Tampilkan postingan dengan label NAWI ISMAIL 1951-1986. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NAWI ISMAIL 1951-1986. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Juli 2020

TJURIGA / 1954



USAHA FILM COY

Minggu, 30 Januari 2011

NAWI ISMAIL 1951-1986



Nawi Ismail (lahir Jumat di Jakarta, 18 April 1918 – meninggal di Jakarta, 8 Februari 1990 pada umur 71 tahun) Nawi Ismail adalah anak Betawi kelahiran tahun 1918 bukan dari Toneel. Ia lulus sekolah MULO yang semula bekerja di percetakan G.Kolf & Co sampai 1938. Tahun 1939 ia mulai ikut jadi figuran dalam film Matjan Berisik di studio JIF. Karena mempunyai kenalan di studio dan kenal pula dengan Moc.Mochtar, ia jadi pemain pembantu dalam Melati van Agam, Ketika Standart Film berdiri tahun 1941, ia ikut diboyong dengan teman-teman untuk bermain di studio ini sebagai pembantu juru kamera, pembantu editor dan pembantu laboratorium, sambil ikut main. Rata-rata film yang ia buat scriptnya-editor-juru kamera -Sutradara -kadang sekaligus juga produser.

Pendidikan : HIS, MULO (selesai 1937). Selesai sekolah Nawi bekerja di percetakan Kolf Jakarta dan berhenti tahun 1940 untuk main dalam "Matjan Ketawa" sebagai Figuran, lalu "Melati Van Agam" (1941), sebagai Pemain Pembantu. Tahun 1940 bekerja pada Standar Film sebagai Pembantu Juru Kamera merangkap Pembantu Editor dan Laboran, sembari juga ikut main, di antaranya dalam "Ikan Doejoeng" (1941), "Selendang Delima" (1941).

Pada masa pendudukan Jepang, Nawi bekerja pada Nippon Eigasha sebagai Pembantu Editor dan Pencatat Skrip film2 berita Nampo Hodo. Waktu perang kemerdekaan, dia masuk TNI dan berhenti tahun 1950 dengan pangkat Letnan Dua.Dalam tahun itu juga kembali ke film menjadi karyawan PFN. Di waktu itu, selain film-film berita dan dokumenter PFN, Nawi mengedit film-film cerita, di antaranya "Untuk Sang Merah Putih"/Penata Gambar juga (1950), "Sedap Malam" produksi perdana Persari (1950).

Sementara itu mulai pula menulis skenario, yang pertama "Inspektur Rachman" (1950) sembari merangkap sebagai Pembantu Sutradara. Tahun 1951 mulai menyutradarai sendiri, pertama kali untuk "Akibat", kemudian "Solo Diwaktu Malam" (1952).Setelah itu Nawi banyak menyutradarai, namun namanya lebih dikenal sesudah "Berabe" produksi perdana Dewi Film tahun 1960.Sukses lain didapatnya lewat film2 seri "Si Pitung" di awal 1970-an yang juga produksi Dewi Films.Ketrampilannya memilih dan mengolah film2 yang disenangi masyarakat makin tampak lewat film2 seri "Benyamin" seperti "Benyamin Biang Kerok" (1973), "Benyamin Brengsek" (1974), "Benyamin Koboi Ngungsi" (1975), Benyamin Samson Betawi" (1975).Tahun 1977, Nawi menambah lagi seri "Si Pitung" dengan "Pembalasan Si Pitung", lalu di awal 1978 menyutradarai "`taman Edan," kemudian "Si Ayub" (79).Umumnya film2nya semenjak 1960 di-edit sendiri.

adalah seorang sutradara Indonesia yang berhasil menyutradarai puluhan film dari tahun 1950 - 1980-an. Filmnya yang paling sukses dan membawa nama aktor Dicky Zulkarnaen dan Benyamin Sueb menjadi populer lewat film "Si Pitung" dan filmnya Benyamin, Ia biasa membuat cerita drama, komedi, dan laga.



