Tampilkan postingan dengan label SOPHAN SOPHIAAN 1971-1991. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOPHAN SOPHIAAN 1971-1991. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juni 2011

SOPHAN SOPHIAAN 1971-1991

SOPHAN SOPHIAAN


Sebelum diajak masuk ke dunia politik, anak Manai Sophiaan ini dikenal sebagai aktor era 1970-an. Di layar putih alias perfilman, Sophan dikenal sering berpasangan dengan aktris cantik Widyawati. Semua tahu, mereka tak hanya berpasangan di film-film, mereka adalah pasangan di alam nyata. Mereka menikah pada 9 Juli 1972 di masjid Al-Azhar.

Mereka bermain dalam film Pengantin Remaja (1971)yang disutradarai Wim Umboh dan dengan Syumanjaya yang menjadi penulis skenarionya. Di film itu itu Widyawati berperan sebagai Yuli, sementara Sophan berperan sebagai Romi—yang belakangan jadi nama salah satu sulung mereka. Pernah juga dia bermain dalam film silat, tapi masih berbau percintaan, Si Bongkok(1972), yang disutradarai Syumanjaya juga dan turut bersama Widyawati. Dalam film Romi dan Juli (1974), Widyawati dan Sophan Sophiaan bermain bersama lagi.

Pertama kali main film, Sophan Sophiaan dapat peran figuran dalam Bunga-Bunga Berguguran (1971). Seperti Roma, putranya, yang bermain dalam band rock Killed By Butterfly, Sophan juga pernah bermain band. Sebelum terjun ke dunia perfilman, waktu masih belasan tahun, Sophan pernah bermain band bersama Tonny Koeswoyo—dedengkot band legendaris Koes Plus.

Tak hanya jadi aktor film bertema menye-menye percintaan, Sophan juga pernah jadi sutradara. Film Bung Kecil (1978) adalah karyanya sebagai sutradara. Selain Bung Kecil, ada juga Letnan Harahap (1978), Cinta Kasih Mama (1981), Bunga-Bunga Bangsa (1982), juga Kadarwati (1983).

“Dari 18 film yang dibuat, umumnya bertema konflik keluarga. Namun film Bung Kecil (1978) tidak pernah beredar sampai runtuhnya rezim Soeharto,” tulis Alif We Onggang. Bung Kecil adalah film yang menyinggung soal buruh. Film itu baru lulus sensor Badan Sensor Film (BSF) pada 1983 dengan potongan durasi 11 menit. Film idealis Sophan, antara lain di mata JB Kristanto adalah Letnan Harahap, yang bercerita tentang seorang polisi jujur.

“Sikap dan pemikiran seperti dalam film Letnan Harahap itu yang diwarisi dan dihidupinya ketika ia masuk dunia politik,” tulis Kristanto di rubrik Sosok koran Kompas (18/05/2008) dengan judul Sophan Sophiaan: Bintang yang Bersih, Nasionalis yang Lurus.

Sophan Sophiaan akhirnya tersadar jika di dunia nyata, terutama dunia politik, banyak hal tidak bisa seidealis yang dia inginkan. Dia hanya bisa memperjuangkannya meski pada akhirnya harus kecewa di lingkaran kekuasaan.
 


ROMI DAN JULI 1974 HASMANAN
Actor
SAAT-SAAT YANG INDAH 1984 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
JANGAN AMBIL NYAWAKU 1981 SOPHAN SOPHIAAN
Director
BUNG KECIL 1978 SOPHAN SOPHIAAN
Director
BUNGA BANGSA 1982 SOPHAN SOPHIAAN
Director
LISA 1971 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
TINGGAL LANDAS BUAT KEKASIH 1984 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
PERKAWINAN 1972 WIM UMBOH
Actor
ANAK YATIM 1973 FRITZ G. SCHADT
Actor
TIMANG-TIMANG ANAKKU SAYANG 1973 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
KADARWATI 1983 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
TJINTAKU DJAUH DIPULAU 1972 MOTINGGO BOESJE
Actor
MELINTAS BADAI 1985 SOPHAN SOPHIAAN
Director
DAMAI KAMI SEPANJANG HARI 1985 SOPHAN SOPHIAAN
Director
PENGANTIN REMAJA 1971 WIM UMBOH
Actor
AYU DAN AYU 1988 SOPHAN SOPHIAAN
Director
WIDURI KEKASIHKU 1976 SOPHAN SOPHIAAN
Director
SI BONGKOK 1972 LILIK SUDJIO
Actor
PEMBERANG 1972 HASMANAN
Actor
PENCOPET 1973 MATNOOR TINDAON
Actor
BUAH HATI MAMA 1980 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
DI BALIK DINING KELABU 1986 SOPHAN SOPHIAAN
Director
LETNAN HARAHAP 1977 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
ARINI 1987 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
PERCINTAAN 1973 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
YANG TERCINTA 1991 M.T. RISYAF
Actor
SUAMI 1988 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
CINTA REMAJA 1974 LILEK SUDJIO
Actor
AKU CINTA PADAMU 1974 HASMANAN
Actor
LORONG HITAM 1971 TURINO DJUNAIDY
Actor
HONOUR 1974 BOBBY SANDY
Actor
PEREMPUAN KEDUA 1990 IDA FARIDA
Actor
PEREMPUAN 1973 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
KEMILAU KEMUNING SENJA 1980 HASMANAN
Actor
GAUN PENGANTIN 1974 BOBBY SANDY
Actor
RAHASIA SEORANG IBU 1977 WAHYU SIHOMBING
Actor
SENTUHAN CINTA 1976 BOBBY SANDY
Actor
MUTIARA DALAM LUMPUR 1972 WAHYU SIHOMBING
Actor
AMALIA S.H. 1981 BOBBY SANDY
Actor
DEMI CINTA 1974 MATNOOR TINDAON
Actor
JINAK-JINAK MERPATI 1975 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
MATAHARI HAMPIR TERBENAM 1971 R. ISKAK
Actor
SESAL 1994 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
SESAAT DALAM PELUKAN 1989 SOPHAN SOPHIAAN
Actor Director
KETIKA SENYUMMU HADIR 1991 SOPHAN SOPHIAAN
Director

DI BALIK DINDING KELABU / 1986

DI BALIK DINDING KELABU


Karena suaminya serong dengan adiknya sendiri, Rosnia (Ida Iasha) yang bermaksud membunuh suaminya, malah adiknya yang terbunuh. Untuk itu ia dipenjara delapan tahun dalam keadaan hamil besar. Ia dirawat Dr. Herman (Ray Sahetapy), yang dilanda kemelut rumah tangga. Istrinya, Dea (Minati Atmanegara) sibuk sekali mengejar karir sebagai perancang. Untuk itu ia tidak mau punya anak, yang justru didambakan Herman.

