Tampilkan postingan dengan label RATNO TIMOER 1926-1990. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RATNO TIMOER 1926-1990. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 April 2020

GADIS BERDARAH DINGIN / 1984

GADIS BERDARAH DINGIN


Marni, gadis kecil usia balita, menyaksikan kematian kedua orang tuanya secara mengerikan. Kematian itu atas perbuatan Ningrat, Norman, Kusuma, Wijaya, Irawan, dan Firdaus, yang haus akan kekayaan orang tua Marni. Sekitar dua puluh tahun kemudian, Marni yang tumbuh menjadi gadis pendiam dan dingin, melakukan pembalasan kepada orang-orang yang membunuh orang tuanya tersebut. Tetapi Anton, yang ternyata anak Firdaus, adalah kekasih Marni yang begitu menaruh perhatian kepadanya. Namun demikian, Marni yang dingin dan penuh dendam itu tetap bersikeras menghabisi satu persatu penganiaya orang tuanya. Ia dibantu oleh seorang sahabat wanita yang akrab bernama Vivi. Perbuatan Marni semula sempat membuat bingung aparat keamanan, walaupun akhirnya ia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.
 
Marni, seorang balita, menyaksikan kematian mengerikan orang tuanya. Mereka dibunuh secara brutal dengan speargun. Pembunuhnya adalah Ningrat, Norman, Kusuma, Wijaya, Irawan dan Firdaus (Ratno Timoer) yang mengincar rejeki orang tua Marni. Mereka juga membunuh semua karyawan keluarga.

Sekitar dua puluh tahun kemudian, Marni (Yatie Octavia) yang tumbuh menjadi seorang wanita muda pendiam dan dingin yang membalas dendam pada orang-orang yang telah membunuh orang tuanya. Namun Anton yang ternyata merupakan anak dari Firdaus ini merupakan pacar Marni yang sangat menyayanginya. Namun, Marni yang dingin dan pendendam bersikeras membunuh penganiaya orang tuanya satu per satu. Seorang pejuang berkerudung membantu Marni. Juga sekelompok remaja di bawah kepemimpinan Vivi, seorang teman perempuan Marni, membantunya. Belakangan ternyata petarung berkerudung itu adalah Anton. Setelah dia membunuh sebagian besar pembunuhan, dia ditangkap oleh Firdaus. Tapi dia dibebaskan dari Anton dan Vivi dan teman-temannya. Selama penyerangan berikutnya di rumah Firdaus dan anteknya, terjadi pembantaian di mana semua penjahat, tetapi juga banyak remaja dan anton dibunuh. Marni dan teman-temannya yang masih hidup akhirnya ditangkap polisi.

Film yang sangat keren. Sebenarnya bukan kisah inovatif, lebih banyak kisah balas dendam sederhana. Namun realisasinya. Dari menit pertama film memberikan kecepatan penuh. Pur aksi dan banyak pertempuran berdarah. Pertarungan dengan tombak, tombak, pedang, busur dan anak panah, pisau, kapak dan tongkat dan ada jumlah tubuh yang sangat tinggi. Film tersebut dibuat pada masa ketika di perfilman Indonesia banyak film-film dengan kekuatan perempuan keluar. Baru pada tahun 1983/1984 masih diproduksi film-film lady power berikut ini:
Perhitungan Terakhir, Perempuan Bergairah, Penakluk Srigala, Midah Perawan Buronan, Tujuh Wanita Dalam Tugas Rahasia, 5 cewek Jagoan, Membakar Matahari dan lainnya.
Bisakah saya hanya merekomendasikan.



Minggu, 06 Februari 2011

RATNO TIMOER 1926-1990


Debutnya dimulai dari tingkat yang paling bawah, yaitu sebagai tukang gulung kabel, dan tukang ngebeliin makanan untuk artis-artis film.

“SEBENARNYA saya sendiri juga heran, dan tak menyangka sebelumnya, bahwa saya dapat berakting di film,” demikian diterangkan oleh Ratno Timoer. 

Ditambahkannya: Teman-teman saya sendiri seperti Pietradjaja burnama pernah mengatakan bahwa saya ada bakat untuk menjadi pemain film.  Coba Mas pikir, selama saya sekolah dari mulai SD sampai SMA saja belum pernah mencoba bermain drama. Bukankah bermain drama merupakan syarat untuk dapat bermain film? Tapi sejak saya masih belajar di SMP, saya sudah tertarik di bidang film. Hasrat saya yang kuat ini baru dapat saya capai setelah melalui cobaan dan rintangan yang berat. Saya sering berkorban perasaan. Tingkat yang paling bawah harus saya mulai ketika saya pertama kalinya bertemu dengan Mas bambang Irawan. Melihat perawakan saya, Mas Bambang memberi semangat agar saya mau terjun ke dunia film. Syaratnya? Minta Ampun! Saya dipercayakan pertama kalinya di tahun 1963 untuk menjadi asisten Unit. Kerjanya? Tukang gulung kabel, tukang ngebeliin makanan buat artis-artis film . antara lain untuk Mbak Chitra Dewi. 

Tugas saya yang belum terikat (freelance) waktu itu, menyebabkan saya banyak berkenalan dengan produser dan sutradara film. Antara lain mas Piet (Pietradjaja Burnama), Mas Bambang Irawan, sutradara Wim Umboh dan lain-lain.

“Sambil menyelam minum air,” kata pepatah orangtua. Begitu juga hal yang saya lakukan. Sambil menjadi pembantu unit, saya berkesempatan untuk melihat dari dekat cara-cara seorang aktor dan aktris berakting. Hasrat saya semakin besar untuk menjadi seorang pemain film.