SALAH PILIH1956NAWI ISMAIL
Director
GENGSI DONG 1980 NAWI ISMAIL
Director
MEREKA KEMBALI 1972 NAWI ISMAIL
Director
MANUSIA DAN PERISTIWA 1968 NAWI ISMAIL
Director
SAMA GILANYA 1983 NAWI ISMAIL
Director
NENG YATIMAH 1953 NAWI ISMAIL
Director
BIANG KEROK BERUNTUNG 1973 NAWI ISMAIL
Director
BANTENG BETAWAI 1971 NAWI ISMAIL
Director
TUNGGAL 1953 NAWI ISMAIL
Director
GEMBIRA RIA 1959 NAWI ISMAIL
Director
BUNGA BANGSA 1951 NAWI ISMAIL
Director
SI AYUB DARI TELUK NAGA 1979 NAWI ISMAIL
Director
BERABE 1960 NAWI ISMAIL
Director
WAROK SINGO KOBRA 1982 NAWI ISMAIL
Director
TJATUT 1956 NAWI ISMAIL
Director
DIANA 1977 NAWI ISMAIL
Director
SI PITUNG 1970 NAWI ISMAIL
Director
PEMBALASAN SI PITUNG 1977 NAWI ISMAIL
Director
MARINA 1961 NAWI ISMAIL
Director
ISTRI DULU ISTRI SEKARANG 1978 NAWI ISMAIL
Director
TJURIGA 1954 NAWI ISMAIL
Director
MEMBLE TAPI KECE 1986 NAWI ISMAIL
Director
ZAMAN EDAN 1978 NAWI ISMAIL
Director
PILIHLAH AKU 1956 NAWI ISMAIL
Director
PILIH MENANTU 1974 NAWI ISMAIL
Director
KUTUKAN 1970 NAWI ISMAIL
Director
MANA TAHAN 1979 NAWI ISMAIL
Director
AKIBAT 1951 NAWI ISMAIL
Director
KARENA DASTER 1961 NAWI ISMAIL
Director
BAJINGAN TENGIK 1974 NAWI ISMAIL
Director
RATU AMPLOP 1974 NAWI ISMAIL
Director
GE...ER 1980 NAWI ISMAIL
Director
PANON HIDEUNG 1961 NAWI ISMAIL
Director
ORANG-ORANG SINTING 1981 NAWI ISMAIL
Director
SOLO DI WAKTU MALAM 1952 NAWI ISMAIL
Director
SERODJA 1958 NAWI ISMAIL
Director
SAMSON BETAWI 1975 NAWI ISMAIL
Director
TIGA JANGGO 1976 NAWI ISMAIL
Director
BENYAMIN KOBOI NGUNGSI 1975 NAWI ISMAIL
Director
BENYAMIN BRENGSEK 1973 NAWI ISMAIL
Director
BENYAMIN BIANG KEROK 1972 NAWI ISMAIL
Director
BENYAMIN TUKANG NGIBUL 1975 NAWI ISMAIL
Director
HATI SELEMBUT SALJU 1981 ISHAQ ISKANDAR
Actor
ASAL TAHU SAJA 1984 NAWI ISMAIL
Director
ENAK BENAR JADI JUTAWAN 1982 NAWI ISMAIL
Director
DEMAM TARI 1985 NAWI ISMAIL
Director

GENGSI DONG / 1980



Film terlaris III di Jakarta, 1980, dengan 230.555 penonton, menurut data Perfin.

Slamet (Dono) adalah seorang anak pedagang tembakau kaya(M.Pandji Anom), sedangkan Paijo (Indro) seorang anak pengusaha minyak, dan Sanwani (Kasino) seorang anak pengusaha bengkel kecil. Mereka bertiga sama-sama kuliah di sebuah universitas, dan sama-sama jatuh cinta kepada Rita (Camelia Malik), seorang anak dosen(Zainal Abidin&Komalasari). Mereka sama-sama menunjukkan gengsi tinggi untuk merebut Rita. Dono, Kasino, dan Indro akhirnya sama-sama kecewa, karena Rita dipertunangkan dengan seorang Akabri.

BUNGA BANGSA / 1951


Pada 1982 diproduksi film berjudul sama, "Bunga Bangsa", dengan cerita berbeda yaitu tentang Anak yang diculik dan dijual ke Negeri Belanda.

Biar sudah ditunangkan dengan kapten Usman (Rd Sukarno), Aisyah (Risa Umami) dinikahkan dengan letnan Ali, karena diterima kabar tentang gugurnya Usman di medan laga di masa revolusi fisik. Kenyataan kemudian menunjukkan bahwa Usman masih hidup. Walau rela, Usman tetap dicurigai, karena membawahi Ali dalam pasukan. Apalagi ketika Ali luka parah dan dalam kepungan musuh dan Usman tidak mengambil tindakan untuk membebaskan Ali. Usman dianggap sengaja membiarkan Ali meninggal dunia agar bisa menikahi Aisyah. Padahal, menurut Usman, letnan Ali tetap akan meninggal dunia karena lukanya amat parah. Ali gugur sebagai "bunga bangsa".

Film ini proyek dari PERSARI untuk mengatasi masalah serdadu TNI yang habis berjuang. Untuk menumbuhkan percaya diri di dalam masyarakat/ penyusuaian diri selepas revolusi.

PERSARI

SAMSON BETAWI / 1975



Kisah seorang putra betawi yg memiliki kekuatan luar biasa sejak kecil, bernama Samson.

Samson lahir setelah 13 bulan dalam kandungan ibunya (Mak Wok). Sebelum lahir, ia diramal Mas Sastro (Eddy Gombloh) bahwa anak pak Hamid (A Hamid Arief) ini akan memiliki kekuatan besar dan bila bulu ketiaknya dicukur, kekuatannya akan hilang.

Pak Hamid banyak dibuat pusing karena ulah Samson setelah lahir. Ia sering berkelahi sehingga para orang tua lawan berkelahinya sering minta ganti rugi kepada pak Hamid. Akhirnya keluarga Hamid jatuh miskin hingga akhirnya pada 17 tahun kemudian Samson bertekad ke kota untuk mencari pekerjaan.

Di kota ia bertemu Siti Duile (Yatni Ardi) secara tidak sengaja yang hampir ditabrak mobil. Samson menolong Duile dan mereka berkenalan. Secara diam-diam Sutan Malenggang Di Langit (Mansyur Syah), seorang promotor, juga melihat kejadian itu, dan akhirnya mengajak Samson berpartner dalam mengadakan pertunjukan yang menampilkan Samson sebagai orang kuat dan pertandingan gulat. Kerja sama pun dijalin. Samson selalu berhasil dalam pertandingan gulat hingga popularitas Samson mencapai puncaknya. Sementara itu Samson menjalin hubungan erat dengan Duile.

Tidak disangka, lawan gulat Samson berikutnya adalah kakak Duile. Duile diutus kakaknya untuk mengorek rahasia kekuatan Samson. Setelah dirayu, Samson menceritakan rahasia kekuatannya pada Duile, dan pada saat Samson tertidur, Duile tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencukur habis bulu ketiak Samson.