Kemelut ini membuat Herman makin lama makin dekat dengan Rosnia yang dirawatnya terus karena mengalami depresi berat setelah melahirkan. Herman berhasil membangkitkan semangat hidup Rosnia, bahkan menjadi terkenal karena tulisannya "Di Balik Dinding Kelabu" dimuat di sebuah majalah wanita terkenal. Sementara itu, Dea pun mencapai cita-citannya, menjadi perancang terkenal. Herman memilih Rosnia. Tetapi di saat terakhir Dea menyadari kekeliruannya. Ia menyusul Herman yang mengantar Rosnia pulang. Ia berjanji jadi istri yang baik. Rosnia menggendong anaknya meninggalkan Herman dan Dea.

P.T. VIRGO PUTRA FILM

Jumat, 28 Januari 2011

SAAT-SAAT YANG INDAH / 1984



Dari Novel
Kebahagiaan rumah tangga Rudolf Manuhutu (Frans Tumbuan) dengan Miranti (Lenny Marlina) yang telah dikaruniai dua putri, Nona dan Noni, menjadi berantakan tatkala terjadi pertemuan Rudolf dengan I Gede Jaksa, seorang Bupati di Bali. Bupati itu mengabarkan hasil hubungan gelap Rudolf dengan penari dan foto model Ayu Pidada yang membuahkan seorang putra, Agung. Hubungan gelap itu baru diketahui ketika Ayu Pidada membuka rahasia yang telah disimpannya selama sepuluh tahun, tatkala ia akan meninggal.

Sebagai seorang suami yang jujur, Rudolf membeberkan segala peristiwa aib itu kepada Miranti, dan memohon maaf. Hati Miranti yang begitu kecewa tak mudah untuk memaafkan suaminya. Keretakan rumah tangga itu kian menganga ketika I Gede meminta kesediaan Rudolf menerima Agung selama liburan sekolah. Rasa tak senang Miranti terhadap Agung memuncak, tatkala Agung secara tak sengaja memecahkan vas bunga kesayangan Miranti. Rasa sayang berlebihan yang diperlihatkan Rudolf kepada Agung juga membuat iri Nona dan Noni, hingga kedua anak itu memusuhi ayahnya. Apalagi setelah mereka tahu bahwa Agung adalah anak papa mereka sendiri.
 P.T. MAKASSAR PRIMA FILM

LENNY MARLINA
FRANS TUMBUAN
SANDY TAROREH
DASRI YACOB
ASRUL ZULMI
PITRAJAYA BURNAMA
RIMA MELATI
NUNU DATAU
HERA HELMY
ROLDIAH
SOPHAN SOPHIAAN

BUNGA BANGSA / 1982

BUNGA BANGSA
 

Tantini (Ajeng Triani Sardi), gadis cilik anak keluarga Sanca Bachtiar (Adi Kurdi) dan Sito (Retno Maruti), telah hilang dan dinyatakan meninggal oleh orang tuanya. Sementara Tantini yang kini telah berubah nama dengan Tinneke hidup di negeri Belanda bersama keluarga Arnold van Dyk (Jean Marc Diestombe). Pangkalnya, bocah itu diculik oleh seseorang, yang tiga tahun kemudian penculiknya tertangkap oleh aparat keamanan. Tetapi bocah manis itu telah resmi diadopsi sebagai anak keluarga Arnold. Segala macam cara dan usaha dilakukan oleh keluarga Sanca, untuk dapat berkumpul kembali dengan anaknya. Rupanya kasih sayang terhadap Tinneke telah menyulitkan semua pihak. Keluarga Arnold telah begitu mengasihi Tinneke, seperti anak mereka sendiri. Akhirnya, setelah melibatkan berbagai instansi dan perorangan, usaha Sanca kemudian berhasil menyentuh lubuk hati Arnold van Dyk. Tantini kembali ke pelukan ayah dan ibu kandungnya.

P.T. SANGGAR FILM

RETNO MARUTI
SARAH DAVID
YATTI SUTJIPTO
ADI KURDI
JEAN MARC DIESTOMBE
AJENG TRIANI SARDI
ASRUL ZULMI
ETTY SUMIATI
SUSY BOLLE

JINAK-JINAK MERPATI / 1975



Adaptasi dari novel "Akhir Sebuah Sengketa". Ikut Festival Film Internasional India VI, 1976.
 

Kisah cinta segitiga. Dua kakak-beradik, Dimas (Sophan Sophiaan), pelukis, dan Anton (Fadly), kutu buku dan calon sarjana, jatuh cinta pada gadis yang sama, Amalia (Widyawati). Anton yang lebih dulu pacaran dengan Amalia, karena mereka teman kuliah. Sejak jumpa dengan Dimas, ternyata Amalia lebih memilih Dimas, karena merasa lebih cocok. Anton tentu marah, hingga Dimas-Amalia disidang dalam keluarga. Percekcokan kakak-adik berlangsung, sampai dari pembantu rumah, Pak Leman (Alam Surawidjaja), Dimas tahu bahwa dia bukanlah anak kandung, karenanya dia pergi jadi anak kapal. Lama tak pulang, Anton membantu menikahi Amalia yang sudah hamil. Dua tahun kemudian, Amalia akan menjumpai Dimas di pelabuhan. Dalam pertemuan Anton dan Dimas yang sudah mulai pacaran dengan teman lamanya yang jadi penyanyi, Nana (Meitry Wilda), dijelaskan duduk soalnya. Maka Anton berlari menemui Amalia dan anaknya. Pertemuan nyaris berlangsung, tapi Dimas tertimpa benda berat yang sedang diangkat ke kapal dan putus tali. Ia meninggal.

SOPHAN SOPHIAAN
WIDYAWATI
FADLY
HANNY RAY
KUSNO SUDJARWADI
ALAM SURAWIDJAJA
ADE IRAWAN
MEITRY WILDA
AMINAH CENDRAKASIH
IWAN BASKORO
RONNY
FUAD RACHMAN

KETIKA SENYUMMU HADIR / 1991

KETIKA SENYUMMU HADIR


Penonton remaja terpukau sama Vivi Samodro atas kecantikannya.

