Tampilkan postingan dengan label YUNG INDRAJAYA / Hendrik Alexander 1971-1980. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label YUNG INDRAJAYA / Hendrik Alexander 1971-1980. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Februari 2011

YUNG INDRAJAYA / Hendrik Alexander 1971-1980

YUNG INDRAJAYA



Lahir Sabtu, 10 Maret 1945 di Jogyakarta. Pendidikan : Tamat SLA, kemudian kuliah di Universitas Krisnadwipayana ,sampai tingkat II dan dilanjutkan di Akademi Tehnik Jakarta (selama 2 tahun).Masuk ke film sejak 1955, dimulai sebagai Juru Suara, antara lain dalam film "Uang Palsu", kemudian dilanjutkan dalam "Arriany" (1878) dan "Tiga Warna" (1959). Tahun 1960 menjadi Pembantu JuruKamera di perusahaan "Panah Mas Film" dan menghasilkan film "Tak Terduga". Sejak tahun 1971 menjadi Sutradara dalam film "Brandal Brandal Metropolitan", kemudian dilanjutkan dalam "Tangisan Ibu Tiri" (1974), "Ridho Allah" (1977) dan "Oma Irama Berkelana" (78), dll. Di samping sebagai Juru Suara dan Sutradara, pernah sebagai Pimpinan Produksi, Pimpinan Unit dan Pembantu Editor di Perusahaan Panas Mas Film. Pada studio yang sama milik ayahnya itu, Yung juga pernah menjabat sebagai Pimpinan Studio.Tahun 1966-1969 menjabat Sekjen Gabungan Studio Film Indonesia (GASFI). Disamping itu iapun jadi Ketua di Perhimpunan Pengusaha Bioskop Keliling Indonesia (PERBIKI).Di luar film pernah aktif sebagai wartawan di SK Nurani Minggu, majalah Flamboyant, majalah Paradiso, mingguan Dunia Film dan majalan Ria Remaja.

RIDHO ALLAH 1977 YUNG INDRAJAYA
Director
CINTA SEGI TIGA 1979 YUNG INDRAJAYA
Director
RHOMA IRAMA BERKELANA I 1978 YUNG INDRAJAYA
Director
RHOMA IRAMA BERKELANA II 1978 YUNG INDRAJAYA
Director
KHANA 1980 YUNG INDRAJAYA
Director
BRANDAL-BRANDAL METROPOLITAN 1971 YUNG INDRAJAYA
Director
KISAH CINTA TOMMI DAN JERRI 1980 YUNG INDRAJAYA
Director
CAMELIA 1979 YUNG INDRAJAYA
Director
TANGISAN IBU TIRI 1974 YUNG INDRAJAYA
Director

BRANDAL-BRANDAL METROPOLITAN / 1971

BRANDAL-BRANDAL METROPOLITAN


Disutradarai Bersama SM Ardan. 
Sejak ayahnya dirawat di rumah sakit, Rocky (Arnold Portier) tak betah di rumah, dan bergabung dengan sebuah geng yang dipimpin Leo (Broery Marantika). Lewat Leo ini Rocky berkenalan dengan Tante Maria (Risnasari) dan langsung rapat. Akibatnya, Leo dan Rocky bentrok dan Rocky membuat geng sendiri yang kerjanya memeras restoran. Perbuatan ini membuat Rocky juga bentrok dengan Tante Maria. Untung ada gadis yang diganggu geng Leo. Gadis itu, Tanti (Emilia Contesa) dibantu dan jadi pacarnya. Tanti berhasil mengubah Rocky dari kebrandalannya, tapi ia tetap harus melayani bekas pacar Tanti yang bersama geng Leo mengeroyoknya hingga masuk rumah sakit. Dikisahkan pula ibu tiri Rocky, Nani (Paula Rumokoy) yang menyeleweng dan lalu insyaf.