Pada saat pertandingan, Samson tidak berkutik dalam melawan kakak Duile dan akhirnya kalah.

Film ini juga seperti biasa dihiasi lagu2 benyamin sueb, antara lain Siti Duile.

SAMA GILANYA / 1983



Ini adalah film tentang perpaduan yang dinilai kocak. Euis lagi terkenal dengan lagu pop rocknya, sedangkan Benyamin lebih di kenal lagu kampungan alias dangdut/ traditional dan betawinya yang kuno tapi nyentik ala kampung. Sudah pasti 2 style musik dan cara dandan juga kehidupan (kaya dan kampung) pasti beda. Apa jadinya kalau 2 aliran ini saling bersatu dalam cinta? Ini lah yang dinilai bisa membuat penonton tertawa.

Gadis nyentrik bernama Euis (Euis Darliah) ditunangkan orangtuanya dengan pemuda anak juragan tanah. Keadaan jadi lain, karena Euis lebih tertarik dengan tukang ojek yang sama-sama nyentrik bernama Beno (Benyamin S.).

Kegagalan rencana perjodohan itu berakibat Euis dan Beno harus membayar utang-utangnya. Tentu saja hal ini membuat mereka jadi kesulitan. Untung kemudian muncul kakek Lihun (Syamsuddin Syafei), kakek Euis yang sudah belasan tahun tak pernah bertemu. Kakek Lihun inilah yang kemudian membayar semua kerugian dan utang keluarga Euis.

Kakek Lihun mendadak kaya karena baru saja menjual tanahnya. Jadilah Beno dan Euis menikah keesokan harinya.


P.T. NUGRAHA MAS FILM


BENYAMIN BRENGSEK / 1973



Benyamin pergi ke Jakarta mencari peruntungan. Segala macam pekerjaan dilakukan dengan brengsek. Jadi tukang parkir, tukang cukur; bintang film, banci, penjaga kebun binatang, penarik becak, petinju dan lain-lain. Akhirnya ia menemukan jalan hidup yang baik dan sukses.

P.T. ADHI YASA FILM

BIANG KEROK BERUNTUNG (The Lucky Trouble Maker) / 1973

BIANG KEROK BERUNTUNG
(The Lucky Trouble Maker)


Karena dianggap sebagai perusak (biang kerok), Pengki akhirnya dipecat oleh majikannya. Walau semula luntang-lantung, tapi kemudian Pengki mendapat keberuntungan dengan diangkatnya dia sebagai pembantu peramal Wan Bakar. Pada waktu mantan majikannya nyaris bangkrut, bertemulah dengan Pengki yang menyamar sebagai peramal Wan Bakar dan memberikan jalan keluarnya. Cara Pengki yang licik akhirnya menjadi duri dalam daging bagi Wan Bakar yang kemudian mengusir Pengki dengan cara mengawinkan dengan gadis idamannya.
BANDUNG PERMAI

BENYAMIN BIANG KEROK / 1972

BENYAMIN BIANG KEROK
(The Trouble Maker)


Film ini sukses mengundang tawa penonton. Siapa yang tidak kenal Benya,in yang selalu menyedot penonton, dan namanya juga sangat terkenal, Pengki'k (nama anjing)...alias Franky.

Pengki (Benyamin S.) selalu mengerjai majikannya, Johan (A.Hamid Arief), istrinya dan mertuanya. Dengan licik ia menjual bensin mobil, berlagak jadi tuan besar dengan mobil tuannya dan merayu gadis-gadis cantik. Ia selalu lolos dari ulahnya yang merugikan orang lain itu, kecuali terakhir sekali ketika dua gadis cantik yang dikencaninya sama-sama datang ke rumah majikannya yang diaku sebagai rumahnya sendiri. Tamatlah riwayatnya sebagai sopir. Ia dipecat, meski tatap sambil mengejek.

N.V. HARAPAN FILM

 

RATU AMPLOP / 1974



Beni (Benyamin S.) telah lama berpacaran dengan Ida (Ida Royani)tetapi terpikat pada Ratmi (Ratmi B-29) yang berhasil meraih gelar ratu. Gelar itu diperoleh karena menyuap juri. Direktur pabrik biskuit tempat Ratmi bekerja memasang gambar Ratmi untuk iklan biskuitnya. Masalah lain timbul karena kambing peliharaan ayah Ratmi membuat sewot janda kakak Ida, tetangganya. Untuk menyelesaikan masalah itu Beni menjual kambing dengan harga murah dan komisinya digunakan untuk pacaran dengan Ida. Kisah-kisah dirangkai sebagaimana umumnya film banyolan.
P.T. ADHI YASA FILM

MANA TAHAN / 1979




Ini Adalah Film pertama Warkop yang sebelumnya mereka hanya aktif di radio prambos Film ini langsung laris manis, Film terlaris II di Jakarta, 1980, dengan 400.816 penonton, menurut data Perfini.

Memang Warkop di untungkan oleh ketenaran mereka di radio prambos, dengan sandiwara lawak mereka. Goyunan khas ala mahasiswa rantau di Jakarta dengan segala lagak, dan impian tentang kesuksesan kuliah mereka. Tetapi untuk di film agak di kawatirkan pada mulanya, karena mereka belum terbiasa dengan shooting film dan juga tampang pas-pasan. Tetapi di tangan sutradara Nawi Ismail yang terbiasa dengan film komedi seperti Benyamin sebelumnya, sudah piawai menanganinya, sehingga film ini sukses.