Tak lama kemudian saya maju selangkah, dari Assisten Unit menjadi Unit Manager. Tugas semakin berat. Namun kesempatan untuk bermain film semakin terbuka lebar.  Film saya yang pertama adalah SEMUSIM LALU. Kemudian menyusul DIAMBANG FADJAR, dan KARMA. Peranan saya dalam film-film tersebut belum begitu berat. Bersama-sama dengan Nico Pelamonia (Dari Televisi RI, saya pernah bekerjasama menyelesaikan satu produksi film berjudul FADJAR DI TENGAH KABUT.

Tak lama kemudian, sutradara  Wim Umboh memberi kesempatan kepada saya untuk berakting dalam film: MATJAN KEMAJORAN. Rekan-rekan saya tak henti-hentinya memberi dorongan semangat. Bapak Turino Djunaedi, sutradara dan produser dari “Sarinande Film” memberi peranan yang cukup berat dalam filmnya DJAKARTA-HONGKONG-MACAO dan ORANG-ORANG LIAR (The Out Law). Namun meski pun agak letih dalam menjalankan tugas=tugas akting, saya bersyukur dan berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah membimbing saya berhasil dan mendapat penghargaan dari pemerintah Singapura dalam film LAKI-LAKI TAK BERNAMA dan turut memeriahkan suatu peringatan negara Singapura yang ke 150 tahun.

Namanya terkenal di era akhir tahun 1960-an hingga dasawarsa 1970-an, setelah beberapa kali memerankan tokoh pendekar buta, Badra Mandrawata, yang diangkat dari komik karya Ganes Th, antara lain Si Buta dari Goa Hantu tahun 1970 dan Misteri di Borobudur tahun 1971. Sejak itu Ratno banyak bermain dalam jenis film silat, seperti Pendekar Bambu Kuning tahun 1972.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) periode 1983-1998, mulai merintis karirnya dari bawah. Sebelum menjadi bintang film, dia pernah berjualan buku di Surabaya. Ia tertarik ke bidang film setelah diajak seorang rekannya. Lalu ia ke Jakarta dan mulai terlibat sebagai figuran dalam beberapa produksi film. Kemudian ia menjadi pembantu unit dalam film Daerah Tak Bertuan ditahun 1963. Dia pun makin menekuni dunia perfilman dan mulai mendapat peran pembantu dalam film Di Ambang Fajar tahun 1964 arahan sutradara Pietrajaya Burnama. Ia juga ikut bermain dalam film Macan Kemayoran tahun 1965 arahan sutradara Wim Umboh. Sampai akhirnya ia pertama kali mendapat peran utama dalam film Jakarta - Hong Kong - Macao di tahun 1968 yang disutradarai oleh Turino Djunaidy.

Selain sebagai aktor, ia juga berperan sebagai penulis skenario, sutradara, dan produser film. Ia bersama isterinya mendirikan perusahaan film PT Daya Isteri Film. Sebagai sutradara, ia lumayan banyak menghasilkan film seperti Jangan Kau Tangisi tahun 1974, Ciuman Beracun tahun 1976, dan Gadis Berdarah Dingin tahun 1984.

Sejumlah jabatan pernah dipegangnya, antara lain sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) periode 1983-1998, anggota Departemen Seni Budaya Golkar dan pernah juga menjadi anggota MPR pada periode 1992-1997 dan 1997-1999, itu mendapat sejumlah penghargaan di dunia film. Penghargaan yang diperoleh antara lain sebagai Aktor Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) di Bandung pada tahun 1975 lewat film Cinta arahan sutradara Wim Umboh, Aktor Terpopuler di Asia dalam Festival Film Asia Pasifik di Seoul, Korea Selatan, tahun 1973 lewat film Pendekar Bambu Kuning.

Aktor film Ratno Timoer, menutup lembaran hidupnya pada hari Minggu, tanggal 22 Desember 2002 pukul 16.30 WIB, di Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Barat dalam Selatan, dalam usia 61 tahun.

Nama: Ratno Timoer
Nama Asli:Ahmad Suratno
Lahir : Surabaya, 8 Maret 1942
Meninggal:Jakarta, Minggu 22 Desember 2002
Agama : Islam
Profesi:Aktor Film, Sutradara film
Isteri : Tien Samatha (menikah 1970)
Anak : Lima orang

Karir:
Membintangi beberapa film, al:
= Si Buta dari Goa Hantu (1970)
= Misteri di Borobudur (1971)
Pendekar Bambu Kuning (1972).
= Mendirikan PT Daya Isteri Film yang memproduksi film: Jangan Kau Tangisi (1974), Ciuman Beracun (1976), dan Gadis Berdarah Dingin (1984)

Organisasi:
= Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) periode 1983-1998.
= Departemen Seni Budaya Golkar dan pernah juga menjadi anggota MPR pada periode 1992-1997 dan 1997-1999

Tanda Penghargaan:
= Aktor Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) di Bandung pada tahun 1975 lewat film Cinta
= Aktor Terpopuler di Asia dalam Festival Film Asia Pasifik di Seoul, Korea Selatan, tahun 1973 lewat film Pendekar Bambu Kuning.