Roy (Sandy Taroreh) memegang buah dada Ninuk (Vivi Samodro) saat bermain basket di sekolah. Roy tak tahu perbuatannya itu sengaja atau tidak. Cuma sebagai murid pandai dalam kelas maupun basket, ia pun tampil sebagai anak yang bertanggungjawab. Untung kedua orangtuanya (Frans Tumbuan, Ratna Riantiarno), adalah orangtua teladan yang mau dekat dan berusaha memahami anaknya, yang dianggapnya sebagai "masa depan bangsa". Ini berbeda dengan ayah Ninuk (F. Sukowati), yang secara "salah" menginterprestasikan kasih sayang terhadap anak, maupun terhadap tradisi Jawanya. Sikap jantan Roy akhirnya bisa menyelesaikan semua masalah.

P.T. LIA INDAH SWASTIKA FILM
P.T. GARUDA FILM

VIVI SAMODRO
SANDY TAROREH
F. SUKOWATI
DEBBY CYNTHIA DEWI
FRANS TUMBUAN
RATNA RIANTIARNO
ZAINAL ABIDIN
NANI WIDJAJA
UCI BING SLAMET
BILLY CHONG
SIMON PS
DINA LORENZA AUDRIA

SESAAT DALAM PELUKAN / 1989

SESAAT DALAM PELUKAN


Andi (Sophan Sophian) dan Erna (Widyawati) sudah 13 tahun menikah, tetapi tetap tidak disetujui orangtua Andi, karena ayah Erna adalah manipulator yang dituntut ayah Andi sebagai Jaksa. Yang juga tidak setuju adalah kakak Dewi, Tato (Frans Tumbuan) yang karena berusaha menyuap untuk memperingan ayahnya, malah masuk penjara. Sekeluar dari penjara, Tato ingin membalas dendam pada Andi. Sementara itu Erna mencoba mendekati ayah Andi dan mohon ampun. Sang ayah tetap pada sikapnya, sementara istrinya tertarik pada Ari (Mario Pratama), cucunya, yang kemudian diketahui mengidap tumor otak, hingga harus dioperasi. Melihat penyakit itu hati ayah Andi mulai melunak, begitu juga Tato yang ingin balas dendam. Operasi Ari gagal dan minta supaya matanya diberikan pada gadis buta.

P.T. PARKIT FILM

WIDYAWATI
SOPHAN SOPHIAAN
MARIO PRATAMA
RIMA MELATI
ZAINAL ABIDIN
CHIKA FRANSISKA
NANA DHIANA
SOERIP
FRANS TUMBUAN
GALEB HUSEIN
PITRAJAYA BURNAMA
KAHARUDDIN SYAH

LETNAN HARAHAP / 1977

LETNAN HARAHAP


Letnan Harahap (Kaharuddin Syah) adalah sosok ideal seorang polisi yang sederhana, tekun dan jujur, bersemboyan lebih baik mati dalam tugas daripada di tempat tidur. Ketika Letnan Harahap menangkap beberapa morfinis, salah seorang orangtua mereka menyertakan sebuah amplop saat mengucapkan terima kasih, namun ditolaknya. Begitu pula saat menangkap anak-anak penggede yang mengebut di jalan raya, Harahap tetap berteguh untuk tidak membebaskan tahanannya, meski ditawari sebuah mobil kecil untuk keluarganya. 

Film ini juga menampilkan perbedaan yang menonjol antara kehidupan istri penggede tidak sempat memperhatikan anak karena sibuk rapat dan serakah harta, dengan kehidupan keluarga miskin yang ribut antara keluarga karena tergusur rumahnya dan harus bertransmigrasi. Keributan semakin bertambah saat Harahap datang dan mengabarkan bahwa anaknya ditangkap karena mencuri nasi bungkus. Sang istripun menyambut dengan kemarahan dan mengatakan "Jika orang gede melakukan korupsi tidak ditangkap, tapi anak kecil yang mencuri nasi bungkus ditangkap". Semobyan Harahap sebagai polisi terbukti saat menumpas gembong pengedar narkotik, yang saat itu ia harus istirahat karena mengidap kanker. Dalam film ketiganya ini Sophan Sophian, selain sebagai sutradara, memerankan seorang preman dengan menggunakan kaos oblong bergambar Ali Sadikin. Sebagai sutradara semakin mantap dalam karakter, kritik sosial dan nasionalis


P.T. SUMACO FILM

KAHARUDDIN SYAH
DARUSSALAM
DODDY SUKMA
ADE IRAWAN
PARTO TEGAL
BRIGITTA MARIA
SYAMSURI KAEMPUAN
SOPHAN SOPHIAAN
USMAN EFFENDY
MUSTAFA
ETTY SUMIATI
ABDI WIYONO

BUAH HATI MAMA / 1980

 BUAH HATI MAMA


Hendrik Maulana (Sophan Sophiaan), pegawai staf lokal KBRI Belanda dan istrinya, Nona (Widyawati), seorang Indo, kembali ke tanah air. Hendrik sadar bahwa di negerinya ia harus kerja keras untuk membiayai keluarga, karena itu ia sempat belajar sebagai pengatur lalu lintas udara sebelum pulang. Ternyata tetap terjadi benturan kultural maupun ekonomis atas keluarga itu. Anak-anaknya harus menyesuaikan diri di sekolah maupun di lingkungan rumah. Demikian juga Nona yang sempat menyesal datang ke Indonesia namun tak bisa memberi penghargaan layak pada suaminya. Dengan latar belakang seperti itu, kisahnya bergulir karena anak kedua mereka, Eka (Nyonyo Shabir) yang selalu jadi kambing hitam dalam keluarga melarikan diri. Pencarian kemana-mana tak membuahkan hasil. Eka tertarik pada seorang penjual es yatim-piatu yang bisa menghidupi diri. Ia ikut kegiatan berdagang itu, sampai akhirnya ia terserang tipus, dan kawan penjual esnya melapor pada Hendrik dan Nona. Maka kembali utuhlah keluarga Hendrik-Nona dan ketiga anaknya.
 ARTISA FILM