Merupakan film komidi khas Warkop, perpaduan unsur Jawa, Batak, dan Betawi. Indro dan Dono bertemu di kereta, dan sama sama ingin masuk ke suatu Universitas di Jakarta. Mereka sama sama berasal dari daerah, kebetulan juga kos di tempat yang sama, yaitu di rumah Rahayu Effendi. Di rumah itu tinggal Kasino dan Nanu. Di rumah kos itu terdapat seorang pembantu yang sexi, Elvy Sukaesih.

P.T. BOLA DUNA FILM

ELVY SUKAESIH
WARKOP PRAMBORS
RAHAYU EFFENDI
KUSNO SUDJARWADI
MUSTAFA





MEREKA KEMBALI / 1972



Ini adalah film yang diproduksi oleh Siliwangi, berkisar tentang kembalinya pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah pada awal perang kemerdekaan ke dua ini bernilai jauh dibawah darah dan doa yang berkisar kisah yang sama. Film ini terlalu banyak di pengaruhi karya asing yang beredar pada tahun tujuh puluhan pengaruh film Dirty Dozen amat terasa. Film ini juga berhasil mencapai kedalaman tragedi manusiarevolusi. Dan terlalu banyaknya yang ingin dikisahkan sehingga berceritanya datar saja tentang rombongan tentara yang pulang kandang.

Ada copy yang dicetak dalam ukuran 70 mm

P.T. DEWI FILM
KODAM VI SILIWANGI

ASAL TAHU SAJA / 1984


 
Film komedi sah-sah saja mencampur adukan, komedi dan unsur sexy dalam film. Begitu juga bintangnya. Benyamin & Eva Arnaz, sudah bisa di tebak seperti apa filmnya. Ini adalah trik produser dalam meraup penonton, sehingga mencapai dua aspek penonton. Fans bintang sexy Eva, dan penyuka komedian serba bisa Benyamin S.

Keluarga Gondosasmito mempunyai seorang sopir bernama Benny, dan keluarga Drajat mempunyai seorang baby sitter bernama Fifi. Benny dan Fifi saling jatuh cinta, mereka bersama-sama sering menipu majikan mereka, Gondosasmito dan Dradjat. Benny mengaku sebagai sarjana psikologi, sedang Fifi mengaku mahasiswa kedokteran yang tengah meneliti masalah baby sitter. Akhirnya mereka dipecat bersamaan karena majikan mereka sudah hilang kesabaran
P.T. GANESHA FILM
 
 ATS #1
 










SI PITUNG / 1970



Dibuat dua seri.
Dari tahun 50'an Nawi terkenal sebagi pembuat komedi. Dan dia tidak pernah bekerja dengan perusahaan film Safari, karena itu ia tidak mengulang lawakan Kwartet Jaya (eddy Sud, Bing Slamet, Iskak, Ateng). Justru karena itu Nawi bebas sekali, bahkan apapun bisa dijadikan komedi.

Berbeda dengan cerita lenong , Si Pitung tidak meninggal. Ia bak koboi yang menyelesaikan satu masalah dan pergi. Si Pitung (Dicky Zulkarnaen) yang berguru pada H.Naipin (M.Panji Anom), mendapat kekuatan untuk melawan penindasan yang dilakukanpara tuan tanah terhadap rakyat kecil. Dengan bantuan sahabatnya, Djiih (Sandy Suwardi), ia menghajar centeng-centeng bayaran para tuan tanah. Begitu juga opas-opas kompeni. Komandan Polisi Kompeni (A.Hamid Arief), mendapat jalan untuk menghalangi Pitung. Pacar Pitung, Aisyah (Paula Rumokoy) dijadikan istri ketiga Demang Meester (H.Mansjur Sjah). Pada saat pesta akan berlangsung Pitung berhasil melarikan kekasihnya, sambil berkata bahwaakan pergi ke tempat orang-orang yang membutuhkan.

Film ini cukup sukses dan mengangkat Dicky Zulkarnaen sebagai icon Si Pitung.
 
Film ini dibuat lanjutannya dengan judul "Banteng Betawi", dengan pemain sama. Kisah aslinya adalah dari legenda masyarakat Betawi.

P.T. DEWI FILM

DICKY ZULKARNAEN
PAULA RUMOKOY
SANDY SUWARDI HASSAN
A. HAMID ARIEF
MANSJUR SJAH
CONNIE SUTEDJA
HASSAN SANUSI
RINA HASSIM
FIFI YOUNG
M. PANDJI ANOM
JEFFRY SANI
W.D. MOCHTAR


Cerita aslinya
Pada dasarnya ada tiga versi yang tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia, Belanda, dan Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi yang berbeda dari cerita si Pitung itu sendiri. Apakah Si Pitung sebagai seorang pahlawan berdasasrkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang penjahat jika dilihat dari versi Belanda. Cerita Si Pitung ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini dan menjadi bagian lengenda serta warisan budaya Betawi khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah Legenda Si Pitung ini terkadang dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), sair, atau cerita Lenong. Menurut versi Koesasi (1992), Si Pitung di identikan dengan tokoh Betawi yang membumi, muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial.

Tempat Lahir
Si Pitung lahir di daerah Pengumben sebuah kampung di Rawabelong yang pada saat ini berada di sekitar lokasi Stasiun Kereta Api Palmerah. Ayahnya bernama Bung Piung dan ibunya bernama Mbak Pinah. Pitung menerima pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin (seorang pedagang kambing). Seperti yang dikisahkan dalam film Si Pitung (1970).