P.T. INDONESIA TIMUR DJAYA

EMILIA CONTESSA
ARNOLD PORTIER
BROERY PESOLIMA
PAULA RUMOKOY
IWAN TARUNA
ALFIAN
TEDDY MALA
RIA MARITHA
RISNASARI
GODFRIED SANCHO
JUS HARRYS
A.N. ALCAFF

CINTA SEGI TIGA / 1979

CINTA SEGI TIGA


Rhoma dan Ricca berpacaran secara backstreet, tidak diketahui oleh keluarga masing-masing. Ayah Ricca sering marah karena Ricca selalu datang terlambat dari tempat kursus menjahit.
 
Sementara itu, Dandy, kakak Rhoma, yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor bangunan sudah dianggap pantas untuk menikah karena sudah cukup dewasa, sedangkan dia belum punya kekasih. Oleh karena itu, ayahnya menawarkan diri untuk mencarikan jodoh untuk Dandy. Sang ayah ternyata melamar Ricca untuk Dandy karena kebetulan ayah Ricca akrab dengan ayah Dandy. Ricca menerima saja lamaran itu karena dia mengira bahwa ayah Dandy yang juga ayah Rhoma melamarnya untuk Rhoma. Setelah kemudian tahu bahwa Dandylah calon suaminya, Ricca tidak berani menolak karena dia tidak ingin mempermalukan ayahnya. Ricca dinikahi oleh Dandy dengan permintaan agar Dandy memanggilnya “Dina”. Dina dan Dandy tinggal di Yogyakarta.
 
Ketika mengadakan pertunjukan di Semarang, Rhoma mengalami kecelakaan. Kedua matanya terkena tali gitar yang putus ketika menyanyikan lagu Lain Orang Lain Hati sehingga dia menjadi buta. Sambil menantikan datangnya dokter spesialis mata yang sedang di Jerman, Rhoma tinggal di Yogyakarta bersama Dandy dan Dina. Terjadilah adegan-adegan yang mengharukan antara Rhoma dan Dina. Rhoma merasakan, suara Dina mirip sekali dengan suara kekasihnya, Ricca.

Setelah operasi mata berlangsung dan Rhoma kembali dapat melihat, terkejutlah Rhoma karena ternyata Dina adalah Ricca. Ricca yang merasa malu berlari meninggalkan ruang operasi. Ricca tertabrak mobil ketiga sedang berlari hendak menyeberang jalan. Akhirnya Ricca tewas di pangkuan Rhoma.

KISAH CINTA TOMMI DAN JERRI / 1980

KISAH CINTA TOMMI DAN JERRI


Pertemuan yang tidak disangka bagi Tommi (Rano Karno) dan Jerri (Uci Bing Slamet) yang telah lama berpisah. Jerri pindah sekolah ke sekolah Tommi, karena mengikuti kepindahan ibunya. Dua-duanya saling jatuh cinta. Sedangkan Tommi terikat janji dengan kelompoknya untuk tidak pacaran sampai saat ujian terakhir selesai. Kesepakatan ini menyebabkan salah paham, Jerri berpura-pura mencari orang lain untuk memanasi Tommi. Tetapi akhirnya mereka bersatu kembali.
 P.T. NAVIRI FILM PROD.

UCI BING SLAMET
RANO KARNO
PRIA BOMBOM
SUSY BOLLE
MANGARA SIAHAAN
SUGATA L
TETET SRIE WD
ERIZAL NURDIN
NENENG ALINA
SIMON CADER
ALI ALBAR
WAYLAN GERUNG

TANGISAN IBU TIRI / 1974

TANGISAN IBU TIRI


Tampaknya film ini merupakan jawaban kebalikan terhadap film laris "Ratapan Anak Tiri", yang menyudutkan ibu tiri. Karena simpati, ibu guru Tia (Diana Reynette), menikahi seorang duda (Rachmat Hidayat), orangtua dari muridnya. Tia sebenarnya juga teman duda tadi dan istrinya. Kemauan baik ini mendapat tantangan dari dua anak tirinya, Lia (Emilia Contessa), Dewi (Dewi Rosaria Indah), dan Titin, pembantu rumah yang merasa terganggu kebebasannya. Berbagai kecelakaan yang terjadi semakin menyudutkan Tia, hingga suaminya memihak anak-anak. Namun, semua berakhir setelah Tia hampir putus asa, dan terungkap niat jelek anak-anak tadi.
 P.T. INTERNATIONAL ARIES ANGKASA FILM

