rendra, Rama pun menyimpan dua isteri di bawah satu atap. Jongos Mencang-mencongnya cerita dalam film Indonesia, rasanya sudah bukan harang baru. Semua orang tahu bahwa sebagian besar cerita film Indonesia dijiplak dari film asing oleh produsernya sendiri. Kalau sang produser mempunyai kemampuan mengadaptasi yang lumayan, filmnya juga bisa selamat-selamat saja. Akan halnya Yudi Astono dan Indra Wijaya - keduanya produser film Malam Pengantin--jelas mereka tidak cuma bisa mengadaptasi, bahkan menata cerita pun kacau. Film Malam Pengantin ini menjadi bertele-tele lantaran penulis skenario tidak mengerti seleksi. Banyak soal yang seharusnya bisa diselesaikan dalam satu adegan, tapi tercecer dalam berbagai adegan. Dalam keadaan film telah selesai, editing kembali jelas sulit, dan film ini pun tetap berlarut-larut. Sutradara Lukman Hakim Nain, sebenarnya tidak harus terlalu setia kepada skenario. Konon ia telah berbuat banyak mengatasi kekacauan cerita. Tapi toh bekas tangannya yang jelas hanya pada adegan babu dan jongos. Adegan ini tidak konyol macam sejumlah film Indonesia yang mencoba melucu gaya khadam zaman sandiwara Dardanella. Sebenarnya masih banyak yang bisa-dilakukan Lukman. Sayang bahwa film Lukman Hakim yang satu ini lewat dengan mengesalkan, padahal ia berhasil dengan film pertamanya yang berjudul Dikejar Dosa. Tapi lalu bagaimana? Salim Said

DIKEJAR DOSA / 1974

 PURSUED BY SIN

Wim Umboh (Produser) di Lokasi




Horor psikologi yang patut dicatat rasanya hanya Dikejar Dosa (1974), diproduksi Wim Umboh, disutradarai Lukman Hakim Nain. 
 
Bercerita tentang empat pria yang dihantui arwah penjual jamu yang dulu mereka perkosaJajang (Yan Bastian), Jaka (Hendra Cipta), Asep (Ucok Harahap), tiga pemuda brandal memperkosa gadis penjual jamu, Yayah (Paula Rumokoy) di sebuah dangau. Pacar Yayah, Dayat (Fadly) kebetulan datang ke dangau itu sesudah pemerkosaan terjadi. Saat hendak menolong Yayah, ia justru terangsang melihat tubuh Yayah, dan ikut menikmatinya. Suatu hal yang tak dipercayai Yayah. Tekanan terhadap Yayah masih datang bertubi-tubi. Ibunya sakit-sakitan meninggal, Jajang justru mendapat istri cantik. Jamu Yayah tersaingi jamu dari pabrik, dan ia hamil. Segala tekanan itu membuat ia jadi hilang ingatan dan dendam terhadap para pemerkosa dan penduduk desa. Maka ia mengamuk, sampai hendak membunuh istri Jaka yang sedang hamil. Niat itu dihalangi Asep yang membunuhnya terlebih dulu. Ternyata dendam Yayah terus menghantui para pemerkosanya. Mereka umumnya melihat wajah Yayah dalam diri perempuan mana pun, hingga selalu menjadi hilang kesadaran dan ingin mengamuk. Maka Jaka dan Asep saling berbunuhan Jajang didapati mati di dangau. Dayat pun yang selalu

BERCINTA / 1985

BERCINTA

Rani (Enny Beatrice) seorang gadis cantik yang sedang mekar-mekarnya, meninggal secara mendadak akibat sengatan listrik dari kabel yang terputus. Sebelum meninggal, ia berkenalan dengan seorang pemuda yang dicintainya. (Richie Ricardo), pemuda yang suka iseng main jelangkung. Suatu ketika, Rani yang sudah meninggal itu datang menemui pemuda yang dicintainya. Hubungan merekapun berlanjut, karena arwah Rani bisa nampak oleh mata pemuda yang dicintainya. Kelucuan-kelucuan pun terjadi, karena arwah Rani berbuat baik yaitu membela para tetangga yang rumahnya tergusur oleh pembangunan proyek. Akhirnya, lingkungan yang terganggu arwah genit Rani kembali tenang, setelah didoakan untuk mengantar ke tempat yang layak.