Nama Asli Si Pitung
Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen).


Awal Legenda
Menurut versi van Till(1996) Si Pitung merupakan seorang kriminal, yang diawali ketika Si Pitung menjual kambing di pasar Tanah Abang, kemudian dicuri oleh para “centeng” (Si Gomar menurut versi Film Si Pitung (1970) tuan tanah. Sebagai tindakan balasan kemudian Pitung melakukan pencurian di tempat Haji Saipudin seorang kaya Juragan Tuan Tanah di Marunda pada waktu itu (Rumah Haji Saipudin sekarang menjadi tempat Musium Si Pitung). Legenda yang di kisahkan dalam film Si Pitung, Si Pitung dan Kawanan-nya menggunakan cara yang “pintar” dengan menyamar sebagai pegawai Pemerintah Belanda (Di Versi Film Si Pitung, Pitung sebagai "Demang Mester Cornelis (Wilayah Mester Cornelis saat ini disebut sebagai Jatinegara merupakan bagian dari Kota Jakarta Timur") dan Dji-ih sebagai “Opas”). Kemudian melakukan penipuan dengan memberikan surat kepada Haji Saipudin agar Haji Saipudin menyimpan uang di tempat Demang Mester Cornelis. Pitung menyatakan bahwa uang tersebut dalam pengawasan pencurian. Haji Saipudin setuju kemudian Pitung dan Kelompoknya membawa lari uang tersebut.

Akibat dari hal ini kemudian Si Pitung dan Kawanannya menjadi buronan “kompenie”. Hal ini menarik perhatian komisaris polisi yang bernama Heyne (“Schout Heyne, atau Heijna, Scothena, atau “Tuan Sekotena”). Secara resmi menurut van Till (1996) nama petugas polisi pada saat ini bernama A.W.V. Hinne yang pernah bertugas di Batavia dari tahun 1888 - 1912. (Menurut catatan kepolisis Belanda. Hinne memulai karir sebagai pegawai klerikal Pemerintah Belnda, kemudian menjadi Deputi Kehutanan, dan Polisi di beragam tempat di Indonesia. Hinne menderita sakit yang serius, sesudah dikembalikan ke Eropa untuk penyembuhan. Pada akhir tahun 1880 Hinne menjadi seorang Perwira Polisi di Batavia (Stambock van Burgerlijke Ambtenaren in Nederlandsch-Indie en Gouvernements Marine, ARA (Aigemeen Rijksarchief), Den Haag, register T.f. 274). Hinne segera memburu Si Pitung dengan membabi buta. Akhirnya dia dapat menangkap Pitung, tetapi kemudian Si Pitung berhasil melarikan diri dari tahanan ka-Demangan Meester Cornelis. Van Till (1996) menyatakan bahwa Si Pitung mampu bebas dengan kekuatan “magis” tetapi menurut versi Film Si Pitung (1970), Si Pitung lepas dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam.

Kemudian Hinne menekan Haji Naipin (Guru Si Pitung) untuk membuka rahasia kesaktian si Pitung berupa “jimat” sehingga Hinne dapat menangkap Si Pitung secara lebih cepat. Versi lainya menyatakan bahwa Pitung dikhianati oleh temannya sendiri (kecuali Dji-ih) walaupun versi ini diiragukan kebenarannya. Tetapi menurut Versi Film Si Pitung Banteng Betawi (1971) dikhianati oleh Somad yang memberi tahukan kelemahan Pitung untuk mengambil “jimatnya”. Kisah lainnya menyatakan bahwa Pitung telah diambil “Jimat Keris”-nya sehingga kesaktiannya menjadi lemah. Versi lainnya mengatakan bahwa kesaktian Pitung hilang setelah dipotong rambut, dan juga versi lain mengatakan bahwa kesaktiannya hilang karena sesorang melemparkan telur. Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak Hinne (Berdasarkan versi Film Si Pitung, Pitung mati tertembak karena peluru emas). Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur hal ini tersirat dari Rancak Si Pitung dalam Van Till (1996):

Si Pitung sudah mati dibilangin sama sanak sudaranya

Digotong di Kerekot Penjaringan kuburannya

Saya tau orang rumah sakit nyang bilangin

Aer keras ucusnya dikeringin

Waktu dikubur pulisi pade iringin

Jago nama Pitung kuburannya digadangin

Yang gadangin kuburannya Pitung dari sore ampe pagi

Kalo belon aplusan kaga ada nyang boleh pegi

Sebab yang gadangin waktu itu sampe pagi

Kabarnya jago Pitung dalam kuburan idup lagi

Yang gali orang rante mengaku paye

Belencong pacul itu waktu suda sedie

Lantaran digali Tuan Besar kurang percaye

Dilongok dikeker bangkenye masi die

Memang waktu itu bangke Pitung diliat uda nyata

Dicitak di kantor, koran kantor berita

Ancur rumuk tulang iganya, bekas kena senjata

Nama Pitung suda mati Tuan Hena ke Tomang bikin pesta

Pesta itu waktu keiewat ramenye

Segala permaenan kaga larangannya

Tuju ari tuju malem pesta permisiannya

Sengaja bikin pesta mau tangkep kawan-kawannya

Nama Pitung mau ditangkep kawan-kawannya


Pitung Robin Hood ala Betawi
Menurut Damardini (1993:148) dalam Van Till (1996):

Pitung memang perampok. Mungkin saja Haji Samsudin dipukuli ketika itu. Kalau menurut istilah sekarang, Pitung itu pengacau, dan dicari oleh Pemerintah. Pitung memang jahat. Pekerjaannya merampok dan memeras orang-orang kaya. Menurut kabar, hasil rampokannya dibagikan pada rakyat miskin. Namun sebenarnya tidak. Tidak ada perampok yang rela membagi hasil rampokannya dengan cuma-cuma, bukan? Menurut kabar, Pitung menyumbangkan uangnya pada mesjid-mesjid. Saat itu mesjid hanya ada di Pekojan, Luar Batang, dan Kampung Sawah. Tidak ada bukti bahwa Pitung mendermakan uangnya di sana.'