Alamat :
Jalan Duren Tiga, No 45, Pancoran, Jakarta Selatan

GOYANG SAMPAL TUA 1978 RATNO TIMOER
Actor Director
DIAMBANG FADJAR 1964 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
MELAWAN BADAI 1974 ARIFIN C. NOER
Actor
GUNDALA PUTRA PETIR 1981 LILIK SUDJIO
Actor
DENDAM MANUSIA HARIMAU 1981 RATNO TIMOER
Actor Director
DENDAM SI ANAK HARAM 1972 SISWORO GAUTAMA
Actor
MANUSIA TERAKHIR 1973 SISWORO GAUTAMA
Actor
SEPASANG MERPATI 1979 CHAERUL UMAM
Actor
PERAWAN BUTA 1971 LILEK SUDJIO
Actor
KARMA 1965 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
PELACUR 1975 RATNO TIMOER
Actor Director
BERNAFAS DALAM LUMPUR 1970 TURINO DJUNAIDY
Actor
SALOME 1980 RATNO TIMOER
Actor Director
PAHALAWAN GOA SELARONG 1972 LILIK SUDJIO
Actor
PELAYAN GEDONGAN 1983 RATNO TIMOER
Director
ANNA MARIA 1979 HASMANAN
Actor
ANTARA SURGA DAN NERAKA 1976 RATNO TIMOER
Actor Director
SORGA YANG HILANG 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
RAJA PUNGLI 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
TJINTA DIUDJUNG TAHUN 1965 HASMANAN
Actor
MELINTAS BADAI 1985 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
ANAK BINTANG 1974 RATNO TIMOER
Actor Director
SANGKURIANG 1982 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
SI BONGKOK 1972 LILIK SUDJIO
Actor
SI BUTA DARI GUA HANTU 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
SI BUTA DARI GUA HANTU 1970 LILIK SUDJIO
Actor
MISTRI DI BOROBUDUR 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
WAROK SINGO KOBRA 1982 NAWI ISMAIL
Actor
LUKA DI ATAS LUKA 1987 BUCE MALAWAU
Actor
LAKI-LAKI TAK BERNAMA 1969 WIM UMBOH
Actor
EXSPEDISI TERAKHIR 1964 ALAM SURAWIDJAJA
Actor
TERJEBAK DALAM DOSA 1983 RATNO TIMOER
Actor Director
SIRKUIT CINTA 1978 RATNO TIMOER
Actor Director
NERAKA PERUT BUMI 1987 RATNO TIMOER
Actor Director
PEMBALASAN SETAN KARANG BOLONG 1989 RATNO TIMOER
Director
ISTRIKU SAYANG ISTRIKU MALANG 1977 WAHAB ABDI
Actor
BIARKAN BULAN ITU 1986 ARIFIN C. NOER
Actor
DJAKARTA - HONGKONG - MACAO 1968 TURINO DJUNAIDY
Actor
SETETES KASIH DI PADANG GERSANG 1981 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
GOLOK SETAN 1983 RATNO TIMOER
Director
PREMAN 1985 TORRO MARGENS
Actor
PENDEKAR BAMBU KUNING 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
KUNTILANAK 1974 RATNO TIMOER
Actor Director
SEBATANG KARA 1973 INDRA WIJAYA
Actor
RATAPAN DAN RINTIHAN 1974 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
DJALANG 1970 DANU UMBARA
Actor
LIMA JAHANAM 1972 SISWORO GAUTAMA
Actor
FADJAR DITENGAH KABUT 1966 DANU UMBARA
Actor
MATJAN KEMAJORAN 1965 WIM UMBOH
Actor
SENDJA DI DJAKARTA 1967 NICO PELAMONIA
Actor
KARENA LIRIKAN 1980 RATNO TIMOER
Director
MALAM JAHANAM 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
SI BUTA DARI GUA HANTU 1990 RATNO TIMOER
Director
SI BUTA DARI GUA HANTU 1985 RATNO TIMOER
Actor Director
ASSOY 1977 RATNO TIMOER
Actor Director
PENGAKUAN SEORANG PEREMPUAN 1926 TURINO DJUNAIDY
Actor
GADIS PANGGILAN 1976 RATNO TIMOER
Actor Director
BENCI TAPI RINDU 1979 RATNO TIMOER
Actor Director
SEMBILAN 1967 WIM UMBOH
Actor
ORANG-ORANG LIAR 1969 TURINO DJUNAIDY
Actor
CINTA 1975 WIM UMBOH
Actor
DAN BUNGA-BUNGA BERGUGURAN 1970 WIM UMBOH
Actor
RIMBA PANAS 1988 RATNO TIMOER
Director
CIUMAN BERACUN 1976 RATNO TIMOER
Actor Director
BOBBY 1974 FRITZ G. SCHADT
Actor
KAU DAN AKU SAYANG 1979 RATNO TIMOER
Actor Director
GADIS BERWAJAH SERIBU 1984 RATNO TIMOER
Director
GADIS BERDARAH DINGIN 1984 RATNO TIMOER
Actor Director
PEREMPUAN HISTRIS 1976 RATNO TIMOER
Actor Director
2 X 24 DJAM 1967 DANU UMBARA
Actor
SUNAN KALIJAGA DAN SYECH SITI JENAR 1985 SOFYAN SHARNA
Actor
TANTANGAN 1969 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
REO MANUSIA SRIGALA 1977 RATNO TIMOER
Actor Director
NYI AGENG RATU PEMIKAT 1983 SISWORO GAUTAMA
Actor
NYI BLORONG 1982 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
SI PENDEK DAN SRI PANGGUNG 1960 ALAM SURAWIDJAJA
Actor
USIA DALAM GEJOLAK 1984 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
HONEY, MONEY AND DJAKARTAF FAIR 1970 MISBACH JUSA BIRAN
Actor
LEBAK MEMBARA 1982 IMAM TANTOWI
Actor
JANGAN KAU TANGISI 1972 RATNO TIMOER
Actor Director
JIN GALUNGGUNG 1982 RATNO TIMOER
Actor Director
IMPAS 1971 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
JANJIKU PADA DIA 1980 RATNO TIMOER
Actor Director
GONDORUWO 1981 RATNO TIMOER
Actor Director
SYEH SITI KOBAR MEMBANGKANG 1989 RATNO TIMOER
Actor Director
SURAT UNDANGAN 1975 ISHAQ ISKANDAR
Actor
MADJU TAK GENTAR

RATNO TIMOER SANG PENDEKAR

SI BUTA DARI GOA HANTU
 
 
Pagi masih berkabut di Candi Borobudur. Seorang lelaki tua tampak tergesa membawa sebuah gulungan kertas. Ia berlari, tapi langkahnya terhenti saat mendapati sosok yang menghadangnya. Belum sempat berteriak, sebilah keris menghunjam dadanya. Matanya membeliak, tubuhnya terhuyung. Sebelum terkapar, ia masih sempat melempar gulungan kertas itu ke balik patung batu. Pagi itu, sesosok mayat menggegerkan kawasan sunyi candi itu. 