EMILIA CONTESSA
RACHMAT HIDAYAT
DIANA REYNETTE
TINA MELINDA
DINO
ATOK SUDJARWADI
ATIK PASONO
DEWI ROSARIA INDAH
MARLIA HARDI


News 31 Agustus 1974 
Nah, tiri baru
MELIHAT judulnya: Tangisan Ibu Tiri, mudah dibayangkan bahwa film baru produksi PT Aries Film ini dilhami oleh karya Iris Sandi Suwardy: Ratapan Anak Tiri. Pola ceria bahkan tidak jauh berbeda. Arman (Rachmat Hidayat) yang kematian isteri harus memikirkah beberapa orang anak. Tentu saja ia berharap akan keringanan beban jika menikah dengan bekas tetangga dan guru salah seorang anakya.

Maka iapun menikahi Tia (Diana Reinette). Berlainan dengan tokoh ibu tiri dalam karya Sandi Suwardy, Tia di sini adalah orang yang terlalu amat baik. Supaya film ini seru, tentu harus ada tokoh jahat. Dari judul film, sudah bisa ditebak bahwa yang memegang rol jahat adalah justru anak tiri, Dewi (Dewi Rosaria Indah) dan Lia (Emilia Contessa), dibantu oleh bibi Titin (Tina Melinda), pembantu rumah tangga yang kekuasaannya berkurang setelah ibu tiri itu datang. Selain mencari keuntungan, bisa diperkirakan bahwa pembuatan film ini juga dilandasi keinginan untuk merehabiliter nama baik isteri-isteri yang kebetulan mendapatkan anak tiri. Begitu rusak rupanya tokoh ibu tiri itu, sehingga untuk merehahiliter namanya diperlukan pengorbanan yang amat besar. Sulit untuk menantikan perempuan muda setabah Tia yang terus menerus diteror oleh anak-anak tirinya. Semakin ia dihina, semakin hebat pengabdiannya. Sedemikian baiknya hati perempuan muda nan rupawan itu, sehingga bukan tidak mungkin bahwa anak-anak yang menonton film ini nanti bakal mengharap ayah-ayah mereka mendapatkan seorang isteri baru, agar kenikmatan diladeni ibu tiri juga bisa mereka rasakan. 


Wim Umboh Meskipun Wim Umboh baru saja mendapatkan ibu tiri bagi puteri dan anak tunggalnya, sebagai produser Tangisan Ibu Tiri, tentulah ia tidak mengharapkan munculnya kemungkinan tadi. Dan kalau banyak penonton film ini bakal merasakan kontras antara sitat ibu tiri yang terlalu baik dan anak tiri yang terlalu jelek soalnya tidak lain karena cerita yang mendasari film ini memang tidak dipersiapkan dengan baik.

Tangisan Ibu Tiri adalah contoh terbaik dari film yang dibuat berdasarkan resep-resep yang diperkirakan sedang disenangi para penonton. Soal di sekitar ibu tiri sudah secara tradisionil mendarah daging daya tariknya dalam masyarakat kita. Ini sebuah resep. Ibu tiri yang terlalu baik, suatu hal yang baru. Ini juga sebuah resep. Akhir yang gembira dari sebuah kisah yang pahit konon juga disenangi para penonton. Ini juga sebuah resep. Setelah diramu -- lahirlah film yang nampaknya diharapkan bisa mengoreksi "kesalahan" yang pernah ditebarkan oleh tontonan yang bernama Ratapan Anak Tiri. Resep-resep macam demikian sebenarnya bukan barang haram dalam dunia perfilman. Yang menjadi soal adalah aplikasinya. Menyadari bahwa filn, bagaimanapun niat membuatnya, senantiasa berkisah tentang kehidupan di sekitar kita, para pembuat film tentulah harus mengenal obyek yang akan ia gambarkan dan tidak sekedar melukiskan ide-ide yang bersumber pada resep-resep tadi. Sebagian besar tokoh dalam film Tangisan Ibu Tiri ini adalah tokoh-tokoh yang cuma ditemukan dalam benak para pembuatnya, dan hampir tidak pernah ditemukan dalam dunia yang nyata. Jahatnya anak tiri dan pembantu sikap memihak sang ayah pada anak-anak mereka, sudah bagian dari resep yang mempersiapkan akhir yang bahagia setelah gelap dalam perjalanan.