Pitung menjadi karakter sebagai Robin Hood versi Betawi dikembangkan oleh Lukman Karmani (Till, 1996).Karmani menulis novel Si Pitung, novel ini dikisahkan bahwa Si Pitung sebagai pahlawan sosial. Menurut Rahmat Ali (1993).

'Pitung sebagai tokoh kisah Betawi masa lampau memang dikenal sebagai perampok, tetapi hasil rampokan itu digunakan untuk menolong orang-orang yang menderita. Dia adalah Robin Hood Indonesia. Walaupun demikian pihak yang berwenang tidak memberikan toleransi, orang yang bersalah harus tetap diberi hukuman yang setimpal' (Rahmat Ali 1993:7)

Beragam pro dan kontra banyak menyelubungi di balik kisah legenda Si Pitung ini, tetapi pada dasarnya bahwa tokoh Si Pitung adalah cerminan pemberontakan sosial yang dilakukan oleh "Orang Betawi" terhadap penguasa pada saat itu yaitu Belanda. Apakah hal ini dipertanyakan valid atau tidaknya, kisah Si Pitung begitu harum didengar dari generasi ke generasi oleh masyarakat Betawi sebagai tanda pembebasan sosial dari belenggu penjajah. Hal ini ditunjukkan dari Rancak Pitung diatas bagaimana Si Pitung begitu ditakuti oleh pemerintah Belanda pada saat itu.


Kisah Nyata Si Pitung
Berdasarkan penelusuran van Till (1996) berdasarkan Hindia Olanda 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya (Malaysia pada saat ini)). Pada tahun 1892 SI Pitung dikenal pada sebagai “One Bitoeng”, “Pitang", kemudian menjadi “Si Pitoeng” (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil penemuannya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta beberapa perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2).Kemudian sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan uang sebesar 125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). Kemudian Si Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika itu Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin akan ditembak.

Pada tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah adanya nasehat dari Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun kemudian pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih menrencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil, karena kejadian tersebut Kepala Penjara dicurigai karena dimungkinkan melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seseorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia meminjamkan sebuah "belincong (sejenis linggis pencungkil)” kepada Si Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2).

Akibat, Si Pitung lepas lagi, berdasarkan rumor Pitung pernah menampakkan diri ke seorang wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tersebut Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Semakin sulitnya menemukan Si Pitung, harga untuk penangkapan Si Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda pada saat itu ingin "menembak mati" di tempat , tetapi sebagian pejabat mengatakan jika Pitung ditembak justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini dilakukan juga.

Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian secara kekerasan termasuk dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih membunuh seorang polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Dia juga mencuri wanita pribumi, Mie dan termasuk pakaian laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh Nyonya De C seorang wanita pedagang di Kali Besar bahwa Pitung mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahu-nya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).

Selanjutnya Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya, karena menderita sakit. Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak berdaya untuk melawan, walaupun pistol dalam jangkauannya. (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang jauh dari Batavia beberapa minggu kemudian.

Pernyataan surat kabar Hindia Olanda yang menyatakan si informan mati dibunuh oleh Pitung,

“'Itoe djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan tempat sepi troes. Si djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng troes ambil pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi mati itoe tempat djoega.' (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)

Beberapa bulan kemudian, di Bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne mempelajari dari informan bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung diantara Tanjung Priok dan Meester Cornelis. Kemudian dalam perajalanannya Hinne diberikan laporan bahwa Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda 18-10-1893), kemudian Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak kedua kalinya, tetapi, meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya terjerembap di tanah. Sehari sesudah kematiannya yaitu hari Senin, jenazah dibawa ke pemakaman Kampung Baru pada jam 5 sore.

Setelah Hinne menangkap Pitung setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Kepala Polisi Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh Metropolitan Batavia-Weltevreden. Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia Belanda melakukan pencegahan agar "Pitung"-"Pitung" yang lain tidak terjadi lagi di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si Pitung setelah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak di ziarahi oleh masyarakat pada waktu itu.


Kesaktian dan Kematian Si Pitung
Berdasarkan cerita legenda, Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda dengan beragam argumen tersebut diatas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2) sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu. Seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil orang (Versi Film Si Pitung Banteng Betawi), tetapi yang menarik versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung dapat di-"lemahkan" jika dipotong rambut-nya. Berdasarkan koran Hidia Olanda tersebut dikatakan bahwa sebelum kematiannya Si Pitung telah dipotong rambutnya.