Adegan itu membuka episode Asmara di Candi Tua, sepenggal kisah perjalanan Si Buta dari Gua Hantu yang pernah ditayangkan RCTI pada 1994. Dalam episode itu, Barda Mandrawata—nama asli si buta—membongkar misteri perebutan harta sebuah keluarga kaya. Kematian kepala keluarga itu mendorong perselisihan dua anak lelakinya. Mereka berusaha merebut peta harta yang diserahkan sang ayah untuk putri kesayangannya, Sekarningsih. Berdurasi satu jam, episode itu cukup menjadi favorit para penggemar Si Buta karena di situlah Barda bertemu dengan kakeknya. 

Divisualkan oleh Herry Topan Intercine Film, episode itu merupakan salah satu bagian dari 26 episode sinetron Si Buta dari Gua Hantu yang diangkat dari komik karya Ganes T.H., yang pertama kali terbit pada 1966. Usaha menampilkan kisah silat ini ke layar kaca bukan pertama kali dilakukan Herry Topan. Kita masih ingat aksi Ratno Timoer sebagai Barda lewat film Si Buta dari Goa Hantu besutan sutradara Lilik Sudjio pada 1971. Setelah itu, muncul beberapa versi lanjutan Si Buta di layar film. 

Di tahun yang sama, Ratno Timoer kembali muncul sebagai Barda dalam Misteri Borobudur, yang ketika itu disutradarai Pietrajaya Burnama. Kisah yang diangkat sama persis dengan episode sinetron Asmara di Candi Tua yang ditampilkan RCTI. Bedanya hanya pada judul. Dalam versi komik, Ganes memberi judul Misteri Borobudur. Saat dilibatkan oleh Herry Topan sebagai penulis skenario di versi sinetron, Ganes mengubah kisah pertemuan Si Buta dengan kakeknya ini menjadi Asmara di Candi Tua.
 
Setelah sekuel kedua, muncul film lainnya yang dikembangkan jauh melampaui cerita komik aslinya. Pada 1983, Dasri Jacob membuat film Si Buta dari Goa Hantu Lawan Jaka Sembung. Imajinasi yang boleh jadi sangat berlebihan. Si Buta dipaksa hidup di masa Jaka Sembung, tokoh komik karya Jair. 

Tak tahan hanya sebagai pemeran Barda, Ratno Timoer juga ikut memproduksi film Si ButaDalam Neraka Perut Bumi pada 1986. Ratno Timoer masih memerankan Barda merangkap sutradara. Ia masih memborong pekerjaan ini saat meluncurkan film selanjutnya, Lembah Tengkorak. Bahkan Ratno turut berperan sebagai penulis skenario.

Produk-produk susulan ini lumrah muncul mengingat kesuksesan yang bisa diraup film pertama Si Buta. Sejak beredar di Jakarta pada 5 Juni 1971 sampai akhir Oktober 1971, film ini berhasil mendatangkan 45.769 penonton. Bandingkan dengan film Si Pitung Banteng Betawi karya Nawi Ismail, yang beredar dalam waktu bersamaan, yang hanya mengumpulkan 12.142 penonton. 

Keberhasilan film pertama ini mungkin terletak pada kesetiaan Lilik Sudjio pada pakem cerita di komik. Ia tak mengubah cerita sehingga penonton yang berharap menemukan visualisasi petualangan dan keandalan silat Barda berhasil memperolehnya. Apalagi komik Si ButaSi Buta terus cetak ulang. Waktu peluncuran film ini juga tepat. Ketika itu Indonesia tengah dihujani film-film laga Hong Kong. Tak aneh bila penonton antusias melihat produk laga dalam negeri. Apalagi tokohnya sudah mempunyai pasar. memang begitu terkenal ketika itu. Sejak diterbitkan UP Soka Jakarta pada 1966, Ingatan terhadap kesuksesan Si Buta juga tersimpan di benak Herry Topan. Terlebih, saat film itu muncul, ia masih bekerja sebagai booker di Djakarta Theater Group yang mengelola sekitar 40 bioskop di Jakarta. Saat RCTI baru saja mengembangkan sayapnya, ia mendapati banyaknya tayangan luar negeri yang ditampilkan. Ia lantas mengajukan proposal pembuatan sinetron silat ini. Usulannya langsung diterima. Bukan hanya karena reputasi lamanya di dunia film, tapi juga kesuksesan sinetron yang dibuat sebelumnya, Si Manis Jembatan Ancol, yang juga ditayangkan RCTI.
 
Begitu proposalnya diterima, Herry langsung mengontak Ganes T.H. untuk menulis skenario. "Pak Ganes langsung menyanggupi. Ia yang sebelumnya sakit-sakitnya jadi bersemangat dan sehat kembali," kata Herry. Untuk peran Si Buta, Herry memasang aktor muda Hadi Leo. Meski mengaku pengagum Si Buta, ketika itu Herry tak membaca seluruh komiknya. "Saya percaya saja sama Pak Ganes," katanya beralasan. Herry cukup puas dengan hasilnya. Tak hanya dari sisi laga, lelaki kelahiran Jakarta, 22 Desember 1948, ini sangat menyukai dialog yang diciptakan Ganes yang menurut dia berfalsafah tinggi. 