WIDYAWATI
SOPHAN SOPHIAAN
PUPUT NOVEL
NYONYO SHABIR
RYAN HIDAYAT
USBANDA
DOLLY
ETTY SUMIATI
ADE IRAWAN

WIDURI KEKASIHKU / 1976

WIDURI KEKASIHKU


Widuri (Alicia Djohar)adalah istri dr. Arnold (Robby Sugara) yang meninggal saat melahirkan. Indah Susanto (Rima Melati)adalah seorang janda yang mendambakan seorang anak. Arnold terguncang karena peristiwa yang menimpa keluarganya. Ia gagal menyelamatkan bayi Indah. Karena terdorong oleh rasa tanggung jawabnya, bayinya sendiri diakukan sebagai anak Indah. Arnold kemudian kawin dengan perawat Siska, namun tidak dikaruniai anak.Karena ancaman orangtua Arnold, maka Siska lalu membuka rahasia Arnold. Anak itu kemudian bisa kembali ke Arnold yang penuh perhatian, tapi hubungannya dengan Siska merenggang. Siska diam-diam menyuruh Indah untuk hidup bersama Arnold, sementara dia sendiri menghilang sambil meninggalkan sepucuk surat.
P.T. PAN ASIATIC FILM

YATIE OCTAVIA
ROBBY SUGARA
RIMA MELATI
KUSNO SUDJARWADI
ICE YULIASTUTY
KOMALASARI
ADE IRAWAN
ALICIA DJOHAR
RENDRA KAHAR

MELINTAS BADAI / 1985

MELINTAS BADAI

 

Martin (Ray Sahetapy) dan Emmy (Marisa Haque) yang kawin lari, meninggalkan Bukittinggi untuk mengadu nasib di Jakarta. Martin yang campuran Jawa-Manado dan besar di Sumatra ini, sangat peka terhadap ketidakadilan dan mempunyai solidaritas yang tinggi. Di Jakarta Emmy terpaksa menjadi buruh cuci, sementara Martin tak kunjung mendapat pekerjaan. Musibah menimpa mereka ketika anaknya meninggal karena tertabrak mobil, dan kehilangan banyak darah. Maka ketika Martin melihat seorang sopir yang menabrak anak kecil, kemarahannya ia tumpahkan pada penabrak tadi dan menganiayanya, sehingga ia harus berurusan dengan polisi dan masuk penjara.

Ia mendonorkan darahnya pada anak yang tertabrak mobil, dan menolak hadiah uang yang diberikan oleh ayah anak tadi, Max Waworuntu, seorang pengacara. Di dalam penjara Martin berkenalan dengan Sarip orang Mentawai yang sering berkicau akan membunuh kemiskinan karena dianggapnya sebagai biang masalah sosial. Sarip kebetulan berlatang belakang hampir sama dengan Martin. Istri dan anaknya mati tertabrak taksi, ia lalu mengamuk merusak taksi dan mikrolet sehingga masuk penjara. Di penjara, Martin didatangi mertuanya yang memaksanya untuk menandatangani surat cerai. Akibatnya Emmy menderita penyakit psikis berkepanjangan, sampai akhirnya orangtuanya menyadari kesalahannya. Karena pengakuan Sarip dan usaha Pengacara Max Waworuntu yang dimintai tolong Emmy, Martin akhirnya bebas. Sarip dibawa ke Nusa kambangan, tapi melarikan diri dan ditembak. Sarip mati di pangkuan martin yang baru saja bebas. Emmy Martin akhirnya hidup berbahagia.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

MARISSA HAQUE
RAY SAHETAPY
RINA HASSIM
TETTY LIZ INDRIATI
EL MANIK
RATNO TIMOER
RIMA MELATI
ANTON INDRACAYA
AGUS SIRHAN
DOLLY MARTIN
WAHAB ABDI
HARRY CAPRI

KADARWATI / 1983

KADARWATI 

 
Film ini menceritakan masa pendudukan Jepang. Kadarwati (Joice Erna) bersedia ikut ke Singapura karena oleh orang yang mengajaknya ia dijanjikan akan disekolahkan di sekolah kedokteran. Janji itu ternyata palsu. Kadarwati dijebloskan ke dalam sekolah untuk "pelayan" bagi serdadu Jepang. Ia bahkan dijadikan pemuas nafsu para tentara Jepang. Suatu hari ia bertemu dengan Harada (Frans Tumbuan), direktur perkebunan di Malaya. Mereka saling jatuh cinta. Untuk sementara kehidupan Kadarwati berubah lebih menyenangkan. Hal ini tak berlangsung lama karena Harada terpaksa bunuh diri karena kekalahan tentaranya terhadap para pejuang Malaya. Kadarwati kembali menjadi pemuas napsu para serdadu Jepang. Dalam penderitaannya Kadarwati turut berjuang dengan menjalin hubungan dengan para pejuang Malaya. Ketika Jepang kalah dan Indonesia merdeka, nasib Kadarwatipun berubah.
 P.T. GRAMEDIA FILM

JOICE ERNA
FRANS TUMBUAN
SOFIA WD
USBANDA
YATTI SUTJIPTO
MUJAHIR TOMPOH
HENGKY NERO
CHITRA DEWI
SOPHAN SOPHIAAN
ASRUL ZULMI
KUSNO SUDJARWADI
AMINAH CENDRAKASIH

BUNG KECIL / 1978

BUNG KECIL


Film bermuatan kritik sosial mellalui sikap pemuda yang mengiginkan pembaharuan melawan sisa-sisa feodalisme di lingkungannya. Sekembali menuntut ilmu di Amerika Serikat Harry Notokoesoemo (Frans Tumbuan) sangat kecewa dengan sikap ayahnya, Raden Mas Soedjarwo Notokoesoemo (Zainal Abidin). Harry menganggap ayahnya sudah menyeleweng dari cita-cita perjuangan. Pertentangan antara anak dan ayah semakin menjadi ketika Harry menyatakan ingin mengawini Ira (Widyawati), karena ayahnya menganggap Ira gadis penyanyi yang tidak jelas asal usulnya. Selain itu Harry juga membela nasib kaum buruh dipabrik ayahnya. Marhaennanta meninggal, sementara Harry juga harus menghadapi istrinya sendiri. Namun Harry tetap tabah dan yakin pada pendiriannya untuk berjuang demi kepentingan umum. Ia menjadi aktivis politik yang banyak berceramah.
 P.T. DIPA JAYA FILM

FRANS TUMBUAN
WIDYAWATI
ZAINAL ABIDIN
RAHAYU EFFENDI
ADE IRAWAN
BAMBANG IRAWAN
KAHARUDDIN SYAH
SYAMSURI KAEMPUAN

Film ini tertahan di Badan Sensor Film selama lima tahun, setelah ada pemotongan baru lulus sensor pada 1983. Tapi, menurut sutradara Sophan Sophiaan, film ini kemudian sama sekali tak pernah beredar di bioskop. Ia pun tak pernah menyaksikannya dalam format VHS.