PENDAWA LIMA / 1983

PENDAWA LIMA



Pandu Dewanata (Gerard Rawung) kembali ke negeri Astina dengan memboyong tiga putri yang dimenangkannya dalam sayembara, yaitu Dewi Kunti (Anna Tairas), Dewi Madrin (Dewi Puspa), dan Dewi Gandari (Leily Sagita). Tetapi Pandu tidak begitu tamak mengawini ketiga putri itu. Ia menawarkan di antara mereka untuk dijodohkan kepada abangnya, Destarata dan adiknya, Abiyasa.

Abiyasa menolak tawaran itu, sedang Destarata menerimanya setelah dibujuk. Tak satupun dari ketiga putri itu ingin dikawini Destarata yang buta. Masing-masing mencari akal untuk tidak terpilih. Karena ulahnya yang keliru, justru Dewi Gandari yang terpilih. Hal itu membuat dendamnya kepada Dewi Kunti dan Dewi Madrin.

Masa terus berlalu, Dewi Gandari mempunyai 99 putra dan seorang putri, yang kesemuanya mempunyai tabiat jahat. Mereka itu disebut sebagai Kurawa. Sedang Dewi Kunti melahirkan tiga putra yaitu, Yudistira, Bima, dan Arjuna. Dewi Madrin melahirkan putra kembar, Nakula dan Sadewa. Mereka berlima dijuluki Pendawa Lima. Dengan hasutan Pandita Durna, Dewi Gandari dan Arya Sangkuni yang haus kekuasaan bersama Kurawa, berniat melenyapkan Pendawa Lima. Namun dengan perjuangan berat akhirnya Pendawa Lima berhasil menang.

SIRKUIT KEMELUT / 1980

SIRKUIT KEMELUT
 



Alex (Herman Felani) diusir dari rumah orang tuanya. Ini adalah bagian konflik yang berlarut dengan ayahnya, karena Alex dianggap mewarisi kejalangan ibunya. Alex sendiri berbuat salah dengan "memperkosa" kekasihnya, Joice (Mutia Datau). Pada perjalanan selanjutnya Alex menjadi pembalap ulung. Ia mendapat kasih sayang dari seorang kawan ibunya. Hubungan lamanya dengan Joice yang ternoda bisa tersambung kembali, meski ia tidak mendapat sambutan keluarga. Ia jadi terombang-ambing antara banyak perempuan. Akhirnya ia meninggal akibat peluru nyasar dalam sebuah kerusuhan malam.

KEMASUKAN SETAN / DUKUN / 1974



Laksmi (Rahayu Effendi), perawan tua, tak tahan dicemooh kemenakannya, Dewi (Dewi Rosaria Indah), hingga suatu saat meninggal karena minum obat secara berlebihan. Laksmi yang mati penasaran ini lalu mengganggu rumah itu. Dewi yang jadi sasaran. Rohnya memasuki Dewi hingga gadis kecil ini menjadi tersiksa, dan melakukan perbuatan luar biasa, termasuk membunuh pacar kakaknya dan pacar Laksmi. Keadaan ini baru berhenti dengan datangnya seorang dukun yang dapat mengalahkan kekuatan roh yang menghuni Dewi. 

Kisah ini diduga merupakan adaptasi dari film "The Exorcist" yang sukse.Rip-off yang sangat jelas dari "The Exorcist". Juga disini benda-benda yang beterbangan di udara, kesurupan Dewi melakukan hal-hal buruk seperti membunuh orang, meludahi lendir dan menyerang pendeta. Memang ada beberapa hal yang sedikit berbeda, misalnya Dewi bukan milik setan, melainkan oleh arwah Laksmi yang tidak bisa menemukan ketenangan. Tapi secara keseluruhan tidak ada yang baru dalam genre eksorsisme. Tapi itu tidak masalah, karena menurut berbagai penipuan Italia dan Spanyol (CHI SEI, L'ANTICRISTO, EXORCISMO, L'OSSESSA hanya untuk beberapa nama) turkish SEYTAN atau Bollywood Movies 1920 atau PHOONK itu bagus untuk dilihat pengusir setan "eksotik" lainnya.