Kini sinetron itu tak lagi ditayangkan. Namun, Herry, yang setelah Si Buta sukses kemudian meluncurkan sinetron Wiro Sableng, masih menyimpan kejayaan masa lalu. Saat ini ia tengah memercikkan ide membuat versi baru Si Buta. "Saya tengah negosiasi dengan ANTV," kata Herry, yang mendirikan kantornya di daerah Tomang. 

Sama dengan sinetronnya dulu, Herry menyiapkan 26 episode. Bedanya, tanpa keberadaan Ganes T.H. yang meninggal pada 8 Desember 1995, ia akan mengembangkan cerita jauh melampaui cerita asli di komiknya. Meski untuk itu Herry harus membaca total seluruh komiknya. Saat ini, ia tengah menunggu izin dari Gienardy, putra Ganes T.H., untuk mendapatkan seluruh data cerita Si Buta

Herry merencanakan akan memulai sinetronnya dari masa 20 tahun sebelum Mata Malaikat—musuh bebuyutan Si Buta—membunuh Paksi Sakti, ayah Si Buta. Saat itu Paksi Sakti merupakan musuh bebuyutan Mata Malaikat. Dalam sebuah pertarungan, Paksi membutakan penglihatan Mata Malaikat. Balas dendam bisa ditunaikan 20 tahun kemudian dengan menghabisi tak hanya Paksi tapi juga Gandra Lelayang, ayah Murni Dewiyanthi—kekasih Barda. 

Herry juga merencanakan akan lebih mempersingkat adegan-adegan drama. Porsi laga akan ditambahnya dengan melibatkan konsultan silat dari negeri sendiri. Meski tak anti terhadap produk luar negeri, untuk urusan action, Herry lebih percaya jagoan dalam negeri.

Untuk peran Barda, Herry tak lagi memakai Hadi Leo. Ia ingin merekrut wajah baru yang sebenarnya juga dilakukannya sejak dulu. Ketika ia menempatkan Hadi Leo sebagai pemeran Barda, Herry sempat diprotes almarhum Ratno Timoer yang merasa sudah membesarkan dan identik dengan karakter Barda. Namun, kecaman itu tak dihiraukan Herry dan Ganes yang merasa lebih berhak atas cerita Si Buta. Apalagi tak ada kontrak dan perjanjian hukum antara Ganes dan Ratno Timoer. Setelah kedua orang itu tiada, kini Herry berniat meneruskan kembali pengembaraan Si Buta.

GOYANG SAMPAI TUA / 1978



Seorang sopir oplet, Tarno (Ratno Timoer) di kampungnya merasa tak pernah berkecukupan. Ia memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta, dengan meninggalkan istri (Rose Kusumadewi) dan seorang anaknya (Ita Ovyantari). Nasibnya di Jakarta ternyata tak kunjung baik. Ketika nasibnya mulai berubah, dengan menjadi sopir juga, ternyata ia bekerja untuk boss komplotan pengedar narkotika (Pitrajaya Burnama). Karena tak mau meniduri Mira (Tuty S) seperti perintah bosnya, Tarno disekap. Untung ia lalu dilepaskan kawannya yang mengajaknya masuk komplotan itu. Sementara itu, karena menunggu suaminya yang tidak pernah ada kabar, Rose dan anaknya menyusul ke Jakarta. Rose terlunta-lunta, anaknya dititipkan ke sebuah panti asuhan. Kebetulan ia ditemui kelompok pengamen yang memergoki Rose ketika hendak diperkosa. Rose lalu ikut kelompok ini, karena ia memang punya kemampuannya menyanyi. Nasib baik pun segera menjemputnya.

Kebetulan lagi ia dilihat pemimpin band The Brims yang pernah melatihnya. Rose lalu menjadi biduan yang semakin populer. Sebuah jadwal pementasan Rose bersama Elvy Sukaesih terbaca Tarno yang ketika pulang kampung menjumpai rumahnya kosong, hingga ia kembali lagi ke Jakarta. Mereka akhirnya bertemu setelah pentas di Glodok Plaza itu dan segera menemui anaknya di panti asuhan.
P.T. DAYA ISTRI FILM

JIN GALUNGGUNG / 1982

JIN GALUNGGUNG

 
Bayusukma (Ratno Timoer) dituduh berbuat zinah dengan kekasihnya Sekarwangi (Chetty Hawafara). Tuduhan ini dilancarkan oleh Parno yang cintanya ditolak oleh Sekarwangi. Bayusukma dan Sekarwangi dihukum penduduk desa. Sesaat kemudian datanglah bencana alam, angin ribut dan topan, tetapi Bayusukma dan Sekarwangi selamat dari bencana. Karena belum puas, Parno kembali menghasut penduduk desa, bahwa penyebab bencana tak lain adalah akibat perbuatan Bayusukma. Penduduk kembali marah dan menyingkirkan Bayusukma dengan membuang ke jurang. Di dalam jurang ia selamat, dan bertemu dengan Jin Galunggung yang bersedia menolong dengan syarat mau jadi pengikutnya. Bayusukma menolak. Jin Galunggung kecewa. Bayusukma dijebloskan ke dalam pasir hingga lebih menderita. Sementara Sekarwangi menerima lamaran Parno, dengan tujuan membalas dendam. Setelah Sekarwangi berhasil menusuk Parno, ia melarikan diri dan terjun ke jurang di mana Bayusukma dilemparkan. Bayusukma tak mampu lagi menolong Sekarwangi, di sinilah Bayusukma lalu menerima tawaran Jin Galunggung. Masuklah roh Jin Galunggung langsung ke dalam tubuh Bayusukma. Maka Bayusukma berubah menjadi tegar kembali dan menyelamatkan Sekarwangi. Bayusukma lalu pergi ke desa untuk membinasakan Parno dan anak buahnya. Hukum tetap berlaku. Bayusukma ditembak polisi saat roh Jin Galunggung keluar dari jasadnya.