Bung Kecil Pemain: Frans Tumbuan, Widyawati, Zaenal Abidin, Rahayu Effendi, Bambang Irawan, Kaharuddin Syah Skenario: Deddy Armand Sutradara: Sophan Sophiaan Produksi: PT Dipa Jaya Film, 1978


Film ini bertutur tentang anak muda yang melawan feodalisme di lingkungannya. Ia menentang ayahnya sendiri, pemilik pabrik benang yang mantan pejuang kemerdekaan namun membelot da-ri cita-cita perjuangannya dulu. Sang ayah berubah menjadi sa-ngat kapitalis, mendewakan materi.


Dikisahkan, Raden Mas Ha-r-ry Notokoesoemo (Frans Tumbu-an) pulang sekolah dari Amerika. Ia sangat diharapkan sang ayah, Raden Mas Soedjarwo Notokoesoemo (Zaenal Abidin), untuk menggantikan posisinya. Namun, pandangan anak bungsunya itu berbeda. Ia justru membela nasib buruh pabrik ayahnya yang menuntut kenaikan upah.


Hubungan cinta dengan Ira (Widyawati), penyanyi yang tak jelas asal-usulnya, ditentang keras sang ayah. Berbagai cobaan dihadapi Harry ketika melawan sikap feodalistis ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, Harry sibuk dengan kegiatan memberi ceramah di kampus mengenai berjuang demi kepentingan umum.


Ia makin sibuk, tak memperhatikan keluarga. Anak Harry kemudian sakit dan meninggal. "Aku akan berubah kalau sekitarku su-dah berubah," katanya. Puncaknya, istri Harry meng-alami kecelakaan dan tewas. Harry pun dihadapkan pada situasi baru: ia harus berubah demi dirinya sendi-ri..

JANGAN AMBIL NYAWAKU / 1981

JANGAN AMBIL NYAWAKU


Sudah tiga tahun Non (Lenny Marlina)membina keluarga bersama Hans Tobing (Frans Tumbuhan) membuahkan tiga orang anak, namun Non belum mendapat tempat di lingkungan keluarga Hans. Ketika Non merasa lega karena diterima di lingkungan keluarga suaminya, kebahagiaan itu terancam lagioleh kanker rahimnya. Penyakit itulah yang menggoncangkan keluarganya. Hans harus mengorbankan apa saja untuk keselamatan nyawa istrinya. Anak-anaknya merasa bersalah pada ibunya. Anak paling kecil merasa menjadi penyebab sakit ibunya. Non masih memiliki semangat hidup, karena ia sadar bahwa anak-anaknya masih memerlukannya. Semangat itulah yang merupakan unsur terpenting dalam proses kesembuhannya.

P.T. SANGGAR FILM
P.T. GARUDA FILM

LENNY MARLINA
FRANS TUMBUAN
RIMA MELATI
ZAINAL ABIDIN
TITIEK QADARSIH
SONDANG PN
RAHAYU EFFENDI
RATNA RIANTIARNO
RIA IRAWAN
NUNU DATAU
ASRUL ZULMI
ZAINAL ABIDIN

Kamis, 27 Januari 2011

TINGGAL LANDAS BUAT KEKASIH / 1984

TINGGAL LANDAS BUAT KEKASIH


Rumah tangga Wimar (Sophan Sophian) dan Titi (Tatiek Wardiono) retak gara-gara putra mereka tewas dalam pesawat latih. Ibu Titi menuduh Wimar jadi penyebab kematian itu, karena keinginannya jadi pilot seperti ayahnya dan bukan dokter seperti keinginan sang nenek. Wimar merasa tak betah lagi di rumah. Hanya Lia (Marissa Haque) yang jadi pelipur. Wimar kemudian bertemu dengan kekasih lama, Ida (Widyawati). Dalam dekapan Ida, Wimar merasa damai. Lia pun merasa lebih mendapat ibu pada Ida. Ketika hubungan ini diketahui, Wimar diusir dari rumah. Masalah baru timbul. Lia yang bingung dan frustrasi, hamil di luar nikah. la berusaha menggugurkan kandungannya, tapi malah dirawat di rumah sakit. Semua anggota keluarga berkumpul. Ida merasa berdosa karena jadi penyebab keretakan rumah tangga orang lain. la mengalami kecelakaan mobil dan meninggal. Dedy (Ikang Fawzi} yang menghamili Lia, berjanji akan bertanggung jawab. Wimar kembali ke istrinya sesuai "wasiat" almarhumah Ida.

P.T. GRAMEDIA FILM

MARISSA HAQUE
SOPHAN SOPHIAAN
WIDYAWATI
RIMA MELATI
IKANG FAWZI
TATIEK WARDIONO
LINA BUDIARTI
DARUSSALAM
KUSNO SUDJARWADI

SESAL / 1994


 
Pada usia perkawinannya yang ke 22, Mutia (Widyawati). Konsul di Jerman, diserang kanker pada levernya. Kesulitan ini tidak mengubah sikap suaminya, Affan (Sophan Sophiaan), seorang penulis. Meski lebih bersimpati pada ibunya, kedua anak mereka seperti tak berdaya menghadapi ayahnya, pada saat konflik. Perlahan-lahan kesadaran tumbuh dalam diri Affan. Tapi, saat kesadaran penuh sampai saat Mutia sudah harus menghadapi ajal, hingga tinggal sesal yang ada pada Affan. Sebagaimana kebiasaan Sophan Sophiaan, kritik tentang korupsi dan keadaan sosial muncul lewat dialog tokoh-tokohnya. Yang disinggung kali ini adalah masalah Garuda Indonesia.
 P.T. SINEMASAKINI

AMI PRIJONO
WIDYAWATI
RIMA MELATI
FRANS TUMBUAN
SOPHAN SOPHIAAN
ROY H. KARYADI
MARINA A. HUSAIN
TEUKU RYAN REZKY
RISNAWATI SADDAK
MOHAMMAD ISA

DAMAI KAMI SEPANJANG HARI / 1985

DAMAI KAMI SEPANJANG HARI


Ini adalah penampilan musisi Iwan Fals pertama kali di film dan bermain film. Dan juga mengambil judul yang sama pada lagu Iwan Fals.