Akal sehat terpaksa mengalah, dan tidak perlu lagi difikirkan apakah tokoh ayah begitu bodoh untuk hanya percaya intrik anak-anaknya. 

Ibu guru yang cantik, adakah ia sudah tidak berharga lagi sehingga siap saja menelan semua penghinaan yang digambarkan amat sadis itu ? Gajah Sambil tetap mengingat kelemahah latar cerita film ini, harus disebutkan bahwa secara teknis, Tangisan Ibu Tiri telah dikerjakan dengan baik oleh Sutradara muda Yung Indrajaya bersama juru kamera Gajah Supardi. Bintang-bintang kecil dalan film ini pada umumnya bermain baik, terutama tentu Dewi Rosaria Indah yang memang mendapat banyak kesempatan. Emilia Contessa juga bermain amat baik. Rachmat Hidayat tidak mendapat kesempatan cukup, sedang Diana Reinette kebagian peranan sedih terus-menerus. Amat sayang memang. Tapi kalau pertenangan ibu tiri dengan dua dari lima anak tirinya itu dibuat lebih hidup lebih manusiawi, hampir bisa dijamin bahwa produksi kesekian PT Aries Film ini juga akan tergolong film baik sebagai yang telah menjadi ciri perusahaan pimpinan Wim Umboh itu. Salim Said

RHOMA IRAMA BERKELANA I / 1978

RHOMA IRAMA BERKELANA I


Sebagai anak orang kaya di Bandung, Rhoma diminta ayahnya melanjutkan sekolah dan tak lagi menyentuh dunia musik. Tapi Rhoma kuliah sambil bermusik yang menyebabkan ayahnya marah dan mengusirnya. Rhoma ke Jakarta, bergaul dengan para pengamen jalanan dengan nama samaran Budi. Saat seorang temannya sakit keras, Rhoma pulang dan meminta bantuan ayahnya untuk pengobatan temannya. Tapi ditolak, Budi balik ke Jakarta dan menjambret tas Ani. Berhasil ia menguras uangnya untuk pengobatan tapi temannya tak tertolong. Rhoma mengembalikan surat-surat berharga kepada Ani, sehingga gadis ini beserta keluarganya simpati. Budi dijadikan sopir untuk Ani hingga tumbuh benih-benih cinta. Di lain sisi ayah Rhoma yang atasan ayah Ani akan melamar Ani untuk anaknya. Ani menolak karena sudah kadung mencintai Budi. Budi alias Rhoma diusir, dia berkelana lagi. 
 P.T. NAVIRI FILM PROD.

RHOMA IRAMA
YATIE OCTAVIA
RACHMAT HIDAYAT
SUKARNO M. NOOR
CHITRA DEWI
ADE IRAWAN
DEWI INDRAWATI
HASAN DOLLAR
MUSTAFA KAMIL
MUSTAFA WIRYA

RHOMA IRAMA BERKELANA II / 1978

RHOMA IRAMA BERKELANA II


Budi alias Rhoma (Rhoma Irama) yang diusir, di tengah jalan yang hujan tertabrak seorang pengendara motor. Kawan-kawan Budi saat masih mengamen kebetulan menemukan Budi yang terluka. Budi dibawa pulang ke rumah pondokan mereka dan dirawat. Sementara itu, Ani (Yatie Octavia), terus berusaha mencari. Kebetulan suatu hari di jalan ia jumpa dengan kawan-kawan Budi. Maka Ani menjumpai Budi yang tengah sakit.

Mereka lalu sering mengadakan pertemuan, sampai Surya curiga dan memergoki Ani di pondokan Budi. Ani diseret pulang. Budi mengajak kawan-kawannya menghentikan bermain musik untuk mengemis. Ia sendiri jadi sopir taksi, teman-temannya ada yang jualan koran, bekerja sebagai kuli bangunan, dll. Dan tiba-tiba Budi menyamar dengan kumis tebal dan kacamata gelap muncul di rumah Ani, sambil mengatakan bahwa kata temannya Ani ingin belajar piano. Maka pacaran jadi leluasa di rumah Ani.