P.T. DAYA ISTRI FILM

SYEH SITI KOBAR MEMBANGKANG / 1989




Syeh Siti Kobar (Ratno Timoer) alias Wong Pamungkas membuat kekacauan untuk menuntut balas para wali yang telah menghukum Syeh Siti Jenar. Ia membunuh Lurah Kampung Bagas Kuning, Brajanala (Kusno Sudjarwadi), dan menguasai wilayah itu, hingga penduduk resah. Tujuan selanjutnya, mengacau dan menguasai Demak, pusat Kerajaan Islam waktu itu. Langkahnya dihentikan Jaka Pratama (Roy Raymond), yang bersama Pandu Narayana (Yani Suradjaja), Kiai Dollah Pekih (Herman S. Sudiro), Dewi Sekardadu (Tetty Liz Indriati), serta putri almarhum Brajanala, Putih Mewangi (Devi Ivonne), mengatur siasat dan berhasil membunuh Syeh Siti Kobar.

GONDORUWO / 1981

GONDORUWO


Keluarga Gunawan (Ratno Timoer)menempati rumah tua yang dulu dimiliki orang Belanda. Istri Gunawan (Farida Pasha) adalah wanita yang suka serong, kendatipun sudah memiliki dua anak (Lina Noor dan Faradilla Sandy). Di rumah tua itu ada misteri, yakni tersimpannya harta karun. Ketenteraman keluarga Gunawan terus terganggu, karena makhluk halus gondoruwo selalu bergentayangan di rumah itu. Dogom (Menzano),pembantu lama di rumah itulah yang mengetahui harta karun di rumah itu, namun tidak tahu pasti di mana letaknya.Ia tetap setia, karena ada ambisi untuk memperoleh harta karun yang ada di rumah itu.Ia bersahabat dengan Gondoruwo yang ada di rumah itu. Di film ini diketengahkan pula seni tradisional debus.

JANJIKU PADA DIA / 1980

 
 
Gazali tinggal di Kinibalu Sabah, mempunyai anak tunggal Rozy Syahzam (Ratno Timoer) yang baru selesai kuliah di kedokteran. Ibunya telah meninggal saat melahirkan Rozy. Ayahnya belum berniat kawin lagi, meski sudah didesak anaknya. Ia mau kawin setelah Rozy selesai memperdalam spesialisasi bedah di Indonesia. Rozy meninggalkan Sabah bersama kekasihnya, Nirwana (Lenny Marlina). Dalam waktu singkat Rozy berhasil jadi ahli bedah, sementara Nirwana dipertunangkan oleh ayahnya pada Gazali, ayah Rozy, karena harta. Mendengar itu, Rozy kecewa tidak langsung pulang ke rumah. Ia menyibukkan diri membantu rakyat di pedesaan. Saat Rozy dalam perjalanan pulang memenuhi undangan pernikahan Gazali,mobilnya menabrak pohon. Dengan tubuh berlumuran darah, Rozy datang tepat saat ayahnya hendak mengucapkan akad nikah. Akhirnya Gazali merasa berdosa setelah mengetahui bahwa calon istrinya adalah kekasih anaknya. Ia menolak perkawinan itu, dan rela Nirwana dikawinkan dengan Rozy.

REO MANUSIA SRIGALA / 1977




Reo (Taka Zahara) adalah manusia yang dipelihara Srigala yang dilatih oleh Barda (Ratno Timoer), Si Buta dari Gua Hantu. Ia kehilangan ayah-ibu dan adiknya, yang disekap oleh tokoh jahat yang juga serakah di sebuah tempat bernama Neraka Hijau. Perjalanan mencari orangtua dan adiknya itu harus melewati banyak rintangan dan dengan sendirinya juga perkelahian.

PEREMPUAN HISTRIS / 1976


 
Rina, gadis cantik dan polos, tinggal dengan ibunya yang janda. Ia bekerja di salon. Salah satu teman sekerjanya suatu hari mengajaknya ke pesta yang diadakannya. Di sinilah Rina berkenalan dengan Toni, penyanyi terkenal. Merekapun saling jatuh hati. Suatu ketika Toni mendapat kontrak ke luar negeri, dan karena tergesa-gesa ia tak sempat memberi tahu Rina. Kemudian karena ajakan seorang kawan, Rina masuk perangkap narkotika John. Disinilah muncul maksud histeris itu, yaitu ketagihan narkotik, setelah Rina dijejali oleh John. Lalu Rina diserahkan pada Surya. Niat Surya untuk menggagahi Rina tak kesampaian. Surya sendiri malah tertembak oleh Rina. Persoalan jadi jatuh ke tangan polisi, yang kemudian berhasil meringkus jaringan narkotika itu. Sementara Toni yang pulang, tetap mencintai Rina, meski harus menunggu lepas dari penjara.