Setelah ayah ibunya meninggal, Iwan (Iwan Fals) seorang pelajar SMA terpaksa menghidupi kelima adiknya dengan mengamen. Iwan kemudian mendapat bantuan Miftah, seorang wartawan hingga berhasil masuk studio rekaman. Namun karirnya tidak berjalan mulus, karena Dance Lintang seorang penyanyi yang sedang terkenal merasa disaingi. Dance berusaha melenyapkan Iwan. Miftah sekali lagi berhasil mengatasi masalah ini. Dance ditangkap polisi, dan Iwan berhasil meneruskan karirnya sehingga dapat menghidupi adik-adiknya dan hidup damai bersama pacarnya, Tia (Titien Suherman).


Film ini kurang sukses walupun dengan harapan penampilan Iwan yang punya banyak penggemar. Mungkin letak kesalahannya adalah, Sophan memang konsen pada sosial dan politik, film dia sebelumnya tentang itu. Kali ini dia tertarik dengan lagu-lagu Iwan yang menyuarakan sosial, diharapkan bisa klop ternyata tidak. Malah iwan terlihat tidak ada kekuatan dalam film itu, hanya tampilan saja. Mungkin Sophan memang memiliki ketertarikan akan sosial, tapi dari segi politik. Tetapi Iwan yang memang merasakan sosial dari kaum bawah, tentulah kurang klop pemikiran sosial secara politik dari atas dan sosial dari kaum bawah.


P.T. MULTI PERMAI FILM

IWAN FALS
TITIEN SUHERMAN
RIMA MELATI
BOY TIRAYOH
DOLLY MARTIN
BRAM ADRIANTO
USMAN EFFENDY
RAMLI IVAR
ETTY SUMIATI
PIET PAGAU
A. KHALIK NOOR NASUTION
ANTON SAMIAT

AYU DAN AYU / 1988


 
Ayu Pidada (Dewi Yull)seorang penari.Saat melahirkan anak di luar nikah ia dibantu sahabatnya, Triayu (Dhanny Dachlan)seorang dokter yang kebetulan tengah berseminar di Bali. Kemudian, ketika Johan (Nizar Zulmi),seorang wartawan menawari pekerjaan Ayu sebagai penari di sebuah biro perjalanan di Jakarta, Ayu minta pertimbangan Triayu. Ayu beranagkat ke Jakarta bersama anaknya, Agung (Rio Irwinsyah). Di Jakarta Ayu diundang ke rumah Triayu,ia bertemu dengan Dolf Damanik (Dwi Yan), pria yang dicintainya sejak 12 tahun lalu, ayah Agung. Ternyata Dolf adalah suami Triayu yang sudah berputri dua. Triayu curiga atas sikap Ayu pada suaminya. Dolf mengakui hubungannya saat masih mahasiswa 12 tahun lalu termasuk perbuatannya yang membuat Ayu menderita sendiri dan membesarkan Agung. Ayu minta agar Agung diaku sebagai anak Dolf. Hal ini membuat keretakan di dalam keluarga Triayu dan Dolf. Ayu diketahui menderita leukemia pada saat tidak tertolong lagi. Akhirnya, setelah Ayu meninggal Triayu mau menerima Agung.
 P.T. SANGGAR FILM

DHANNY DAHLAN
ANWAR FUADY
DEWI YULL
RIO IRWINSYAH
DWI YAN
VIVI SAMODRO
RIMA MELATI
ABDI WIYONO
NIZAR ZULMI
 

SUAMI / 1988

SUAMI


Bram Bahrumsyah (Sopha Sophiaan), seorang diplomat karier, beristri Marsya (Widyawati), seorang ahli interior design yang sukses. Sukses ekonomis Marsya ini membuat Bram tertekan. Meski kariernya bagus, tapi secara ekonomis ia tergantung pada Marsya. Padahal, maksud Marsya dengan usahanya itu justru untuk membantu karier suaminya. Dalam keadaan seperti itu Bram bertemu dengan Romina (Dewi Yull) yang juga dalam keadaan jiwa yang mirip. Keduanya terlibat affair.

ARINI (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat) / 1987



Film ini mengisahkan tentang apa yang terjadi jika seorang wanita karier yang punya kedudukan tinggi berhubugan dengan seorang pemuda yang berumur sepuluh tahun lebih muda. Lebih-lebih bila pemuda itu belum punya pekerjaan dan memiliki seorang ibu yang gemar mencampuri urusan rumah tangganya. Kisah ini diadaptasi dari buku novel karanagan Mira W. dengan judul yang sama. Film ini mempunyai sekuel Arini II yang juga diadaptasi dari buku novel karangan Mira W. dengan judul Biarkan Kereta Itu Lewat, Arini.

Kisah melodrama yang agak berbelit. Arini (Widyawati) "diperosokkan" oleh sahabatnya sendiri, Ira (Joice Erna), agar mengawini pacarnya, Helmi (Sophan Sophiaan). Setelah tahu akal bulus ini, Arini minta cerai dan meninggalkan anaknya, yang kemudian ternyata mengalami gagal ginjal. Ia bersekolah ke AS.

Di sini bertemu dengan Nick (Rano Karno), mahasiswa yang ingin lepas dari keluarganya sendiri yang otoriter, konservatif, dan berantakan. Nick sangat mencintai Arini, sementara yang terakhir ini harus terlibat banyak perkara dengan bekas suami yang kemudian ternyata jadi bawahannya, sahabat, dan anaknya. Sutradara Sophan Sophian yang berasal dari latar belakang keluarga aktivis politik, selalu menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan kritik-kritiknya mengenai masalah sosial dan politik. Hanya saja kali ini dengan cara yang lebih halus.