 
NEWS
11 Desember 1971
Robin hood, sebelum magrib

APAKAH jang harus dikatakan tentang seorang djagoan jang mati dalam filmnja jang kedua? Si Pitung gugur. Begitulah menurut tjerita jang berpuluh tahun hidup di Betawi. Demikian pula menurut sutradara penulis skenario Nawi Ismail dalam Banteng Betawt (BB), sambungan kisah Pitung ini. Paling sedikit kita bersjukur: setelah bagian pertama film jang berlaba gemuk itu. Nawi Ismail dan Dewi Film ternjata tidak terdjebak buat memperpandjang nafas Pitung hingga djadi sematjam dongeng Tarzan. Sebab seandainja demikian, ia bisa membosankan dan makin sedikit jang bisa dibitjarakan tentangnja. Apalagi si Pitung sebagai tokoh tjerita punja potensi besar untuk tjepat membosankan. Dia bukan seorang antihero. Dia bukan Clyde dalam Bonnie Clyde, meskipun sama-sama merampok dan djadi pudjaan. Clyde punja persoalan psichologis, Pitung tidak. Dia adalah seorang Robin Hood berlatarbelakang kampung, dengan Dji'i (dalam bagian pertama dimainkan Sandy Suwardi, dibagian kedua ditiadakan) sebagai sematjam Little John-nja jang lutju: penggarong orang kaja jang djahat dan penolong orang miskin. Di Djawa Tengah tokoh sematjam itu biasa disebut sebagai "maling dermawan", di Betawi dia adalah pahlawan legendaris rakjat jang tertindas dimasa kolonial jang kuno. Supra manusia. Sebagai pahlawan legendaris, kehidupan kemanusiaannja jang lengkap termasuk ketakutan dan kebimbangannja tidak lazim digambarkan. Dan Nawi Ismail nampak tetap mempertahankan tokohnja sebagai demikian: dibagian pertama dan kedua Pitung tampil sebagaimana ia tampil dalam kepertjajaan rakjat Betawi lengkap dengan kekuatannja iang rada supra manusia, lengkap dengan doa serta djimat. Tapi dengan aksentuasi utama pada silat, tjerita Pitung ini bukanlah 100% tjerita keadjaiban lebih banjak ia merupakan tjerita ketangkasan dan kekerasan. Sebagai demikian, seperti halnja berpuluh-puluh film silat Hongkong, kedua kisah Pitung ini tidak mentjoba menangkat diri mendjadi kisah jang lebih dalam. Nawi Ismail djuga tidak berpretensi. Si Pitung, berbeda dengan tokoh film-film Western jang terkenal setelah masa Tom Mix dan William S. Hart, tidak menundjukkan ambiguitas moral. Ia tak terlibat dalam problim, bahwa apapun alasannja dalam kisah ketangkasan dan kekerasan itu, sang tokoh tetap seorang pembunuh. Ia tidak seperti Shane jang sebenarnja enggan bertarung. Ia tak menghadapi pertanjaan tentang moral dari kekerasan. Seperti film Western Italia, jang dalam aspek ini berbeda dengan film Western klasik Hollywood, kekerasan dalam kisah Pitung hampir suatu hal rutin.

Pertarungan-jang didalam Django (dengan pistol) dan dalam kisah Pitung (dengan silat) adalah sama-sama sematjam "seni" jang disadjikan tjepat-tjepat dalam dosis jang besar. Tapi bila dalam Dango hidup sang djagoan jang kumal itu terpantul pada sikap tak atjuh pada agama serta moral konvensionil, dalam Pitung sang djagoan adalah pemuda alim murid Hadji jang selalu berasalamu'alaikum. Django hidup dengan suatu stijl tersendiri. Si Pitung hidup dengan kaidah kesalihan jang umum, dengan kebadjikan jang hampir-hampir mutlak. Dalam hal itu ia bisa mendjadi sematjam Tom Mix, hero jang rapi, tapi jang kini paling banter hanja disukai anak-anak. Si Pitung dan BB memperhatikan realisme fisik, tapi belum mempersoalkan realisme psichologis. Apakah jang harus dikatakan tentang seorang djagoan jang demikian? Maut. Walaupun begitu, seorang djagoan jang tewas lebih memungkinkan tjerita jang agak lain-dari jang-lain dari kisah seorang jang menang melulu. Film hiburan jang bertopang pada action memang punja kelebihan djika ia sanggup mengisahkan bahwa maut merenggut tokoh utama. Dalam hal itulah santeng Betawi punja kelebihan dari bagian pertama kisah Pitung. Tjeritanja memang diisi dengan kemalangan-kemalangan sang pahlawan. Demikianlah: Si Pitung jang diachir film pertama bersama kekasihnja, pergi naik rakit, ternjata tidak pergi djauh. Mereka bersembunji dirumah Bang Miun (Bunjamin S) jang terletak dibilangan Kebajoran zaman dulu. Dari sanalah usaha dilantjarkan untuk achirnja berhasil dengan perkawinan jang direstui oleh Hadji Naipin (Pandji Anom) maupun istrinja (Fifi Young). Tentu sadja berita ini tidak begitu sukar untuk disembunjikan kepada Demang meester (Mansjursjah) ataupun Heyne (Hamid Arif). Pembeslahan rumah Hadji Naipin--sebagai ganti rugi buat Demang jang gagal memperoleh bini muda dirasakan masih kurang tjukup. Usaha mentjari Aisjah terus sadja dilandjutkan, meskipun untuk itu tuan Demang harus mengeluarkan sedjumlah uang kopi bagi mandor Dadap (W.D. Mochtar) dan anak-anak buahnja.

