Tampilkan postingan dengan label PENASARAN / 1977. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENASARAN / 1977. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Januari 2011

PENASARAN / 1977

PENASARAN


Entah apa hubungan film ini dengan Oma Irama Penasaran/ 1976?

Muchsin dibesarkan oleh bibinya setelah ibunya meninggal, sementara ayahnya terlilit judi dan menghilang. Muchsin mulai berpacaran dengan Elvy, anak bibinya tetapi kandas karena Elvy disuruh menikah dengan Ade karena pertimbangan materi. Melalui temannya Titiek, Muchsin mendapat pekerjaan dari Hamid, ayah Titiek. Mulailah terjalin hubungan mesra antara Muchsin dan Titiek, meskipun cinta Muchsin masih tertuju ke Elvy.

Terjadi perceraian antara Elvy dan Ade, Elvy menjadi penyanyi di sebuah bar. Kecelakaan menimpa salah satu anak Hamid yang lain. Melalui kalung yang dipakai Muchsin, mulai terungkap bahwa Muchsin adalah anak Hamid yang ditelantarkannya dulu. Akhirnya kembalilah Elvy-Muchsin

P.T. BAHAP JAYA FILM

14 Januari 1984
Goyang ayat quran
RHOMA Irama ternyata tidak suka orang berjoget. Pemusik yang dikenal sangat saleh ini menyatakan kepada TEMPO, goyang tubuh akibat lagu dangdutnya sebenarnya "hanya terjadi di Jakarta." Itu pun hanya dilakukan segelintir orang, di antara mereka yang menikmati pertunjukannya. "Tidak ada satu persen," katanya. Ia sendiri mengharapkan, suatu saat nanti pengunjung show-nya di Jakarta akan bersikap sama dengan yang di daerah: duduk tenang di kursi. Aneh, kedengarannya? Tidak. Rhoma (Raden Haji Oma) Irama, salah satu bintang besar tanah air yang tidak diberi tempat di TVRI, diketahui sudah bulat niatnya menjadikan musik sebagai sarana dakwah. Bisa diikuti perkembangan rekaman Soneta, grup dangdut yang dipimpinnya, bukan hanya semakim lama semakim pekat dengan nasihat moral, tapi juga menyelipkan beberapa ayat Quran secara utuh. Dan itu pula yang agak ramai dipersoalkan orang.  

November silam, sebuah mingguan di Jakarta sempat-sempatnya bertanya kepada K.H. Syukri Ghozali, ketua umum Majelis Ulama Indonesia, apa hukum menyanyikan ayat Quran. Jawaban sang kiai: haram. Tentu saja seniman yang salah satu filmnya berjudul Oma Irama Penasaran itu benar-benar penasaran. Sebuah diskusi lalu diadakan, 1 Januari lalu, oleh majalah Panji Masyarakat. Dan di situ, di hadapan para ulama, Rhoma Irama memutar kaset-kasetnya. "Lagu-lagu Soneta tidak ada yang menyanyikan ayat Quran," kata Bang Haji kemudian kepada TEMPO. Dan memang tidak. Dalam lagu seperti La ilaha illallah yang populer itu, ayat Quran Surah Al Ikhlash - dibacakan komplet dengan lidah yang fasih oleh Bang Haji sendiri, diirimgi terjemah. Baru musik mulai - dengan sisipan-sisipan seruan tahlil, kalimat "tiada Tuhan selain Allah". Begitu juga dalam lagu Setetes Air Hina - ayat Q. 86:5-7, tentang asal manusia yang cuma dari air mani. Tapi MUI sudah "telanjur" mengeluarkan fatwa - 3 Desember lalu - yang secara formal mengulangi fatwa hukum dari Kiai Syukri di muka. Dan pelarangan di situ, ternyata, memang hanya berarti pengharaman cara melagukan ayat menurut melodi yang bukan melodi Quran. Sebab, seperti dikatakan Prof. K.H. Ibrahim Hosen, L.M.L., ketua Komisi Fatwa, penyuaraan Quran itu "terikat pada tajwid dan tata cara." Gampangnya saja, ada aturan panjang-pendek yang tidak boleh rusak karena si penyanyi lebih dulu mengikuti melodi - bahkan melodi nyanyian Arab sekalipun. Itu rupanya dianggap penting, mengingat kemungkinan makin banyak upaya "mengqurankan musik". Bukan upaya jenis Rhoma Irama, memang.

Para ulama, dalam pertemuan siang hari itu di Masjid Al Azhar, Jakarta, malah pada mengangguk-angguk. Sebab ternyata tak ada itu "goyang ayat Quran" dalam lagu-lagu Bang Haji. Adapun mengapa Rhoma Irama, di luar soal Quran, begitu khawatir kepada goyang, sedangkan joget dangdut diketahui bahkan tak memerlukan pasangan, tentu hanya mempertegas komitmen keagamaannya.