SUTRADARA Sophan Sophiaan pun tak bisa menjawab dengan pasti kenapa film terbarunya, Arini, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat ditonton banyak orang. Pekan ini Arini masih bertahan di Jakarta, padahal bersaingan dengan serial James Bond, The Living Daylights. Di Bandung, Semarang, Yogya, Surabaya, dan Medan, film itu berjaya di bioskop kelas utama, mengalahkan Nagabonar. "Ada faktor X yang tak bisa diketahui," kata Sophan. "Saya lebih percaya pada faktor nasib baik." Produser Arini, Hatoek Soebroto, menampilkan tiga kekuatan film ini, "Cerita yang menarik, staf produksi dan penyutradaraan yang berbobot, dan pemain yang cocok." Menurut Hatoek, tema film tidak begitu mempengaruhi, bintang juga tidak. "Faktor lain mungkin karena shooting film di Amerika Serikat, padahal menurut cerita asli seharusnya di Jerman," kata Hatoek lagi. Mungkin, dugaannya benar, walau di balik itu kecanggihan skenario dan seorang juru kamera justru paling menentukan. Film Ketika Musim Semi Tiba, yang setting ceritanya Jepang, sengaja dipindahkan ke Itaha. Tapi yang disorot justru ruang-ruang disko, rumah makan, ruangan dalam, yang mengesankan sembarang tempat, sementara keindahan Roma terlewatkan.

Dengan dua contoh itu, toh sukar menetapkan patokan yang jelas, kenapa sebuah film nasional menjadi box office. Menurut pengamatan Jhon Tjasmadi, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Jakarta, empat hal penting membuat orang mendatangi gedung bioskop. Judul film, ceritanya, sutradaranya, dan terakhir bintangnya. Arini masih ditambah satu unsur pendukung: ceritanya sudah banyak diketahui, karena dibuat berdasarkan novel yang laris. Film yang bercerita tentang daerah tertentu biasanya juga laris di wilayah cerita itu. Tjasmadi, yang baru saja diangkat menjadi anggota MPR, memberi contoh film Kabayan, yang box office di Jawa Barat. Namun, faktor cerita bukan jaminan sepenuhnya. Film terbaik FFI 87 Nagabonar ternyata tak mendapat pasaran di Sumatera Utara, khususnya Medan. Kenapa? "Membuat film yang khas daerah harus tahu perasaan orang-orang setempat," kata Tjasmadi. Perasaan orang Batak kabarnya telah dilukai oleh Nagabonar. Bukan saja karena tokohnya digambarkan bego dan bekas pencopet, juga lantaran nama Bujang sahabat Nagabonar sejak dipenjara. Bujang di daerah Minang memang panggilan populer buat anak lelaki. 

Tetapi karena film ini berlogat Batak, Bujang di sana berarti (maaf) kemaluan wanita. Karena alasan lain, Nagabonar juga tak begitu laris di Surabaya.

"Bagi masyarakat Surabaya, perjuangan ala Nagabonar amat lemah. Perjuangan model Surabayan lebih tinggi mitosnya," kata R. Indiarto, Ketua GPBSI Jawa Timur, yang juga Ketua I DPP GPBSI. "Arini jauh lebih unggul, karena tergolong film drama yang halus," tuturnya. Tapi, di Surabaya belum ada yang menandingi sukses Inem Pelayan Sexy 1, yang dibintangi Jalal. Hanya di Bandung Nagabonar meledak, dengan jumlah penonton 45.183 orang. Itu di atas film laris lainnya Penyesalan Seumur Hidup (13.510 penonton). Toh sukses Arini tak tertandingi -- menggaet 64.403 penonton. "Arini, sebuah terobosan baru dalam perfilman, ceritanya cukup baik," kata Ir. Chand Parwez Servia, Ketua I GPBSI Jawa Barat. Yang tetap teratas dalam jumlah penonton memang film komedi Warkop dan film dangdut Rhoma Irama. Kekuatan film-film Warkop pada bintang dan batasan produksinya: hanya dua film setahun dan selalu diedarkan bertepatan dengan Idulfitri dan Natal. Sutradaranya tak penting, dan cerita hanya kadang-kadang saja mempengaruhi. Lain dengan film komedi karya Nya Abbas, yang digemari karena kritik sosial dan sindirannya yang berbobot. Jadi, di sini sutradara dan skenario sangat menentukan. Sekarang, cara baru untuk menambah kelarisan film adalah masuk paket Apresiasi Film Nasional (AFN), yang ditayangkan TVRI sebulan sekali. Lupus, Johny Indo, dan Segi Tiga Emas, karena masuk dalam agenda AFN siaran September lalu, menjadi laris.."

Film Segi Tiga Emas baru masuk minggu kedua sudah menggaet sebelas ribu penonton di Jakarta," kata Damo Punyabi, produsernya. Tapi bagaimana sebuah film bisa masuk paket AFN? Sandy Tyas, pengelola acara ini, menjelaskan bahwa segala sesuatunya diputuskan dalam musyawarah antara TVRI dan KFT, Parfi dan PPFI. 

Dari sini dipilih empat film masuk AFN. "Acara ini bisa saja seperti promosi tapi bukan iklan," kata Sandy Tyas. Sophan Sophiaan terang-terangan mengkritik AFN. Dengan memasukkan cuplikan film yang akan diputar, "acara ini seperti Aneka Ria Safari dan Selekta Pop untuk promosi kaset itu," katanya. Sutradara yang suka bak-blakan ini mengatakan, apresiasi yang dulunya baik itu -- karena membahas proses pembuatan film -- sekarang melenceng ke iklan terselubung. Ada sumber TEMPO yang menyebutkan, satu film dalam AFN dikenai biaya Rp 3 sampai 5 juta. Apa kata Sandy Tyas? "Tak ada permainan itu. Malah, biaya liputan yang Rp 300 sampai Rp 500 ribu itu ditanggung TVRI. Itu untuk biaya kru TVRI dan mengedit," katanya. Tak lupa ditambahkannya, "Film Arini itu penontonnya banyak, karena disiarkan dalam acara apresiasi tersebut." Putu Setia, Muchsin Lubis & Tri Budianto S. (Jakarta)
15 Agustus 1987
Kereta cinta untuk arini