Sementara itu seorang penumpang taksi, yang mendengar Budi menyanyi-nyanyi kecil, bak dewa datang menawarkan peralatan musik yang baru dibelinya. Budi membentuk grup musik dangdut bersama teman-temannya dengan nama Soneta, yang dengan kilat meraih sukses. Foto Budi yang menghias sebuah majalah dilihat adiknya dan ditunjukkan pada orangtuanya. Maka Subrata datang ke Jakarta, dan minta Surya untuk mencari. Begitu jumpa maka selesailah semua masalah.
 P.T. NAVIRA FILM PROD.

RHOMA IRAMA
YATIE OCTAVIA
RACHMAT HIDAYAT
SUKARNO M. NOOR
CHITRA DEWI
ADE IRAWAN
WIRYA WIRYA
MUSTAFA KAMAL
SONETA GROUP

CAMELIA / 1990

 

Saat mencari ilham, Rhoma mendapatkan seorang gadis putus asa dan akan bunuh diri. Sang gadis tak tahan atas tekanan ibu tirinya dan dituduh mencuri berlian. Rhoma membawanya pulang dan menyamarkannya dengan pakaian lelaki agar ibunya mengizinkan Camelia bersama mereka. Penyamaran Camelia ketahuan ibunya sehingga diusir. Rhoma meyakinkan ibunya untuk kembali mengajak Camelia ke rumahnya. Camelia yang terusir dibujuk kawan-kawan ibunya untuk menjadi penghuni rumah bordil, tapi di rumah bordil dia melihat ibu tirinya. Camelia berhasil lari dan menemui Rhoma. Peristiwa ini dilaporkan kepada ayah Camelia dan polisi hingga penggerebekan dadilakukan dan ibu tiri Camelia dibawa polisi. 

RIDHO ALLAH / 1977

RIDHO ALLAH


Dirja (Arman Effendy), pelukis yang menjadi buta dan anaknya ditinggal pergi istrinya, Fitri (Enden Marlinda). Dirja menerima nasibnya dengan pasrah. Kebutaannya sembuh saat melakukan shalat. Fitri mula-mula tampak senang dengan pacarnya. Tapi kemudian, sang pacar yang pemborong ini, ternyata kacau dalam pekerjaannya, hingga ia ditahan polisi. Dan Fitri diusir dari rumah yang ditinggalinya, karena rumah itu disegel polisi. Fitri akhirnya kembali pada suami dan anaknya. Dengan sedikit penolakan, terutama dari anaknya sendiri, sang istri akhirnya diterima kembali.
 P.T. YUKAWAI NAVIRI FILM PROD.

ELLYA KHADAM
ARMAN EFFENDY
DINA MARIANA
RACHMAT HIDAYAT
SHIRLEY MALINTON
ALAM SURAWIDJAJA
TEDDY M
DEBBY OMA IRAMA
ENDEN MARLINDA
HILMANS BING SLAMET
UCI INDRAJAYA

KHANA / 1980



Mansyur (Mansyur S) adalah penyanyi dangdut pada perusahaan rekaman milik Vrendep (AN Alcaff),sementara Mahipal (Muni Cader) kepala studio rekaman itu, tidak suka pada Mansyur. Khana (Diana Yusuf) anak Vrendep sedangbersekla di India.Saat Khana pulang liburan hubungan dengan Mansyur terbina baik, berkat dorongan ibunya. Mahipal tidak suka dengan hubungan Khana-Mansyur, menculik Khana. Mansyur dan kawan-kawannya dari OM Radesa turun tangan menyelesaikan masalah dengan bantuan polisi, dan akhirnya Khana harus pulang lagi ke India untuk meneruskan sekolahnya.
 P.T. NAVIRI FILM PROD.

DIANA YUSUF
MANSYUR S
NORMA MAULANA
MUNI CADER
A.N. ALCAFF
SOFIA WD
NASIR
BOKIR
IDJAH BOMBER
UDIN LABU
W.D. MOCHTAR