P.T. DAYA ISTRI FILM

GADIS BERWAJAH SERIBU / REVENGE OF NINJA / 1984

GADIS BERWAJAH SERIBU


FULL MOVIE

Terjadi perebutan kalung batu merah yang konon sangat sakti. Satria Seta (Kandar Sinyo) pemiliknya, dan kelompok penjahat, Kohar (Muni Cader), yang disuruh bosnya Eyang (HIM Damsjik). Yang mendapat justru Maya (Dana Christina), yang punya pacar jagoan, Kiki (Barry Prima). Ia mendapat titipan kalung batu merah dari sebuah sosok suara tak tampak, Satria Seta, yang terluka dalam perebutan itu tapi tak mati. Ia menggunakan Maya untuk membantunya. Kohar terus mencari. Anak buahnya melihat kalung itu dipakai Maya. Maka Maya dicari-cari. Maya bersama Kiki mendatangi Eyang untuk mencari kejelasan. Yang terjadi pertempuran antara arwah yang membela Maya Dan Eyang. Maya berubah menjadi sakti. Lalu entah dari mana muncul si Hitam (Advent Bangun), yang juga menginginkan kalung itu. Maka pertempuran segi tiga tak terelakkan Dan jadi puncak film. Kisahnya memang sangat fantastik : ada senapan modern, tapi juga kekuatan super natural. Dan tidak lupa mobil meledak maupun meluncur ke jurang. Tampaknya yang penting semua unsur.

P.T. RAPI FILM

SELEBARAN iklan film Gadis Berwajah Seribu (GBS) memang panas, hingga ribuan warga Desa Warujayeng, Nganjuk, Jawa.Timur, merasa gemas. Di situ Dana Christina, sang primadona, sedang pasang aksi. Betisnya lencir dibalut stocking loreng merah-putih-biru. Punggungnya terbuka, dadanya menantang. Pokoknya ada daya tarik amat kuat terpancar dari film GBS -- yang sebenarnya adalah film silat. Maka, berduyun-duyunlah orang datang. Terlebih lagi ada bumbu berita bahwa GBS adalah film baru, belum setahun beredar. Kecamatan di timur laut Kota Nganjuk yang tak punya gedung bioskop itu benar-benar luber manusia. GBS disuguhkan di lapangan terbuka, berdinding gedek, beratap langit. Orang mengenalnya sebagai bloskop "misbar", kalau gerimis, bubar.

Dan penonton benar-benar bubar, tapi bukan lantaran gerimis. Pertunjukan film dihentikan oleh petugas penerangan dan polisi setempat. Mereka bilang, pemutaran GBS harus disetop. Ada yang tak beres? Benar. GBS yang beredar di Warujayeng itu dianggap gelap, izinnya palsu. "Kopi filmnya selundupan," kata petugas. Pelacakan kopi film tak sah ini rupanya sudah lama. Untuk meringkus Pen~gedar GBS palsu di Warujayeng itu, diperlukan waktu 6 bulan. Ternyata, pengedarnya adalah Budi Susetyo, 35 tahun, seorang pria tinggi kurus bermata cekung. Yang resmi memegang hak edar GBS adalah CV Evergreen, Surabaya, tepatnya untuk wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur -- selama 2 tahun. Ketika sedang getol-getolnya diedarkan, Lho, tahu-tahu muncul GBS liar. Siapa punya ulah ? Kepala pemasaran Evergreen, Hartono, lalu pasang jaring. Ia mendengar, di studio pembuatan poster di kampung Kedunganyar, Surabaya, banyak dibuat poster film. Antara lain poster Cinta Segitiga, Satria Bergitar, Perka~winan Nyi Blorong, dan juga Gadis Ber~wajah Serib~u. Pemesannya ternyata Budi Susetyo. Lalu dicari alamatnya, dikuntit sepak terjangnya. Setelah cukup siap, ketika diputar di Warujayeng Desember tahun 1986 itu, tanpa kesulitan mereka digerebek.

Ada lima rol kopi GBS yang disita polisi. Pemprosesan lebih detail dilakukan oleh Polda Jawa Timur. Hasilnya sungguh bikin runyam.Ternyata, kopi film yang dibintangi Rhoma Irama, Barry Prima, Ratno Timoer, dan Suzanna juga banyak yang gelap-gelapan. Tapi, untuk film-film ltu, terus terang polisi kesulitan melacak dan mengusut.Banyak pengaduan yang tak bisa diproses secara tuntas. Ambil contoh, kasus film Pendekar Langit dan Lebak Membara. Sudah dua tahun ini tak bisa dibawa ke sidang pengadilan, lantaran sulit memproses. "Saya capek kucing-kucingan dengan pengedar gelap itu. Padahal, bagi petugas yang memergoki, sudah saya sediakan tip Rp 150 ribu, tapi, eh, lolos juga," kata Pishu, yang berdarah India dan Direktur PT Soraya Film, produser dan distributor Surabaya. "Produksi kami (Budak Nafsu) malah dikerjain pengedar amatir yang dikenal Deppen. Film dibintangi Suzanna itu main di bioskop Nirwana, Situbondo, secara gelap," kata Pishu. Lalu ia mengklaim. Hasilnya, Maret lalu Soraya Film mendapat ganti rugi untuk hak edarnya.

Tapi Pishu sungkan menyebut angkanya. Ia lalu memberi gambaran soal harga kopi film. Film Rhoma Irama, misalnya, untuk putaran ke-2 (yang beredar di kota-kota kecil) sekitar Rp 15 juta per kopi. Sedangkan GBS ia perkirakan Rp 2-3 juta per kopi untuk masa edar setahun. Untuk setiap judul, kopi film yang dicetak 30-40 paket. Di Jawa Timur, jumlah bioskop tingkat putaran ke-2 sekitar 200. "Ya, bisa dibayangkan berapa kerugian Evergreen akibat kopi filmnya beredar gelap," kata Pishu, sambil menyambut gembira keberhasilan Hartono memergoki pengedar gelap. Kasus Budi Susetyo pun masuk pengadilan. Pemuda berperawakan kurus ini seperti pasrah saja. "Saya ini pengusaha bioskop ekonomi gurem Nggak kuat sewa film di distributor seperti Evergreen itu," kata Budi kepada TEMPO. Tapi, di pengadilan, yang sampai pekan lalu sudah bersidang 4 kali, ia mungkir dituduh sebagai pengedar film gelap. Film GBS itu surat izin edarnya dikeluarkan DeppenJawa Timur. Surat yang dipegang Budi adalah foto kopinya. Aslinya? Tak ada pada dia.