ARINI, MASIH ADA KERETA YANG AKAN LEWAT 

Pemain: Widawati (pemenang Citra), Rima Melati, Rano karno, Sophan Sophiaan 
Skenario: Eddy Suhendro 
Sutradara: Sophan Sophiaan 
MISALKAN Anda seorang ibu. Dan Anda telah merelakan sebuah ginjal untuk keselamatan putri kandung Anda. Tapi ketika anak itu pulih dari sakitnya, ia berkata pada Anda, "Terima kasih, Tante." Lalu ia memeluk wanita lain, seraya berkata, "Mama, Tante itu begitu baik." Nah, setajam apa sembilu yang rasanya mengiris sanubari Anda? Sanubari Arini, ibu yang malang itu, terlatih diiris sembilu. Dan ia untuk kesekian kali hanya menangis. Kemudian, ia menghindar dari kenyataan. Ia lari jauh, jauh sekali. Sutradara membawa Arini kembali ke Amerika Serikat, menemui Nick Wenas, pemuda yang 10 tahun lebih muda. Sebuah bisikan Nick terpatri di ingatannya, "Arini, masih ada kereta yang akan lewat. Aku menunggumu." Dan Arini mengejar kereta itu. Kereta kehidupan yang baru. Inilah film garapan Sophan Sophiaan yang berkisah tentang sejumah korban kehidupan rumah tangga, dalam penyajian yang padat dan tak bertele-tele. Kisah tentang cinta -- ketulusan dan penyelewengan tanpa kesan cengeng. Tentang duka seorang wanita, tanpa mengeksploitasi tangis dan air mata. Tentang kecemburuan tanpa kekonyolan. Lalu, gambar yang bagus dan musik yang mengisi. Dibanding karya Sophan sebelumnya, misalnya Di Balik Dinding Kelabu (hanya lolos seleksi 15 film unggulan), penggarapan Arini lebih menukik, lebih matang. Awalnya adalah persahabatan antara Arini yang sangat lugu dan Ira yang ambisius dan bersuamikan lelaki kaya. Ira (diperankan Joice Erna) menjalin hubungan gelap dengah Helmy Mamahit (Sophan Sophiaan). Takut kalau hubungan itu membuat guncang rumah tangganya, Ira menjodohkan sahabatnya, Arini (Widyawati), dengan Helmy. Tanpa curiga Arini setuju, dan bulan madu pun berlangsung di Amerika Serikat, atas biaya keluarga Ira.

Pulang dari sana dan ketika sedang mengandung, Anni baru tahu, cinta Helmy palsu belaka. Helmy hanya mencintai Ira, dan perkawinan itu hanya sandiwara, agar suami Ira bisa dikibuli. Arini mengetahui sandiwara ini tanpa sengaja. Jiwanya terguncang. Ia minta cerai, segera setelah anaknya lahir -- lewat operasi. Dan ia kemudian dikirim ke AS, kuliah atas biaya perusahaan. Arini pergi tanpa beban karena mengira anaknya terlahir mati, seperti yang dikatakan Helmy. Ini digambarkan dalam kilas balik. Sophan sendiri mengawali filmnya dengan suasana indah antara Los Angeles dan San Francisco. Di atas kereta api, Arini dan Nick (Rano Karno) dipertemukan. Nick adalah anak kaya dari keluarga berantakan, yang dibesarkan bukan dengan kasih sayang, tapi dengan uang. Dan Nick berontak. Bertemu Arini, Nick seperti bertemu keteduhan: tempat mengadu merasa diperhatikan, mendapat kelembutan, dan kemudian cinta. Cuma yang terakhir ini tak berbalas segera, karena Arini lebih menganggap Nick sebagai anak. Setelah lulus, Arini pulang ke Indonesia dan langsung dipercayakan memimpin bagian marketing. Salah satu stafnya adalah Helmy -- bekas suami -- yang kini sudah resmi mengawini Ira. Tak lama bekerja di satu kantor, Arini menemukan adanya penggelapan uang yang pelakunya tiada lain, Helmy. Itu sebabnya, Arini lebih dari sekali mengusir Helmy, mengira bahwa lelaki palsu itu akan merundingkan soal penggelapan tersebut. Setelah Helmy akhirnya mendapat kesempatan untuk bicara, Arini terperanjat bukan alang kepalang. Inilah guncangan kedua, yang tidak kurang hebatnya dari yang pertama. Helmy bicara tentang Ella, yang terbaring menunggu donor ginjal. Delapan tahun Ella -- yang ternyata adalah anak Arini dari Helmy -- hidup dengan bantuan cuci darah. Ginjal cangkokan yang bisa menyelamatkan nyawa Ella hanya bisa diharapkan dari ibu kandungnya: Arini. Bukan dari Helmy, yang kedua ginjalnya sudah rusak. Bukan juga dari Ira, walau wanita ini sangat menyayangi Ella dan siap berkorban apa saja. 

Sophan menggambarkan adegan penuh keharuan ini lewat sikap tegar Arini, yang memilih yang terbaik buat Ella, bukan terbaik untuk dirinya. Sebelah ginjalnya diserahkan, "untuk menebus dosa pada anak yang sejak lahir tak pernah kuberi apa-apa. Setelah Ella sembuh, Arini toh masih harus menahan diri, untuk tidak mengatakan kenyataan yang sebenarnya dan kepahitan yang terbungkus di dalamnya. Tapi ini bukan film yang dibingkai semangat mcnghukum. Bukankah kereta kehidupan masih akan lewat? Arini bertolak ke Amerika, menjumpai Nick yang membuktikan dirinya bisa sukses kalau ada yang memberi motivasi (didapatnya dari Arini), sementara wanita ini terbangkit semangat hidupnya. "Beri aku seorang anak Nick." Di depan orang banyak? "Tidak Nick, di ranjang perkawinan kita." Rano seperti mendapatkan peran yang dicari-carinya sejak dulu, remaja yang enerjik dengan segala kenakalannya, tapi tidak kurang ajar. Peran ini yang membuat ia dinominasikan untuk Piala Citra, kesempatan yang jarang diperolehnya. Widyawati bermain bagus di sini ia memenangkan Citra sebagai pemain wanita terbaik 1987. Rima Melati juga mengesankan (sebagai ibu Nick), walau cuma tampil sekilas. Yang kurang adalah Sophan sebagai pemeran Helmy, dan ini lagi-lagi membuktikan betapa sulitnya membagi konsentrasi sebagai pemain dan sutradara sekaligus. Sebagian penonton mungkin tak puas dengan cara-cara yang digampangkan. Begitu mudah, misalnya, Arini dibujuk kawin dengan Helmy, begitu cepat Arini memaafkan Nick, hanya karena setangkai mawar, dan begitu mudahnya Nick mencari alamat Arini di Jakarta, tanpa informasi yang cukup. Editing yang ketat tak memberi kesempatan penonton untuk larut dalam berbagai emosi. Tapi, memang, tak ada pilihan lain bagi Sophan, kalau ia ingin filmnya ini, yang diangkat dari novel Mira. W, tidak kedodoran dan bertele-tele.


P.T. SANGGAR FILM
P.T. ELANG PERKASA FILM