Heyne sendiri terdesak oleh 2 pihak: orang-orang jang mengadukan perampokan jang makin meradjalela oleh badjingan-badjingan jang mengaku sebagai Pitung, dan atasan Heyne jan mengantjam pedjabat Belanda tersebut untuk dikirim kembali ke Holland djika dalam waktu singkat gagal mengatasi keadaan. Buat Pitung sendiri, keadaan tjukup merepotkan: disatu fihak harus waspada terhadap pengedjaran Heyne dan Demang, difihak lain harus membasmi perampok-perampok jang menggunakan namanja. Melewati majat Hadji Naipin suami istri, Demang Meester achirnja berhasil djuga mentjitjipi tubuh Aisjah. Tapi tak lama. Soal kesetiaan muntjul disini. Di rumah bini muda mandor Dadap, dimana Aisjah disekap oleh kaki tangan sang Demang, ia achirnja menemukan keberanian untuk mendjerat leher sendiri dengan sehelai setagen jang menggantung pada kasau punggung rumah. Dan Pitung jang ditinggal menduda itupun makin merupakan setan bagi polisi dan Demang beserta opas-opasnja jang tidak djarang terlibat pemerasan terhadap rakjat. Scott Heyne makin tidak bisa tahan ketika Demang Meester achirnja djadi korban setelah puluhan opas kaki tangan Kompeni mendahuluinja mati ditangan Banteng Betawi itu. Berpesan. Tapi kisah silat Betawi ini segera menudju achir. Maka dimuntjulkanlah seorang teman seperguruan Hadji Naipin. Orang inilah jang tahu hari naas murid sang Hadji itu. Dengan tawaran hadiah jang tjukup tinggi, teman seperguruan itu (Alam Surawidjaja), mendjelaskan kepada Heyne: "Apesnja Pitung itu ada antara lohor dan magrib. Tapi djimatnja harus ditjuri, setelah itu ia musti ditembak dengan peluru emas". Semua petundjuk itu diikuti dengan saksama oleh Belanda, dan djagoan Betawi itu memang mati pada achirnja. Sebelum menghembuskan nafasnja jang terachir Pitung masih sempat berpesan kepada pembunuhnja: "Heyne, baik-baiklah kepada orang kampung". Dan Hevne ternjata terharu dan kasih tabek sama itu majat jang baru sadja diuber-ubernja sebagai perampok. Apa ini? Sentimentalitas jang mendadak? Atau adegan jang dimaksudkan buat makin memperbesar harkat si Pitung? Nawi Ismail sedikit terlalu tiba-tiba menjuruh sang opsir Belanda bersikap demikian.

Maka ada jang agak mentjong dari bangunan tjerita dalam adegan itu kurang introduksi dibagian sebelumnja djustru karena setjara psichologi jang dilakukan Heyne bukanlah hal mustahil. Seseorang memang bisa menghormati musuhnja, apalagi setelah tahu motif luhur perbuatan sang musuh Djuga antara jang diburu dan jang memburu bisa sadja timbul hubungan tjinta bentji atau djuga jang memburu kehilangan arti dirinja sendiri sebagai pemburu setelah jang diburu kena. Tapi itu bisa nampak djika sang pentjerita punja sofistikasi sedikit. Tjuma soalnja sofistikasi memang bukan tjiri kebanjakan pembuat film action di Hollywood, Italia, Hongkong atau Djakarta. Subtil. Toch moment ketika Hamid Arief bersedih tetap merupakan adegan jang digarap setjara subtil. Adegan kesedihan itu mungkin klise, tapi sang Heyne mendjadi tidak karikatural. Keadaan matjam inilah jang seharusnja digunakan oleh para pemain untuk membuktikan kemampuan mereka menghajati tokoh masing-masing mengingat bahwa sekedar menjepak dan memukul bukanlah soal sulit didepan kamera. Dan disamping Fifi Young dan Pandji Anom, Hamid Arieflah jang membuktikan kemampuannja sebagai aktor jang bisa memberi dimensi lain kepada tokoh-tokoh kisah djagoan ini. Dicky Zulkarnaen, meskipun tak terlalu mengetjewakan, prestasinja tetap sama sadja dengan jang duludulu. Djuga W.D. Mochtar: dengan kostum jang berbeda-beda untuk tjerita jang berbeda-beda, W.D. tetap W.D. jang sama. Untunglah setjara keseluruhan film ini beres. Disini Nawi Ismail tidak lagi rojal dengan darah, meskipun masih rojal dengan dialog jang diulang-ulang. Tidak ada lagi pendjedjalan adegan sex dan kekedjaman jang berkelebihan, meskipun Aisjah diperkosa Demang dan korban berdjatuhan ditangan Pitung.

Usaha untuk lebih memanusiakan tokoh-tokohnja iebih terasa pada film ini daripada beberapa film Nawi Ismail sebelumnja tapi tentu sadja tak tertjapai sepenuhnja, karena konsep tjeritanja tidak ingin kesana. Dan pemotretan jang baik, warna jang tjerah tapi tidak menjolok, peralatan jang rapi dengan kostum jang menarik, semuanja mempunjai andil dalam membuat BB bagaikan makanan jang dimasak koki ahli, meskipun masih kurang imadjinasi. Sajang Idris Sardi jang memainkan musik untuk mengiringi kisah silat ini ternjata adalah Idris jang lama. Disamping tidak membantu pentjiptaan suasana Betawi kuno, jang dihidangkan Idris tidak lebih dari collage ilustrasi musik jang telah ditjiptakannja untuk banjak film Indonesia jang telah beredar dipasaran.