Menurut keterangan Budi di persidangan, surat-surat itu diterimanya dari distributor wilayah Jawa Tengah di Semarang. Ia tak tahu di mana alamat jelasnya sesuatu yang mustahil tentu saja. Kepada TEMPO, dikatakannya bahwa ia membeli kopi dari distibutor karena, "harga sewanya miring." Tapi Budi tidak merinci perbedaan harga itu. Dalam tuduhannya, Jaksa Jusuf Calla mengatakan, Budi telah melakukan pemalsuan. Dalam surat-surat film GBS-nya, tertulis Surat Izin Edar pada PT Perfin. Nama PT Perfin adalah hasil pemalsuan tulisan yang dilakukan Budi. Artinya, setelah tercantum nama PT Perfin pada surat izin edar itu, barulah surat itu difotokopi. Nah, yang asli, yang bekas dipalsukan itu, kemudian dibuang oleh Budi. Dengan ulahnya ini, "Hak edar Evergreen dirugikan oleh GBS-nya Budi," kata Calla kepada TEMPO. Berapa besar kerugian Evergreen akibat ulah Budi? Belum ada angka pasti. "Bukan soal besarnya, tapi cara pemalsuannya itu," kata Jaksa Calla. Lagi pula, ini juga cukup penting: peredaran film nasional di Jawa Timur bisa kacau. Sebab, pere~daran kopi film gelap memang tak sedikit. Muharto, Koordinator Media Penerangan Kanwil Deppen Jawa Timur, dalam kesaksiannya mengatakan, pihaknya tak pernah mengeluarkan surat izin edar untuk GBS. Budi juga tidak bernaung di bawah Perbiki. Persatuan Bioskop Keliling. "Kalau anggota Perbiki yang nyeleweng gampang pengawasannya. Blsa langsung diketok kepalanya,' ujar Soediono, Kepala Kanwil Deppen Jawa Timur. "Budi bukan anggota Perbiki. Dia perorangan dan liar," ujarnya gregetan. 

KAU DAN AKU SAYANG (You and I my love) / 1979


 

Wamena (Ratno Timoer) seorang duda sebagai pengusaha bersama seorang anak perempuannya Narita (Joice Erna)dengan seorang sekretaris, Yuni (Tuti Kirana) yang berambisi menikahi Wamena dan menjodohkan Narita dengan Toni (Toro Margens)pacar Yuni. Toni adalah pegawai kepercayaannya. Hal ini dilakukan untuk menguasai harta Wamena. Pacar Narita sendiri adalah Arman (Pangki Suwito, seorang pemuda miskin. Yuni memaksakan kehendaknya dengan menyebar undangan perkawinannya. Narita yang menentang hubungan mereka, marah dan pergi. Melihat kepergian Narita, Wamena meninggal karena serangan jantung. Kemudian Arman menikahi Narita dan menggantikan kedudukan Wamena. Yuni berusaha mengacaukan suasana menjerat Arman dengan mengirim wanita cantik untuk merayu Arman, dan memotretnya. Hubungan ini tercium Narita dan membuatnya terguncang; Narita jatuh terbentur meja dan mengalami kebutaan. Melihat itu Arman kalap dan tanpa sengaja membunuh Yuni, dan Arman masuk penjara. Kemudian, datang bibi Arman yang ingin menguasai harta Narita. Namun tak,lama kemudian bibi Arman meninggal dan harta Narita kembali bersamaan dengan bebasnya Arman dari penjara.

P.T. DAYA ISTRI FILM

CIUMAN BERACUN / 1979

CIUMAN BERACUN
 

Sari berencana memberikan keperawanannya pada calon suaminya, Wisnu. Rencana itu buyar karena perkosaan yang dilakukan Denny, dkk, disamping menganiyaya Wisnu sampai cacat. Sari jadi tertekan hidupnya dan merencanakan pembalasan. Satu persatu berandalan itu bisa disiksanya. Namun Sari belum puas sebelum ketemu biangnya, Denny, pemuda dengan latar belakang keluarga berantakan, dan hidupnya dibiayai oleh seorang janda, Thelma. Yang dicari-cari akhirnya ketemu di sebuah klub malam tempat Sari bekerja sebagai penyanyi. Suatu hari Sari datang atas undangan Thelma. Denny yang mendalangi undangan itu, bermaksud mengulang perbuatannya. Sari bisa mengelak dan melampiaskan dendamnya. Pada saat bersamaan muncul pula Wisnu, yang lalu menghabisi Denny. Thelma yang kehilangan Denny, balas menghabisi Wisnu. Maka, Sari dan Thelma yang harus menghadapi polisi dan pengadilan. Kemungkinan, kisah ini diilhami oleh film Lipstick dari Amerika Serikat.

P.T. ISAE FILM

FARIDA YASMINE
RATNO TIMOER
TORRO MARGENS
TINA JUHARA
RISYE RAMONA
ROBBY SUGARA
USMAN EFFENDY
RITA ZAHARA
MALINO DJUNAEDY
UCOK AKA HARAHAP